
Duh! 8 Tahun Beruntun 3 Emiten Ini Betah Merugi, Siapa Saja?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
02 August 2019 16:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini menjadi pekan yang cukup ramai karena emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai melaporkan kinerja keuangan semester pertama 2019. Lebih tepatnya, tenggat waktunya pada 31 Juli lalu untuk laporan keuangan semester I-2019.
Namun di antara emiten-emiten tersebut, ada yang rajin menyetor rapor merah kepada pelaku pasar, yakni PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA).
Ketiga emiten tersebut, setidaknya sejak 2012 tak pernah absen merugi, bahkan nilainya membengkak dari tahun ke tahun.
Tabel di atas menunjukkan bahwa emiten telekomunikasi asuhan Grup Sinarmas, FREN, membukukan rugi beruntun paling lama, yakni 12 tahun atau sejak tahun 2008. Padahal sejak tahun 2011 pendapatan perusahaan sudah berhasil bergerak ke utara alias tumbuh positif.
Secara umum, pos pendapatan perusahaan mencatatkan kenaikan disokong oleh meningkatnya pemasukan dari jasa interkoneksi. Akan tetapi dikarenakan beban usaha yang terlampau tinggi, yang melebihi total pendapatan, FREN bahkan tidak mampu mencatatkan laba operasional atau laba usaha.
Lebih lanjut, KRAS dan RMBA sama-sama tekor dalam 8 tahun terakhir. Namun emiten baja pelat merah, KRAS, yang di tahun ini kerugiannya semakin membengkak, padahal baru performa 6 bulan pertama.
Pada semester pertama tahun ini, kerugian yang dibukukan perusahaan mencapai US$ 134,95 juta atau setara Rp 1,89 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Jauh lebih besar dibandingkan kerugian yang dibukukan sepanjang tahun lalu, yaitu Rp 1,05 triliun (naik 80,42%).
Kerugian mulai dicatatkan di tahun 2012 hingga saat ini karena pos-pos pembiayaan lainnya, seperti beban penjualan, beban administrasi, dan beban bunga KRAS membengkak. Terlebih lagi, anak usaha juga terus mencatatkan kerugian.
Kemudian, terkait kerugian beruntun yang dialami oleh emiten produsen rokok, RMBA, penyebab utamanya juga beban usaha, lebih tepatnya beban umum (dan administrasi). Pos beban umum dengan proporsi biaya terbesar adalah promosi dan iklan, kompensasi karyawan, serta pemeliharaan sistem informasi.
Alhasil, sama halnya dengan FREN, sejak tahun 2012 perusahaan tidak hanya membukukan rugi bersih, tapi juga rugi usaha.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Premium! Bentoel Beli Saham Publik Rp 1.000, RUPS Besok
Namun di antara emiten-emiten tersebut, ada yang rajin menyetor rapor merah kepada pelaku pasar, yakni PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA).
Ketiga emiten tersebut, setidaknya sejak 2012 tak pernah absen merugi, bahkan nilainya membengkak dari tahun ke tahun.
![]() |
Tabel di atas menunjukkan bahwa emiten telekomunikasi asuhan Grup Sinarmas, FREN, membukukan rugi beruntun paling lama, yakni 12 tahun atau sejak tahun 2008. Padahal sejak tahun 2011 pendapatan perusahaan sudah berhasil bergerak ke utara alias tumbuh positif.
Secara umum, pos pendapatan perusahaan mencatatkan kenaikan disokong oleh meningkatnya pemasukan dari jasa interkoneksi. Akan tetapi dikarenakan beban usaha yang terlampau tinggi, yang melebihi total pendapatan, FREN bahkan tidak mampu mencatatkan laba operasional atau laba usaha.
Lebih lanjut, KRAS dan RMBA sama-sama tekor dalam 8 tahun terakhir. Namun emiten baja pelat merah, KRAS, yang di tahun ini kerugiannya semakin membengkak, padahal baru performa 6 bulan pertama.
Pada semester pertama tahun ini, kerugian yang dibukukan perusahaan mencapai US$ 134,95 juta atau setara Rp 1,89 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Jauh lebih besar dibandingkan kerugian yang dibukukan sepanjang tahun lalu, yaitu Rp 1,05 triliun (naik 80,42%).
Kerugian mulai dicatatkan di tahun 2012 hingga saat ini karena pos-pos pembiayaan lainnya, seperti beban penjualan, beban administrasi, dan beban bunga KRAS membengkak. Terlebih lagi, anak usaha juga terus mencatatkan kerugian.
Kemudian, terkait kerugian beruntun yang dialami oleh emiten produsen rokok, RMBA, penyebab utamanya juga beban usaha, lebih tepatnya beban umum (dan administrasi). Pos beban umum dengan proporsi biaya terbesar adalah promosi dan iklan, kompensasi karyawan, serta pemeliharaan sistem informasi.
Alhasil, sama halnya dengan FREN, sejak tahun 2012 perusahaan tidak hanya membukukan rugi bersih, tapi juga rugi usaha.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Premium! Bentoel Beli Saham Publik Rp 1.000, RUPS Besok
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular