Review LQ45

Awas Ketinggalan! 5 Saham Blue Chip Ini 'Termurah' di Bursa

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
23 September 2021 13:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih perlahan-lahan mencoba menembus level psikologis 6.200 saat ini, tidak ada salahnya untuk mencermati saham-saham unggulan (blue chip) atau saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) di indeks LQ45 yang masih tergolong murah atau undervalued.

Sebagaimana diketahui, dengan konstituen yang berisi 45 emiten dengan kapitalisasi pasar besar dan paling likuid di pasar, LQ45 juga biasa menjadi acuan para manajer investasi.

Selain itu, fundamental perusahaan dan prospek emiten yang positif membuat indeks ini menarik untuk dikoleksi.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.38 WIB, IHSG melesat 0,31% ke 6.129,21. Terakhir kali IHSG menyentuh level 6.200 adalah pada 5 dan 8 Agustus 2021 ketika masing-masing di posisi 6.205,42 dan 6.203,43.

Indeks LQ45 sendiri naik 0,16% ke 863,56, masih minus 0,25% dalam sepekan dan naik 0,68% dalam sebulan.

Lantas, saham blue chip mana saja yang memiliki valuasi murah dan menarik untuk dibeli?

Berikut ini Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan daftar 5 besar saham LQ45 dengan valuasi paling murah.

Untuk melihat rasio harga tersebut Tim Riset CNBC Indonesia memakai dua metode, yakni Price Earning Ratio (PER) dan Price to book value (PBV) yang biasa digunakan sebagai analisis fundamental untuk menilai saham suatu emiten, wajar, murah, atau kemahalan (overpriced).

PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.

Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.

Sementara PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.

Berikut ini tabel 5 besar saham LQ45 dengan valuasi yang tergolong mahal baik secara PER maupun PBV.

Tabel 5 Besar Saham LQ45 Paling Murah

Emiten

Kode Saham

Harga Terakhir (Rp)

PER

PBV

Media Nusantara Citra

MNCN

830

6.01

0.88

Gudang Garam

GGRM

31,400

7.90

1.03

Indofood Sukses Makmur

INDF

6,200

8.43

1.28

Bank BTN

BBTN

1,360

8.99

0.71

Indah Kiat Pulp & Paper

INKP

7,175

9.38

0.65

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI), RTI | Harga terakhir per 22 September 2021

Berdasarkan data di atas, kelima saham tersebut memiliki PER di bawah rule of thumb, sementara tiga saham memiliki rasio PBV di bawah 1 kali.

Saham emiten media Grup MNC, MNCN, memiliki nilai PER terendah di antara saham LQ45 lainnya, yakni sebesar 6,01 kali. Adapun secara rerata PER industri sebesar 23,25 kali, PER MNC tetap jauh di bawahnya.

Sementara, saham dengan nilai PBV terendah adalah emiten kertas Grup Sinar Mas INKP dengan nilai 0,65 kali. Angka tersebut juga berada di bawah rerata PBV industri sebesar 1,37 kali.

NEXT: Simak Analisisnya

Apabila mengacu pada besaran harga, saham MNC dan saham bank pelat merah BBTN menjadi yang paling ramah kantong, yakni masing-masing sebesar Rp 830/unit dan Rp 1.360/unit, mengacu pada harga penutupan Kamis kemarin (22/9).

Sementara, saham raksasa produsen rokok GGRM memiliki harga premium sebesar Rp 31.400/saham.

Selain itu, kelima saham tersebut juga tergolong rajin membagikan dividen perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Nominal dividen per saham (DPS) tertinggi dimiliki oleh saham GGRM, yang setidaknya sejak 2016 (minus 2020 karena tidak menebar dividen) konsisten menebar DPS Rp 2.600/saham.

Namun, catatan saja, kinerja saham GGRM kurang menggembirakan. Secara year to date (ytd) saham ini anjlok 23,23%, sementara dalam 3 tahun terakhir ambles 54,71%.

Sementara, emiten yang selalu menebar dividen dalam 6 tahun terakhir adalah INKP dan emiten Grup Salim INDF. Terbaru, INDF akan membagikan dividen senilai Rp 278/saham pada 29 September mendatang, sedangkan INKP juga akan menebar dividen Rp 50/saham pada tanggal yang sama.

Mengenai kinerja keuangan, empat emiten di atas membukukan kenaikan laba bersih sepanjang semester I 2021, kecuali GGRM.

GGRM mencatatkan penurunan laba bersih hingga 39,53% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 2,31 triliun per akhir Juni 2021 dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 3,82 triliun.

Kendati laba bersih terkoreksi, pendapatan dan penjualan usaha mengalami kenaikan sebesar 12,92% dari posisi semester I 2020 mencapai Rp 53,65 triliun menjadi Rp 60,59 triliun pada periode yang sama tahun ini. Manajemen GGRM mengakui, kenaikan cukai rokok rerata 12,5% yang berlaku efektif tahun ini berimbas pada penurunan kinerja perseroan.

Sementara, MNCN berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih 24,71% dari Rp 956,22 miliar pada semester I 2020 menjadi Rp 1,19 triliun pada periode yang sama tahun ini. Pendapatan usaha pun naik 22,59% secara yoy menjadi Rp 4,86 triliun.

Emiten lainnya, seperti INDF, misalnya, berhasil mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 21% menjadi Rp 3,43 triliun dari Rp 2,84 triliun.

Kenaikan laba bersih ini seiring dengan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 20% menjadi Rp 47,29 triliun dibandingkan Rp 39,38 triliun di semester I tahun lalu.

Asal tahu saja, indeks LQ45 adalah indeks pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu di antaranya termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir, nilai transaksi tertinggi di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir.

Selain itu, emiten tersebut telah tercatat di BEI selama minimal 3 bulan, memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi, serta mengalami penambahan bobot free float (saham publik) menjadi 100% yang sebelumnya hanya 60% dalam porsi penilaian. Indeks LQ45 dihitung setiap 6 bulan oleh Divisi Riset BEI.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular