GGRM & HMSP Sibuk Kejar-kejaran, Bentoel Malah Rugi 7 Tahun

tahir saleh, CNBC Indonesia
02 August 2019 16:47
PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) masih berkutat dengan kinerja keuangan yang negatif.
Foto: PT. Bentoel Internasional Investama Tbk (ist/bentoelgroup.com)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kejar-kejaran penjualan rokok Gudang Garam dan HM Sampoerna, emiten rokok lain di Bursa efek Indonesia (BEI) yakni PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) masih berkutat dengan kinerja keuangan yang negatif, bahkan dalam 7 tahun terakhir.

Data perdagangan di BEI mencatat kinerja negatif ini membuat saham RMBA juga kurang menarik ditransaksikan. Pada sesi II, perdagangan Jumat ini (2/8/2019), saham RMBA stagnan di level Rp 346/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 12,59 triliun.

Nilai transaksi pada hari ini hanya dilakukan 2 kali dengan nilai perdagangan Rp 968.800 dan volume sebesar 2.800 saham. Meski demikian sejak awal tahun hingga saat ini atau year to date saham RMBA masih mencetak kenaikan 10,90%.

Mengacu laporan keuangan hingga semester I-2019, perseroan ternyata masih melanjutkan rugi bersih yang dicatatkan pada kuartal I-2019. Bentoel menderita rugi bersih Rp 312,32 miliar, meski turun 42% dari rugi bersih pada semester I-2018 yakni sebesar Rp 537,53 miliar.


Penjualan perusahaan tercatat naik 0,29% menjadi Rp 10,22 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 10,19 triliun.

Salah satu pengaruh kinerja negatif ini juga tak bisa dilepaskan dari masih tingginya beban penjualan dan beban operasi.

Beban pokok penjualan terutama beban bahan baku yang digunakan Bentoel melonjak menjadi Rp 2,09 triliun, dari sebelunya Rp 1,72 triliun, beban pabrikasi juga naik menjadi Rp 402,83 miliar dari sebelumnya Rp 397,26 miliar.

Begitu juga beban tenaga kerja langsung naik menjadi Rp 35,57 miliar dari sebelumnya Rp 25,80 miliar. 
Untuk beban operasi, naik signifikan menjadi Rp 871,23 miliar dari sebelumnya Rp 577,73 miliar.

Tahun lalu, Bentoel juga mengantongi kerugian hingga Rp 608,46 miliar, 26,75% lebih tinggi dibanding kerugian di tahun 2017 yang sebesar Rp 480,06 miliar. Perusahaan, setidaknya terus merugi sejak tahun 2012.

Di sisi lain, kompetitor lain yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) kejar-kejaran. Bahkan per semester I-2019, GGRM berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 16,42% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 52,74 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 45,31 triliun di semester I-2018. 

Pencapaian ini melebihi HMSP pada paruh pertama 2019 yakni Rp 50,72 triliun. Jadi untuk pertama kalinya sejak tahun 2004, GGRM dapat kembali menduduki posisi jawara emiten rokok dari sisi omzet.


Disoroti DPR
Terkait dengan rugi Bentoel 7 tahun ini, Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan sebelumnya juga mempertanyakan perusahaan tembakau British American Tobacco (BAT) yang menjadi pemilik saham terbesar Bentoel. 
BAT memegang 92,48% saham Bentoel seperti terungkap dalam laporan keuangan per Juni 2019.

Pertanyaan ini mengemuka karena DPR menilai pembayaran royalti ke perusahaan induk tersebut terus meningkat.

"BAT ini merupakan perusahaan penanaman modal asing yang ada di Indonesia, dalam prosesnya selama 7 tahun berturut-turut ini merugi," kata politisi Partai Gerindra ini, dikutip laman resmi dpr.go.id.

Pernyataan Heri itu diungkapkan usai mengikuti pertemuan Tim Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI dengan Bentoel, Kanwil Dirjen Pajak (DJP) Jawa Timur III, Dirjen Bea dan Cukai (DJBC) Jatim II, perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Malang, Jawa Timur, pada Senin pekan ini (29/7/2019).

"Kami melihat dengan adanya PMK Nomor 169 tahun 2015 terkait dengan masalah aturan pinjaman kepada afiliasi usaha ataupun anak perusahaan, tahun 2016 BAT melunasi pinjaman anak perusahaan kepada induknya senilai Rp 12 triliun," kata Heri.

Ia menduga ada kemungkinan BAT ini memberikan pinjaman kepada afiliasi anak perusahaan atau membuat catatan seolah-olah perusahaan tersebut terus merugi.

"Adapun tanggapan dari Bentoel ataupun dari BAT itu sendiri, mereka menyatakan apa yang sudah dilakukan ini bisa dipertanggungjawabkan. Tapi tentunya kami tidak berkompeten untuk menilai itu, karena laporan ini kan adanya ke Dirjen Pajak dan ke Dirjen Bea Cukai," ujar politisi dari daerah pemilihan Jawa Barat IV itu.

Pada kesempatan itu, Direktur Bentoel Distribusi Utama Adi Wibowo mengatakan pihaknya selama ini sudah berusaha transparan dan patuh pada regulasi yang ada.

Terkait dengan ketidakpuasan jawaban terhadap pertanyaan Anggota Komisi XI DPR RI, Bentoel akan segera menyiapkan laporan tertulis yang disampaikan kepada Komisi XI DPR RI.

"Saat ini Bentoel Group sedang menyiapkan pertanyaan tertulis untuk disampaikan kepada Komisi XI DPR RI. Bentoel Group berharap jawaban tertulis tersebut dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi komisi XI dalam menjalankan tugas dan fungsinya," pungkas Adi, dikutip dari situs dpr.go.id.

Selain BAT, laporan keuangan mencatat, saham Bentoel juga dimiliki United Bank of Switzerland AG sebesar 7,29%, sementara sisanya milik investor publik 0,23%.

Kisah Bentoel, perusahaan rokok yang lama tak ngebul.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/hps) Next Article Saham Bentoel Mulai Liar, Gara-gara Laporan Pajak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular