Rupiah Letoy, Riyal Kini di Level Terkuat 6 Pekan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 August 2019 17:31
Riyal mendapat sentimen positif setelah Kamis kemarin Bank Sentral Arab Saudi yang memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,75%
Foto: Riyal (REUTERS/Faisal Al Nasser)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang riyal Arab Saudi menguat dalam 2 hari beruntun melawan rupiah di perdagangan Jumat (2/8/19). Hanya 2 hari di zona hijau, kurs riyal kini sudah di level terkuat dalam 6 pekan terakhir perdagangan.

Pada pukul 16:35 WIB, riyal diperdagangkan di kisaran Rp 3.779 atau menguat 0,48% di pasar spot melansir data Refinitiv, setelah menguat 0,67% Kamis kemarin. Bahkan pada hari ini 1 riyal sempat dibanderol level Rp 3.792.





Riyal mendapat sentimen positif setelah Kamis kemarin (1/8/2019) bank sentral Arab Saudi yang memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,75%, menyusul kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed).

Bank sentral Arab Saudi pada tahun lalu empat kali menaikkan suku bunga untuk membendung penguatan dolar akibat kenaikan suku bunga The Fed. Kenaikan suku bunga tersebut membuat roda perekonomian tersendat apalagi dengan harga minyak mentah yang tidak kunjung stabil.



Pemangkasan oleh bank sentral Arab Saudi tersebut dapat memberikan stimulus ke perekonomian yang sedang terbebani harga minyak mentah yang belum stabil.

Di sisi lain, rupiah sedang mengalami tekanan akibat memanasnya hubungan AS-China setelah setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan bea impor 10% terhadap produk China yang selama ini belum dikenakan tarif. Total nilai produk tersebut sebesar US$ 300 miliar dan mulai berlaku di bulan September.

Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak bisa dibendung. Alasannya, saat ini sedang terjadi aksi ambil untung (profit taking) di pasar obligasi, hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter BI Nanang Hendarsah.



"Depresiasi rupiah didorong oleh aksi ambil untung di bond market, yang kamu pikir ini bersifat sementara," kata Nanang kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/8/2018).

"Kami lakukan intervensi bond market dari 8.30 WIB sekarang berlanjut. Pelemahan rupiah enggak kayak tahun lalu, terdepresiasi 0,8%. Kami ada di pasar untuk menjaga stabilitas agar tidak terjadi kepanikan," ujar Nanang

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/tas) Next Article Harga Minyak Melonjak, Riyal Lompati Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular