
Analisis
Duh..! Harga Emas Mau Turun 3 Hari Berturut-turut
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 July 2019 13:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali melemah pada perdagangan Selasa (23/7/19), melanjutkan penurunan dua hari sebelumnya.
Dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat menjadi penekan utama harga emas.
Selain itu investor juga masih bertanya-tanya seberapa besar bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia) dan berapa banyak pemangkasan yang akan dilakukan di tahun ini.
Presiden AS, Donald Trump kembali menekan The Fed. Dalam cuitannya di Twitter, Trump mengatakan harga yang harus dibayar akan lebih tinggi jika memangkas suku bunga lebih dalam saat ekonomi AS melambat di masa yang akan datang. Sementara jika Jerome Powell dkk memangkas suku bunga lebih dalam saat ini maka harga yang dibayar dikatakan sangat murah, dan sangat produktif.
Meski Trump kembali menekan Powell, tetapi berdasarkan piranti FedWacth milik CME Group siang ini, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 76,5% suku bunga akan dipangkas 25 bps dan probabilitas sebesar 23,5% suku bunga dipangkas 50 bps. Namun, tetap saja pelaung pemangkasan 50 bps menjadi 1,75%-2% tidak tertutup.
Sementara itu dolar AS meski tidak dalam kondisi yang prima masih bisa menguat signifikan. Hal ini tidak lepas dari buruknya performa lawan-lawan utamanya.
Euro sedang mengalami tekanan akibat European Central Bank (ECB) diprediksi akan menurunkan suku bunga kalo tidak di pekan ini pada bulan September sudah pasti, berdasarkan laporan Reuters.
Masih mengutip laporan Reuters, Commerzbank bahkan melihat ECB lebih agresif dengan memprediksi suku bunga akan dipangkas 20 bps Kamis nanti. Beberapa analis juga berpendapat jika ECB akan bertindak mendahului The Fed agar euro tidak menguat signifikan melawan dolar AS.
Sementara poundsterling sedang tertekan akibat kemungkinan terjadinya no-deal Brexit jika Boris Johnson menjadi perdana menteri baru Inggris. Terpilih atau tidaknya Johnson akan terjawab pada hari Selasa waktu Inggris.
Dari Asia, lawan berat dolar yakni yen juga sedang dalam kondisi yang tidak bagus setelah Bank of Japan (BOJ) diprediksi juga akan menggelontorkan stimulus moneter.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, sehingga semakin rendah suku bunga di AS dan secara global akan memberikan keuntungan yang lebih besar dalam memegang aset ini.
Logam mulia juga sangat terkait dengan nilai tukar dolar AS. Kala greenback melemah, maka harga emas akan naik karena emas adalah komoditas yang dibanderol dengan dolar AS.
Melihat background kebijakan moneter secara global, emas sebenarnya masih memiliki peluang untuk menguat lebih jauh, tinggal menunggu realisasi pelonggaran moneter secara global.
Pada pukul 12:45 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.416,76 per troy ounce, mengutip data investing.com.
Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif tetapi bergerak turun dan histogram sudah di wilayah negatif.
Pada time frame 1 menit, emas bergerak di kisaran MA 8, dan MA 21 tetapi masih di atas MA 125. Indikator Stochastic bergerak turun dan sudah masuk wilayah jenuh jual (oversold)
Emas sudah berhasil menembus support ke US$ 1.419 dan kini membidik area US$ 1.414. Selama tertahan di atas US$ 1.414, harga emas berpeluang rebound kembali ke area US$ 14,19 atau lebih tinggi ke area US$ 1.426 melihat indikator stochastic yang oversold.
Sementara jika US$ 1.414 ditembus logam mulia ini berpotensi turun lebih dalam ke level US$ 1.409 sampai US$ 1.405.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Sempat Rekor, Penurunan Emas Antam Tak Setajam Emas Dunia
Dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat menjadi penekan utama harga emas.
Selain itu investor juga masih bertanya-tanya seberapa besar bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia) dan berapa banyak pemangkasan yang akan dilakukan di tahun ini.
Presiden AS, Donald Trump kembali menekan The Fed. Dalam cuitannya di Twitter, Trump mengatakan harga yang harus dibayar akan lebih tinggi jika memangkas suku bunga lebih dalam saat ekonomi AS melambat di masa yang akan datang. Sementara jika Jerome Powell dkk memangkas suku bunga lebih dalam saat ini maka harga yang dibayar dikatakan sangat murah, dan sangat produktif.
Meski Trump kembali menekan Powell, tetapi berdasarkan piranti FedWacth milik CME Group siang ini, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 76,5% suku bunga akan dipangkas 25 bps dan probabilitas sebesar 23,5% suku bunga dipangkas 50 bps. Namun, tetap saja pelaung pemangkasan 50 bps menjadi 1,75%-2% tidak tertutup.
Sementara itu dolar AS meski tidak dalam kondisi yang prima masih bisa menguat signifikan. Hal ini tidak lepas dari buruknya performa lawan-lawan utamanya.
Euro sedang mengalami tekanan akibat European Central Bank (ECB) diprediksi akan menurunkan suku bunga kalo tidak di pekan ini pada bulan September sudah pasti, berdasarkan laporan Reuters.
Masih mengutip laporan Reuters, Commerzbank bahkan melihat ECB lebih agresif dengan memprediksi suku bunga akan dipangkas 20 bps Kamis nanti. Beberapa analis juga berpendapat jika ECB akan bertindak mendahului The Fed agar euro tidak menguat signifikan melawan dolar AS.
Sementara poundsterling sedang tertekan akibat kemungkinan terjadinya no-deal Brexit jika Boris Johnson menjadi perdana menteri baru Inggris. Terpilih atau tidaknya Johnson akan terjawab pada hari Selasa waktu Inggris.
Dari Asia, lawan berat dolar yakni yen juga sedang dalam kondisi yang tidak bagus setelah Bank of Japan (BOJ) diprediksi juga akan menggelontorkan stimulus moneter.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, sehingga semakin rendah suku bunga di AS dan secara global akan memberikan keuntungan yang lebih besar dalam memegang aset ini.
Logam mulia juga sangat terkait dengan nilai tukar dolar AS. Kala greenback melemah, maka harga emas akan naik karena emas adalah komoditas yang dibanderol dengan dolar AS.
Melihat background kebijakan moneter secara global, emas sebenarnya masih memiliki peluang untuk menguat lebih jauh, tinggal menunggu realisasi pelonggaran moneter secara global.
Pada pukul 12:45 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.416,76 per troy ounce, mengutip data investing.com.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif tetapi bergerak turun dan histogram sudah di wilayah negatif.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 menit, emas bergerak di kisaran MA 8, dan MA 21 tetapi masih di atas MA 125. Indikator Stochastic bergerak turun dan sudah masuk wilayah jenuh jual (oversold)
Emas sudah berhasil menembus support ke US$ 1.419 dan kini membidik area US$ 1.414. Selama tertahan di atas US$ 1.414, harga emas berpeluang rebound kembali ke area US$ 14,19 atau lebih tinggi ke area US$ 1.426 melihat indikator stochastic yang oversold.
Sementara jika US$ 1.414 ditembus logam mulia ini berpotensi turun lebih dalam ke level US$ 1.409 sampai US$ 1.405.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Sempat Rekor, Penurunan Emas Antam Tak Setajam Emas Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular