Tunggu Kebijakan Cukai, Ini Rekomendasi Saham Rokok
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
16 July 2019 17:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten-emiten rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menantikan kebijakan cukai rokok terbaru dari Kementerian Keuangan, dua di antaranya yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang menjadi emiten rokok terbesar di bursa.
Riset PT Bahana Sekuritas menyebutkan, saat ini pasar tengah berspekulasi soal kemungkinan pemerintah akan menaikkan tarif cukai, termasuk cukai rokok yang lebih besar pada tahun depan.
Sebabnya, sepanjang tahun ini, pemerintah memutuskan tidak menaikkan cukai rokok. Bahana menilai, biasanya pemerintah menetapkan tarif cukai rokok pada kuartal empat setiap tahun.
Bahan Sekuritas juga mendata bahwa dalam 4 tahun terakhir, rata-rata pemerintah menetapkan rata-rata tarif cukai hasil tembakau di kisaran 10% - 11%.
Meski cukai rokok tidak mengalami kenaikan, produsen tembakau memanfaatkan momentum ini untuk menumbuhkan margin.
Gudang Garam dan HM Sampoerna sudah beberapa kali menaikkan harga di tingkat konsumen untuk beberapa merek rokok yang banyak diminati masyarakat dengan kisaran 1,5% - 3,6% untuk Gudang Garam, sedangkan Sampoerna pada kisaran 1,3% - 2,1%.
Analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin berpendapat, dalam beberapa bulan ke depan, ruang untuk menaikkan harga rokok cenderung terbatas. "Karena wait-and-see untuk keputusan kenaikan cukai untuk 2020," kata Giovanni, dalam keterangan riset yang diterima CNBC Indonesia, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut, Giovanni memperkirakan kenaikan cukai rokok pada tahun depan masih akan berada pada kisaran 10% - 11%, meski pemerintah berkeinginan menutup defisit anggaran BPJS Kesehatan dari penerimaan cukai rokok.
Pasalnya, bila pemerintah menaikkan cukai rokok secara signifikan, kenaikan tersebut akan menambah beban industri, yang pada akhirnya bisa berdampak pada ketidakstabilan industri rokok.
"Dengan adanya tekanan dari pasar global yang bisa berdampak pada perekonomian domestik, pemerintah kelihatannya akan cenderung mengutamakan stabilitas di dalam negeri," ujarnya.
Bahana Sekuritas merekomendasikan beli untuk saham HMSP, dengan target harga Rp 4.150/saham dan merekomendasikan tahan atau hold untuk saham GGRM dengan target harga Rp 82.500/saham.
Pada penutupan perdagangan Selasa (16/7/2019), harga saham HMSP bergerak stagnan di level Rp 3.040/saham. Jika ditilik lagi secara tahun berjalan (year to date), saham GGRM terkoreksi 18,06%.
Adapun harga saham GGRM terpantau menguat 1,80% ke level Rp 76.300/saham. Namun, secara year to date, saham GGRM tergelincir 8,76%.
Di sisi lain, dua saham rokok lainnya, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) minus 3,20% di level harga Rp 242/saham dengan volume perdagangan 10,24 juta unit saham senilai Rp 2,5 miliar.
Sementara saham PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) juga terkoreksi 0,56% di level Rp 358/saham, dengan nilai transaksi Rp 248.000 dan volume perdagangan 700.000 saham.
Dalam keterangan di situs Setkab, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tengah mendesain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 untuk mendukung program-program pembangunan di dalam rangka tahun pertama RPJPM 2020-2024.
Sri Mulyani menegaskan bahwa untuk tarif cukai akan ada kenaikan di 2020, kendati belum spesifik menyebutkan cukai dari rokok.
"Diharapkan ada penyesuaian tarif cukai maupun untuk tambahan barang kena cukai baru, seperti plastik yang bisa meningkatkan dari sisi penerimaan tapi lebih diandalkan di dalam mengendalikan konsumsi," katanya.
Simak rencana pengenaan cukai plastik.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Jawara Cuan Emiten Rokok
Riset PT Bahana Sekuritas menyebutkan, saat ini pasar tengah berspekulasi soal kemungkinan pemerintah akan menaikkan tarif cukai, termasuk cukai rokok yang lebih besar pada tahun depan.
Sebabnya, sepanjang tahun ini, pemerintah memutuskan tidak menaikkan cukai rokok. Bahana menilai, biasanya pemerintah menetapkan tarif cukai rokok pada kuartal empat setiap tahun.
Bahan Sekuritas juga mendata bahwa dalam 4 tahun terakhir, rata-rata pemerintah menetapkan rata-rata tarif cukai hasil tembakau di kisaran 10% - 11%.
Meski cukai rokok tidak mengalami kenaikan, produsen tembakau memanfaatkan momentum ini untuk menumbuhkan margin.
Gudang Garam dan HM Sampoerna sudah beberapa kali menaikkan harga di tingkat konsumen untuk beberapa merek rokok yang banyak diminati masyarakat dengan kisaran 1,5% - 3,6% untuk Gudang Garam, sedangkan Sampoerna pada kisaran 1,3% - 2,1%.
Analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin berpendapat, dalam beberapa bulan ke depan, ruang untuk menaikkan harga rokok cenderung terbatas. "Karena wait-and-see untuk keputusan kenaikan cukai untuk 2020," kata Giovanni, dalam keterangan riset yang diterima CNBC Indonesia, Selasa (16/7/2019).
Lebih lanjut, Giovanni memperkirakan kenaikan cukai rokok pada tahun depan masih akan berada pada kisaran 10% - 11%, meski pemerintah berkeinginan menutup defisit anggaran BPJS Kesehatan dari penerimaan cukai rokok.
Pasalnya, bila pemerintah menaikkan cukai rokok secara signifikan, kenaikan tersebut akan menambah beban industri, yang pada akhirnya bisa berdampak pada ketidakstabilan industri rokok.
"Dengan adanya tekanan dari pasar global yang bisa berdampak pada perekonomian domestik, pemerintah kelihatannya akan cenderung mengutamakan stabilitas di dalam negeri," ujarnya.
Bahana Sekuritas merekomendasikan beli untuk saham HMSP, dengan target harga Rp 4.150/saham dan merekomendasikan tahan atau hold untuk saham GGRM dengan target harga Rp 82.500/saham.
Pada penutupan perdagangan Selasa (16/7/2019), harga saham HMSP bergerak stagnan di level Rp 3.040/saham. Jika ditilik lagi secara tahun berjalan (year to date), saham GGRM terkoreksi 18,06%.
Adapun harga saham GGRM terpantau menguat 1,80% ke level Rp 76.300/saham. Namun, secara year to date, saham GGRM tergelincir 8,76%.
Di sisi lain, dua saham rokok lainnya, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) minus 3,20% di level harga Rp 242/saham dengan volume perdagangan 10,24 juta unit saham senilai Rp 2,5 miliar.
Sementara saham PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) juga terkoreksi 0,56% di level Rp 358/saham, dengan nilai transaksi Rp 248.000 dan volume perdagangan 700.000 saham.
Dalam keterangan di situs Setkab, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tengah mendesain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 untuk mendukung program-program pembangunan di dalam rangka tahun pertama RPJPM 2020-2024.
Sri Mulyani menegaskan bahwa untuk tarif cukai akan ada kenaikan di 2020, kendati belum spesifik menyebutkan cukai dari rokok.
"Diharapkan ada penyesuaian tarif cukai maupun untuk tambahan barang kena cukai baru, seperti plastik yang bisa meningkatkan dari sisi penerimaan tapi lebih diandalkan di dalam mengendalikan konsumsi," katanya.
Simak rencana pengenaan cukai plastik.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Jawara Cuan Emiten Rokok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular