Saham Bentoel Mulai Liar, Gara-gara Laporan Pajak?

tahir saleh, CNBC Indonesia
13 May 2019 10:37
Harga saham emiten rokok PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) mulai liar.
Foto: PT. Bentoel Internasional Investama Tbk (ist/bentoelgroup.com)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten rokok PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) mulai liar pada perdagangan Senin pagi ini (13/5/2019). Investor tampaknya tak terpengaruh dengan informasinya dari Tax Justice Network terkait dengan laporan RMBA mengindari pajak.

Data perdagangan menunjukkan, pada awal transaksi, saham RMBA sempat stagnan di level Rp 400/saham, namun kemudian naik 2,50% pada pukul 09.40 WIB di level Rp 410/saham. Nilai transaksi cenderung kecil yakni Rp 11,97 juta dengan volume perdagangan hanya 29.400 saham.

Dalam Sepekan, saham RMBA naik 16% dan secara tahun berjalan atau year to date saham RMBA melesat 31,41%. Hanya saja tak ada investor asing yang masuk hari ini. Bahkan secara year to date, investor asing hanya masuk Rp 206 juta.


Lembaga Tax Justice Network merilis 
mengeluarkan laporan Abu Jadi Abu (Ashes to Ashes) per April 2019 terkait dengan dugaan Bentoel International, anak usaha British American Tobacco (BAT), dan cara perusahaan rokok menghindari pajak di Indonesia. Laporan itu tak hanya soal Bentoel, melainkan anak-anak BAT dalam mengindari pajak di negara-negara berpendapatan menengah dan bawah.

Beberapa negara di antaranya Indonesia, Bangladesh, Brazil, Guyana, Trinidad dan Tobago, Kenya, Uganda dan Zambia.

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa Bentoel mengindari pajak hingga US$ 14 juta per tahun atau sekitar Rp 199 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$, akibat dari pembayaran bunga pinjaman. Selain itu, BAT juga dinilai mengalihkan sebagian pendapatannya keluar dari Indonesia melalui dua cara.



Pertama, pinjaman antar-perusahaan pada periode 2013 dan 2015. Besaran yang lebih kecil dilakukan melalui pembayaran kembali ke Inggris untuk royalti, biaya dan layanan.

Bentoel banyak mengambil pinjaman antara tahun 2013 dan 2015 dari perusahaan terkait di Belanda, Rothmans Far East BV, untuk pembiayaan ulang utang atau refinancing bank dan digunakan untuk membayar mesin dan peralatan.

Rothmans Far East BV juga memberikan pembiayaan kepada beberapa anak perusahaan BAT dan juga terlibat dalam pemasaran rokok di Jepang dan Korea.

Pada Agustus 2013, Bentoel memperoleh fasilitas pinjaman Rp 5,3 triliun atau US$ 434 juta dan Rp 6,7 triliun (US$ 549 juta) pada 2015. 

Rekening perusahaan Belanda menunjukkan bahwa dana yang dipinjamkan ke Bentoel berasal dari perusahaan grup BAT lainnya, Pathway 4 (Jersey) Limited, yang berbasis di negara surga pajak Britania di Jersey. Pinjaman dalam mata uang rupiah Indonesia itu menjelaskan bahwa uang itu dimaksudkan untuk dipinjamkan ke Bentoel.

Laporan tersebut bertajuk "Ashes to Ashes, How British American Tobacco (BAT) Avoids Taxes in Low and Middle Income Countries".

"
Bentoel adalah perusahaan publik [di Bursa Efek Indonesia] dan tentu punya persyaratan untuk mendapatkan opini kewajaran [fairness opinion] dari perusahaan penilai independen untuk transaksi non-rutin tertentu guna melindungi [pemegang saham] minoritas. Pengenalan pinjaman antar-perusahaan didukung oleh pendapat kewajaran dan disetujui oleh otoritas," tegas manajemen BAT, sebagai respons dari permintaan klarifikasi Tax Justice Network.


Mengacu laporan keuangan, pada kuartal I-2019, RMBA masih betah merugi sama seperti tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan hampir 10% sepertinya belum mampu mendongkrak kinerja bottom line (laba) perusahaan.

Hal ini dikarenakan, sepanjang kuartal pertama tahun ini, perusahaan sudah mencatatkan kerugian sebesar Rp 83,3 miliar.


Tahun lalu, RMBA juga mengantongi kerugian hingga Rp 608,46 miliar, 26,75% lebih tinggi dibanding kerugian di tahun 2017 yang sebesar Rp 480,06 miliar. Perusahaan, setidaknya terus merugi sejak tahun 2012.


Simak kisah rokok Bentoel yang lama tak ngebul.
[Gambas:Video CNBC]

(hps) Next Article Rugi 7 Tahun, Perusahaan Rokok Bentoel Jadi Sorotan DPR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular