
Harga Minyak Mentah Naik, Riyal Malah Melemah. Ada Apa?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 August 2019 18:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang riyal Arab Saudi kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (9/8/19), bahkan saat kondisi Mata Uang Garuda kurang menguntungkan.
Pada pukul 17:41 WIB, riyal diperdagangkan di level Rp 3.781 atau melemah 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Data dari dalam negeri menunjukkan neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2019 membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tersebut jauh lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding CAD kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).
Secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 juga membukukan defisit sebesar US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya, NPI masih tercatat surplus sebesar US$ 2,4 miliar.
Selain karena pembengkakan CAD, defisit pada NPI kali ini juga disebabkan oleh penurunan kinerja transaksi finansial, yang mana hanya mencatat surplus sebesar US$ 7 miliar pada kuartal II-2019. Jauh lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya yang surplus US$ 9,9 miliar.
Riyal sebenarnya juga mendapat tekanan dari data aktivitas bisnis Arab Saudi di luar sektor minyak mentah. Data dari IHS Markit menunjukkan angka purchasing managers' index (PMI) turun menjadi 56,6 di bulan Juli dari bulan sebelumnya 57,4.
Di sisi lain, harga minyak mentah kembali menguat melanjutkan penguatan hari Kamis kemarin. Minyak jenis Brent menguat 1,27% dan West Texas Intermediate (WTI) 1,31%, melansir data CNBC International. Pada Kamis kemarin dua minyak mentah ini masing-masing menguat 2,05% dan 2,84%.
Perekonomian Arab Saudi mengandalkan ekspor minyak mentah, kenaikan harga emas hitam ini akan berdampak positif bagi mata uangnya, sebaliknya jika harga Emas Hitam ini turun maka bakal berdampak negatif.
Namun, nyatanya riyal malah kembali melemah pada hari ini, setelah mencatat performa negatif dua hari berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Mata Uang Ini Ramai Diburu di Money Changer, Ada Apa?
Pada pukul 17:41 WIB, riyal diperdagangkan di level Rp 3.781 atau melemah 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tersebut jauh lebih dalam ketimbang kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding CAD kuartal II-2018 yang sebesar US$ 7,9 miliar (3,01% PDB).
Secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 juga membukukan defisit sebesar US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya, NPI masih tercatat surplus sebesar US$ 2,4 miliar.
Selain karena pembengkakan CAD, defisit pada NPI kali ini juga disebabkan oleh penurunan kinerja transaksi finansial, yang mana hanya mencatat surplus sebesar US$ 7 miliar pada kuartal II-2019. Jauh lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya yang surplus US$ 9,9 miliar.
Riyal sebenarnya juga mendapat tekanan dari data aktivitas bisnis Arab Saudi di luar sektor minyak mentah. Data dari IHS Markit menunjukkan angka purchasing managers' index (PMI) turun menjadi 56,6 di bulan Juli dari bulan sebelumnya 57,4.
Di sisi lain, harga minyak mentah kembali menguat melanjutkan penguatan hari Kamis kemarin. Minyak jenis Brent menguat 1,27% dan West Texas Intermediate (WTI) 1,31%, melansir data CNBC International. Pada Kamis kemarin dua minyak mentah ini masing-masing menguat 2,05% dan 2,84%.
Perekonomian Arab Saudi mengandalkan ekspor minyak mentah, kenaikan harga emas hitam ini akan berdampak positif bagi mata uangnya, sebaliknya jika harga Emas Hitam ini turun maka bakal berdampak negatif.
Namun, nyatanya riyal malah kembali melemah pada hari ini, setelah mencatat performa negatif dua hari berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Mata Uang Ini Ramai Diburu di Money Changer, Ada Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular