
Riyal Menguat terhadap Rupiah, tapi Tunggu Dulu...
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 July 2019 17:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang riyal Arab Saudi bangkit dari level terendah satu tahun melawan rupiah pada perdagangan Senin (22/7/19).
Namun, kenaikannya tidak terlalu besar, bahkan saat harga minyak mentah naik tajam. Pergerakan tersebut menunjukkan jika rupiah masih cukup kuat, tetapi karena menguat cukup signifikan belakangan ini Mata Uang Garuda diterpa aksi ambil untung atau profit taking.
Pada pukul 17:40 WIB, riyal diperdagangkan di kisaran Rp 3.717 atau menguat 0,08% di pasar spot, berdasarkan data dari Refinitiv.
Hingga pekan lalu, riyal sudah dibuat melemah lima minggu berturut-turut oleh rupiah, maka terlihat wajar jika terjadi aksi profit taking.
Harga minyak mentah hari ini menguat tajam akibat ketegangan antara Barat dengan Iran setelah kapal tanker Inggris ditankap di selat Hormuz. Eskalasi tensi politik Barat vs Iran dikhawatirkan akan menggangu suplai minyak mentah dari Timur Tengah, sehingga harga minyak melesat pada hari ini.
Minyak jenis Brent naik 2,05% sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,71% berdasarkan data dari CNBC International pukul 17:00 WIB. Perekonomian Arab Saudi mengandalkan ekspor minyak mentah, kenaikan harga emas hitam ini akan berdampak positif bagi mata uangnya, sebaliknya jika turun berdampak negatif.
Sentimen positif yang membuat rupiah cukup perkasa adalah pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada Kamis (18/7/19) lalu. BI memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%, dan membuka peluang untuk kembali memangkas suku bunga di masa yang akan datang.
"BI memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif, sejalan dengan rendahnya inflasi dan momentum mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami sudah akomodatif dalam beberapa bulan terakhir dan tetap akomodatif ke depannya," papar Perry
Pelonggaran moneter oleh Perry dilakukan karena BI bukan karena perekonomian sedang terancam, melainkan karena memiliki ruang pelonggaran lebih besar terutama karena terjaganya inflasi. Ruang tersebut dimanfaatkan oleh BI untuk memacu perekonomian lebih kencang.
Melihat fundamental rupiah yang masih bagus, ada peluang aksi profit taking hari ini akan memicu aksi beli di perdagangan selanjutnya, yang membuat rupiah kembali menguat.
Riyal memang sudah naik dari level terlemah satu tahun, tetapi sepanjang bulan Juli Mata Uang Arab Saudi masih inferior melawan Mata Uang Garuda. Berikut tabel pergerakan riyal melawan rupiah di pasar spot berdasarkan data Refinitiv.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Harga Minyak Melonjak, Riyal Lompati Rupiah
Namun, kenaikannya tidak terlalu besar, bahkan saat harga minyak mentah naik tajam. Pergerakan tersebut menunjukkan jika rupiah masih cukup kuat, tetapi karena menguat cukup signifikan belakangan ini Mata Uang Garuda diterpa aksi ambil untung atau profit taking.
Hingga pekan lalu, riyal sudah dibuat melemah lima minggu berturut-turut oleh rupiah, maka terlihat wajar jika terjadi aksi profit taking.
Harga minyak mentah hari ini menguat tajam akibat ketegangan antara Barat dengan Iran setelah kapal tanker Inggris ditankap di selat Hormuz. Eskalasi tensi politik Barat vs Iran dikhawatirkan akan menggangu suplai minyak mentah dari Timur Tengah, sehingga harga minyak melesat pada hari ini.
Minyak jenis Brent naik 2,05% sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,71% berdasarkan data dari CNBC International pukul 17:00 WIB. Perekonomian Arab Saudi mengandalkan ekspor minyak mentah, kenaikan harga emas hitam ini akan berdampak positif bagi mata uangnya, sebaliknya jika turun berdampak negatif.
Sentimen positif yang membuat rupiah cukup perkasa adalah pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada Kamis (18/7/19) lalu. BI memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%, dan membuka peluang untuk kembali memangkas suku bunga di masa yang akan datang.
"BI memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif, sejalan dengan rendahnya inflasi dan momentum mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami sudah akomodatif dalam beberapa bulan terakhir dan tetap akomodatif ke depannya," papar Perry
Pelonggaran moneter oleh Perry dilakukan karena BI bukan karena perekonomian sedang terancam, melainkan karena memiliki ruang pelonggaran lebih besar terutama karena terjaganya inflasi. Ruang tersebut dimanfaatkan oleh BI untuk memacu perekonomian lebih kencang.
Melihat fundamental rupiah yang masih bagus, ada peluang aksi profit taking hari ini akan memicu aksi beli di perdagangan selanjutnya, yang membuat rupiah kembali menguat.
Riyal memang sudah naik dari level terlemah satu tahun, tetapi sepanjang bulan Juli Mata Uang Arab Saudi masih inferior melawan Mata Uang Garuda. Berikut tabel pergerakan riyal melawan rupiah di pasar spot berdasarkan data Refinitiv.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Harga Minyak Melonjak, Riyal Lompati Rupiah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular