
Baru Dijabat CEO Baru, Indosat Jajaki Rights Issue
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
02 August 2019 16:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT) membuka peluang menghimpun pendanaan di pasar modal melalui mekanisme penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue pada semester kedua tahun ini.
Pasalnya, perusahaan dengan kode saham ISAT tersebut membutuhkan dana ekspansi sebesar Rp 10 triliun untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini. Belanja modal akan dipakai untuk membangun sebanyak 18.000 menara base tranceiver station (BTS) 4G sepanjang tahun 2019.
Rencana ini sebetulnya sudah diembuskan oleh direktur utama Indosat sebelumnya yakni Chris Kanter yang menyebut, sumber pendanaan belanja modal akan berasal dari penerbitan obligasi korporasi, rights issue, dan menjual menara.
Baru-baru ini, Indosat juga menerbitkan obligasi korporasi dan sukuk dengan target penghimpunan dana Rp 2 triliun, namun ternyata mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed 1,7 kali atau mencapai Rp 3,38 triliun. Rinciannya, nilai tersebut terdiri dari obligasi sebesar Rp 2,59 triliun dan sukuk ijarah sebesar Rp 794 miliar.
Obligasi tersebut ditawarkan dalam empat seri dengan tingkat kisaran suku bunga per tahun di 8,25-10%, di mana suku bunga terendah untuk seri yang jatuh tempo 370 hari, dan suku bunga tertinggi (10%) untuk jatuh tempo 10 tahun.
"Kami masih lihat kemungkinan [rights issue] di semester kedua," kata Ahmad Abdulaziz Al-Neama, Chief Executive Office (CEO) dan Direktur Utama Indosat yang baru, Jumat (2/8/2019) di Jakarta.
Hanya saja, dia belum membeberkan berapa target dana yang akan dihimpun jika rights issue tersebut direalisasikan.
"Kajiannya sudah dilakukan, kita terbuka dengan semua opsi," kata Ahmad.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Indosat pada Kamis kemarin resmi menetapkan Ahmad Abdulaziz Al-Neama sebagai CEO dan Direktur Utama Indosat, serta Chris Kanter sebagai komisaris.
Manajemen ISAT dalam beberapa kesempatan menyatakan anggaran belanja modal periode 2019-2021 dialokasikan mencapai US$ 2 miliar atau setara Rp 30 triliun. Jadi per tahun nilai rerata belanja modal perusahaan adalah Rp 10 triliun.
Simak bagaimana rencana konsolidasi emiten telco.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Tawarkan PHK 677 Karyawan, Ini Potret Kinerja Indosat di 2019
Pasalnya, perusahaan dengan kode saham ISAT tersebut membutuhkan dana ekspansi sebesar Rp 10 triliun untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini. Belanja modal akan dipakai untuk membangun sebanyak 18.000 menara base tranceiver station (BTS) 4G sepanjang tahun 2019.
Rencana ini sebetulnya sudah diembuskan oleh direktur utama Indosat sebelumnya yakni Chris Kanter yang menyebut, sumber pendanaan belanja modal akan berasal dari penerbitan obligasi korporasi, rights issue, dan menjual menara.
Baru-baru ini, Indosat juga menerbitkan obligasi korporasi dan sukuk dengan target penghimpunan dana Rp 2 triliun, namun ternyata mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed 1,7 kali atau mencapai Rp 3,38 triliun. Rinciannya, nilai tersebut terdiri dari obligasi sebesar Rp 2,59 triliun dan sukuk ijarah sebesar Rp 794 miliar.
Obligasi tersebut ditawarkan dalam empat seri dengan tingkat kisaran suku bunga per tahun di 8,25-10%, di mana suku bunga terendah untuk seri yang jatuh tempo 370 hari, dan suku bunga tertinggi (10%) untuk jatuh tempo 10 tahun.
"Kami masih lihat kemungkinan [rights issue] di semester kedua," kata Ahmad Abdulaziz Al-Neama, Chief Executive Office (CEO) dan Direktur Utama Indosat yang baru, Jumat (2/8/2019) di Jakarta.
Hanya saja, dia belum membeberkan berapa target dana yang akan dihimpun jika rights issue tersebut direalisasikan.
"Kajiannya sudah dilakukan, kita terbuka dengan semua opsi," kata Ahmad.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Indosat pada Kamis kemarin resmi menetapkan Ahmad Abdulaziz Al-Neama sebagai CEO dan Direktur Utama Indosat, serta Chris Kanter sebagai komisaris.
Manajemen ISAT dalam beberapa kesempatan menyatakan anggaran belanja modal periode 2019-2021 dialokasikan mencapai US$ 2 miliar atau setara Rp 30 triliun. Jadi per tahun nilai rerata belanja modal perusahaan adalah Rp 10 triliun.
Simak bagaimana rencana konsolidasi emiten telco.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Tawarkan PHK 677 Karyawan, Ini Potret Kinerja Indosat di 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular