Delisting

Premium! Bentoel Beli Saham Publik Rp 1.000, RUPS Besok

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
27 September 2021 16:12
PT Bentoel Internasional Investama Tbk atau Bentoel Group.
Foto: PT Bentoel Internasional Investama Tbk atau Bentoel Group.

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen rokok asal Malang, Jawa Timur, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), akan segera keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atau delisting setelah memperoleh persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang rencananya akan digelar Selasa besok, 28 September 2021.

Sebelumnya BEI melakukan penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham Bentoel mulai awal Agustus (6/8), menyusul pengumuman rencana perusahaan yang memasarkan rokok merk Dunhill dan Lucky Strike untuk mengubah status menjadi perusahaan tertutup (go private) dan melakukan penghapusan pencatatan saham di bursa (delisting).

Berdasarkan laporan informasi fakta material yang terbit di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir bulan lalu (20/8), manajemen Bentoel mengatakan bahwa British American Tobacco (BAT) yang merupakan pengendali dan pemegang saham mayoritas sebesar 92,5% bersedia membeli sisa saham publik di harga Rp 1.000 per saham.

Penawaran tersebut dilakukan di harga premium, lebih tinggi 226,8% dibandingkan harga penutupan terakhir saham RMBA sebelum disuspensi pada 5 Agustus 2021, yakni Rp 306 per saham.

"Harga penawaran sebesar Rp1.000 per saham dalam penawaran tender adalah147,28% lebih tinggi dari harga perdagangan tertinggi di pasar reguler selama dua tahun terakhir," tambah pihak manajemen dalam keterangan resmi yang dikutip CNBC Indonesia (27/9).

Manajemen optimis bahwa upaya ini dapat segera diselesaikan mengingat jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham publik saat ini relatif kecil (kurang lebih 7,52% dari modal ditempatkan Perseroan, di mana 7,29% dimiliki oleh satu pihak, sehingga hanya 0,23% yang dimiliki pemegang saham publik lainnya), dengan jumlah pemegang saham publik saat ini kurang lebih 2.385 pemegang saham.

"Saham perseroan tersebut tidak secara aktif diperdagangkan dan relatif tidak likuid," tulis manajemen RMBA dalam membeberkan alasan delisting.

Selain tidak likuid terdapat empat beberapa alasan lain yang secara spesifik melatarbelakangi keputusan perseroan mengajukan rencana go private.

Pertama, setelah rights issue di tahun 2016, perseroan tidak melakukan penggalangan dana (capital raising) dari pasar modal dan tidak ada rencana untuk melakukannya di masa depan.

Kedua, kinerja keuangan perseroan merugi yang berpengaruh pada kinerja harga saham.

Ketiga, perseroan tidak memberikan dividen kepada pemegang sahamnya setelah tahun buku 2010 dikarenakan posisi saldo laba yang negatif.

Keempat, karena relatif tidak likuidnya perdagangan saham perseroan, tidak mudah bagi pemegang saham untuk melakukan transaksi atas saham mereka melalui BEI.

Dengan rencana go private, pemegang saham akan memiliki kesempatan untuk menjual kepemilikan Saham mereka dengan harga premium terhadap harga pasar.

Manajemen juga mengatakan pemegang saham publik yang menjual sahamnya dalam bentuk tanpa warkat pada saat penawaran tender akan dikenakan pungutan pajak sebesar 0,1% dari hasil penjualan, atau 0,6% dalam hal saham yang dijual tersebut adalah saham pendiri.

Namun, bagi yang tidak ikut serta dalam penawaran tender tidak dapat lagi menjual sahamnya melalui BEI dan dapat terkena pungutan pajak penghasilan yang diperoleh dari penjualan saham sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.

Bentoel didirikan oleh Ong Hok Liong lebih 8 dasawarsa lalu sebagai industri rokok rumahan dengan nama Strootjes Fabriek. Pada 1968, dengan nama barunya, PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel, menjadi perusahaan pertama yang memproduksi rokok kretek dengan menggunakan mesin.

Pada 1989, Bentoel terdaftar sebagai perusahaan publik dengan melepas saham ke publik melalui penawaran saham perdana sebanyak 1,2 juta lembar dan harga penawaran Rp 3.380/unit.

Bentoel kembali merubah namanya di tahun menjadi seperti yang sekarang di tahun 2000 setelah dibeli oleh Grup Rajawali. Perusahaan milik Peter Sondakh tersebut sempat 9 tahun memegang saham perseroan.

Oleh karena pada 2009, Rawali melepas kepemilikannya ke British American Tobacco (BAT). BAT mengambil 85% saham pengendali di perusahaan rokok dari PT Rajawali Corpora dan para pemegang saham lainnya dengan harga US$ 494 juta.

BAT adalah kelompok perusahaan tembakau kedua terbesar di dunia dengan pasar lebih dari 200 negara.

Dengan menjadi bagian dari BAT, maka Bentoel dapat memasarkan merek global seperti Dunhill dan Lucky Strike yang saat ini menjadi merek kebanggaan perusahaan.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Omzet Anjlok 44% di Q1, Rokok Bentoel Masih Rugi Rp 7 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular