
Masih Merugi Rp 608 M, Bentoel Pede Bisa Cetak Laba
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
20 June 2019 15:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja emiten rokok PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) masih terimbas dampak penurunan volume industri tembakau di awal 2019 sehingga berpengaruh terhadap performa bisnis pada kuartal I-2019.
Presiden Direktur Bentoel Internasional Investama Christoper John McAllister mengatakan penurunan ini adalah imbas dari penerapan cukai rokok di tahun-tahun lalu. Kendati demikian, pihaknya cukup terkejut dengan volume pada kuartal I-2019 yang turun sebesar 7% secara industri, cukup besar akibat cukai rokok.
"Saya cukup surprise penurunan cukup besar karena nilai cukainya cukup tinggi, dan impact-nya mulai terasa sekarang. Biarpun tahun ini tidak naik, tapi cukup berdampak pada daya beli," kata McAllister, Kamis (20/06/2019).
Perseroan optimistis bisa memenangkan pangsa pasar Indonesia. Hingga akhir 2018, Bentoel berhasil mencatatkan pangsa pasar 8%. Namun salah satu beban dari perseroan adalah besarnya biaya pengembangan teknologi informasi.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Bentoel Shahid afzal mengatakan Bentoel masih akan fokus pada pengembangan teknologi informasi (TI) guna efisiensi bisnis. Hal ini juga sejalan dengan strategi British American Tobacco (BAT), sebagai induk usaha, untuk posisi Indonesia sebagai penghubung ekspor ke 19 negara.
"Karena kami menjadi bagian dari BAT grup kami harus melakukan pengembangan IT supaya lebih selaras dengan sistemnya, sehingga bisa lebih efisien," katanya.
Pihaknya optimistis bisa segera memperoleh laba bersih setelah merugi selama beberapa tahun terakhir. Meski belum dipastikan kapan Bentoel bisa mencatatkan untung. Namun Shahid memastikan perseroan terus berupaya untuk mencatatkan untuk meningkatkan kinerja bisnis.
Direktur Legal dan External Affair Bentoel, Mercy Francisca mengatakan perseroan juga akan fokus untuk mengembangkan produk unggulan dan merek yang kuat untuk dapat bersaing, memperluas pemasaran dan distribusi perdagangan di Indonesia, investasi modal untuk menciptakan inovasi, mengembangkan SDM dan mengembangkan ekspor.
Sebelumnya Bentoel diterpa isu tidak sedap perihal menghindari pajak melalui pembayaran royalti.
Sumbernya adalah laporan lembaga Tax Justice Network yang merilis laporan Abu Jadi Abu (Ashes to Ashes) per April 2019 terkait dengan dugaan Bentoel International, anak usaha BAT, dan cara perusahaan rokok menghindari pajak di Indonesia.
Laporan itu tak hanya soal Bentoel, melainkan anak-anak BAT dalam menghindari pajak di negara-negara berpendapatan menengah dan bawah. Beberapa negara di antaranya Indonesia, Bangladesh, Brazil, Guyana, Trinidad dan Tobago, Kenya, Uganda dan Zambia.
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa Bentoel menghindari pajak hingga US$ 14 juta per tahun atau sekitar Rp 199 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$, akibat dari pembayaran bunga pinjaman.
Lebih lanjut Shahid mengatakan, sebagai bagian dari grup besar, maka perseroan juga memiliki guideline yang sama dengan anak perusahaan lainnya, termasuk persoalan royalti. "Kami mengikuti terus perkembangannya, karena guideline-nya selalu berubah," kata dia.
Mengacu laporan keuangan, pada kuartal I-2019, RMBA masih betah merugi sama seperti tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan hampir 10% sepertinya belum mampu mendongkrak kinerja bottom line (laba) perusahaan.
Hal ini dikarenakan, sepanjang kuartal pertama tahun ini, perusahaan sudah mencatatkan kerugian sebesar Rp 83,3 miliar.
Tahun lalu, RMBA juga mengantongi kerugian hingga Rp 608,46 miliar, 26,75% lebih tinggi dibanding kerugian di tahun 2017 yang sebesar Rp 480,06 miliar. Perusahaan, setidaknya terus merugi sejak tahun 2012.
Kisah produsen rokok Bentoel.[Gambas:Video CNBC]
Presiden Direktur Bentoel Internasional Investama Christoper John McAllister mengatakan penurunan ini adalah imbas dari penerapan cukai rokok di tahun-tahun lalu. Kendati demikian, pihaknya cukup terkejut dengan volume pada kuartal I-2019 yang turun sebesar 7% secara industri, cukup besar akibat cukai rokok.
"Saya cukup surprise penurunan cukup besar karena nilai cukainya cukup tinggi, dan impact-nya mulai terasa sekarang. Biarpun tahun ini tidak naik, tapi cukup berdampak pada daya beli," kata McAllister, Kamis (20/06/2019).
Perseroan optimistis bisa memenangkan pangsa pasar Indonesia. Hingga akhir 2018, Bentoel berhasil mencatatkan pangsa pasar 8%. Namun salah satu beban dari perseroan adalah besarnya biaya pengembangan teknologi informasi.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Bentoel Shahid afzal mengatakan Bentoel masih akan fokus pada pengembangan teknologi informasi (TI) guna efisiensi bisnis. Hal ini juga sejalan dengan strategi British American Tobacco (BAT), sebagai induk usaha, untuk posisi Indonesia sebagai penghubung ekspor ke 19 negara.
"Karena kami menjadi bagian dari BAT grup kami harus melakukan pengembangan IT supaya lebih selaras dengan sistemnya, sehingga bisa lebih efisien," katanya.
Pihaknya optimistis bisa segera memperoleh laba bersih setelah merugi selama beberapa tahun terakhir. Meski belum dipastikan kapan Bentoel bisa mencatatkan untung. Namun Shahid memastikan perseroan terus berupaya untuk mencatatkan untuk meningkatkan kinerja bisnis.
Direktur Legal dan External Affair Bentoel, Mercy Francisca mengatakan perseroan juga akan fokus untuk mengembangkan produk unggulan dan merek yang kuat untuk dapat bersaing, memperluas pemasaran dan distribusi perdagangan di Indonesia, investasi modal untuk menciptakan inovasi, mengembangkan SDM dan mengembangkan ekspor.
Sebelumnya Bentoel diterpa isu tidak sedap perihal menghindari pajak melalui pembayaran royalti.
Sumbernya adalah laporan lembaga Tax Justice Network yang merilis laporan Abu Jadi Abu (Ashes to Ashes) per April 2019 terkait dengan dugaan Bentoel International, anak usaha BAT, dan cara perusahaan rokok menghindari pajak di Indonesia.
Laporan itu tak hanya soal Bentoel, melainkan anak-anak BAT dalam menghindari pajak di negara-negara berpendapatan menengah dan bawah. Beberapa negara di antaranya Indonesia, Bangladesh, Brazil, Guyana, Trinidad dan Tobago, Kenya, Uganda dan Zambia.
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa Bentoel menghindari pajak hingga US$ 14 juta per tahun atau sekitar Rp 199 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$, akibat dari pembayaran bunga pinjaman.
Lebih lanjut Shahid mengatakan, sebagai bagian dari grup besar, maka perseroan juga memiliki guideline yang sama dengan anak perusahaan lainnya, termasuk persoalan royalti. "Kami mengikuti terus perkembangannya, karena guideline-nya selalu berubah," kata dia.
Mengacu laporan keuangan, pada kuartal I-2019, RMBA masih betah merugi sama seperti tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan hampir 10% sepertinya belum mampu mendongkrak kinerja bottom line (laba) perusahaan.
Tahun lalu, RMBA juga mengantongi kerugian hingga Rp 608,46 miliar, 26,75% lebih tinggi dibanding kerugian di tahun 2017 yang sebesar Rp 480,06 miliar. Perusahaan, setidaknya terus merugi sejak tahun 2012.
Kisah produsen rokok Bentoel.[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Sri Mulyani Sinyalkan Cukai Naik, Industri Rokok RI Gimana?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular