Newsletter

Wall Street Berbalik Hijau, Pasar Saham Bisa tak Jadi Galau

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 July 2019 07:00
Wall Street Berbalik Hijau, Pasar Saham Bisa tak Jadi Galau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Indonesia digdaya kemarin. Setelah sehari sebelumnya sempat terkoreksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tanpa sekalipun terseret ke zona merah seperti halnya mayoritas bursa saham Asia dan Eropa.   

IHSG yang menguat 0,57% ditopang oleh sektor infrastruktur, industri dasar, dan properti masing-masing dengan penguatan individu sebesar 1,34%, 1,06%, dan 0,98%, bersama dengan tiga sektor lain.

Tiga indeks sektoral yang terkoreksi adalah tambang, barang konsumsi, dan aneka industri. Sektor pertambangan terutama terbebani koreksi dari saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang terkoreksi beruntun sejak awal pekan karena ada tuduhan penghindaran pajak serta dari turunnya saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Beberapa faktor penyebab utama penguatan pasar saham tentu karena pelaku pasar sudah memiliki modal dan kepercayaan diri dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang esuai prediksi ketika diumumkan pada Senin. Modal lain adalah data cadangan devisa US$ 123,8 miliar yang di atas prediksi pasar serta di atas data bulan Mei.  

Padahal, sentimen negatif yang sedang mengancam pasar saham Indonesia dan negara berkembang adalah riset dari Morgan Stanley yang mulai mengurangi portofolio pasar sahamnya dari sisi alokasi aset dan akan melepas portofolionya di negara berkembang karena akan mengalihkan ke negara maju.

Di tengah penguatannya kemarin, arus dana investor asing tercatat signifikan positif di pasar saham sehingga semakin mempertebal keyakinan terhadap penguatan tersebut yaitu sebesar Rp 735,67 di pasar reguler dan Rp 809,66 miliar di seluruh pasar.  

Di bursa saham, ada tiga macam transaksi, yaitu transaksi di pasar reguler atau pasar biasa, pasar negosiasi, dan pasar tunai.   

Transaksi di pasar reguler merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme tawar menawar berkelanjutan dan menjadi fasilitas bertransaksi di mall dengan harga normal dan jumlah transaksi minimal 1 lot.



Dukungan dari masuknya arus dana investasi dari investor asing ternyata tidak hanya terjadi di pasar saham karena investor di pasar surat utang negara (SUN) mereka juga menciptakan senyum. 

Harga SUN kembali menguat tipis di beberapa sektor acuan hingga tutup pasar kemarin, yang juga disertai arus dana investor asing yang kepemilikannya pada SBN sudah di atas level psikologis Rp 1.000 triliun berdasarkan data 8 Juli.   

Yield Obligasi Negara Acuan 9 Jul'19
SeriJatuh tempoYield 8 Jul'19 (%)Yield 9 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 9 Jul'19
FR00775 tahun6.7876.759-2.806.7216
FR007810 tahun7.2487.2661.807.2523
FR006815 tahun7.6247.592-3.207.5972
FR007920 tahun7.7477.7581.107.7393
Avg movement-0.77
Sumber: Refinitiv  

Penguatan pasar saham dan obligasi sayangnya tidak mampu menggondol treble winner harian karena tidak dilengkapi oleh penguatan indikator lain yaitu rupiah. 

Kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sempat memberi harapan dengan menipiskan depresiasi. Tetapi sayang ternyata itu hanya harapan palsu dan rupiah pun berbalik melemah.  

Di akhir hari, rupiah dihargai Rp 14.125 per dollar AS atau turun 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.  

Akan tetapi harapan tinggal harapan. Sampai penutupan pasar rupiah tidak bisa menguat, yang ada malah pelemahannya yang bertambah parah.  

Berlanjut ke halaman 2 >>
Koreksi di pasar saham Asia terjadi secara luas. Penguatan hanya dialami indeks Nikkei 225 di Jepang dan KLCI di Malaysia, sedangkan sisanya memerah.

Pelemahan juga masih terjadi di bursa China, Shanghai, dan Hong Kong, meskipun tensi perseteruan terkait dengan rancangan undang-undang ekstradisi sudah tidak dilanjutkan oleh pemerintahan Hong Kong.

Pelaku pasar juga awalnya sempat khawatir Hong Kong akan berdarah-darah terlebih sangat berpotensi ditunggangi kepentingan AS yang sedang melancarkan aksi perang dagang dengan China.

Tentu masing-masing negara menginginkan kartu truf dari musuhnya guna memiliki daya tawar jika diperlukan dalam perundingan yang rencananya akan digelar pekan ini melalui sambungan telepon.

Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat melawan mata uang utama lainnya pada perdagangan Selasa hingga pagi ini, di mana berarti The Greenback sudah naik 5 hari berturut-turun.

Posisi dolar AS berdasarkan Dollar Index berada di level 97,51 atau menguat 0,14% melansir data Refinitiv pada 2:35.

Indeks dolar dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan acuan kekuatan dolar AS terhadap mata uang dunia.



Eropa DAX di Jerman turun 0,85%, CAC di Perancis melemah 0,13%, dan FTSE 100 terkoreksi 0,17%, pada penutupan pasar semalam akibat lungsuran sentimen negatif dari sektor perbankan terutama fokus pelaku pasar pada pemangkasan karyawan Deutsche Bank.

Deutsche Bank mengumumkan segera memecat sebagian tenaga kerja dari divisi equity capital market dan bankir investasi di seluruh dunia sebagai aksi penyelamatan bank terbesar di Jerman tersebut.

Tentu langkah itu patut diperhatikan karena dampaknya tidak hanya ke perusahaan tetapi juga berpotensi 'menggoyang' stabilitas Jerman serta Eropa.

Beralih ke Wall Street, pasar saham Amerika Serikat ditutup bervariasi dengan mayoritas menguat, di mana dua indeks utama positif dan hanya Dow Jones Industrial Avg yang terkoreksi.

Posisi penutupan tersebut lebih baik dari ketika dibuka yang cenderung negatif, dengan penyebab utama rilis laporan keuangan dari sektor teknologi informasi (IT) yang

Meskipun ditutup positif, ketika jam perdagangan pasar saham belum dibuka, pelaku pasar global berharap pada pidato Gubernur The Fed Jerome 'Jay' Powell guna menjelaskan arah bank sentral ke depannya terkait makroekonomi dan kebijakan moneternya.

Berlanjut ke halaman 3 >> Berikut ini sentimen yang perlu diwaspadai dan dicermati pelaku pasar hari ini.

Pertama, Wall Street yang ditutup positif tentu 'sesuatu banget' karena berbalik dari awal perdagangan yang justru terkoreksi.

Naiknya harga saham perusahaan IT secara signifikan yaitu dari Amazon.com, Facebook Inc., Apple, serta Netflix mendorong indeks Nasdaq Composite dan S&P 500 keluar dari zona merah sehingga sukses ditutup menguat tipis masing-masing 0,12% dan 0,53%.

Kedua, setelah pasar saham AS tutup, sentimen positif mewarnai ekspektasi perkembangan perang dagang AS-China yang memasuki babak baru.

Amerika Serikat (AS) dan China telah memulai kembali negosiasi dagang yang terhenti sejak Mei 2019. Hal itu ditandai dengan pembicaraan via telepon antara Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Menteri Perdagangan China Zhong San, Selasa (9/7/2019) waktu AS.

Menurut laporan CNBC International, pembicaraan dimaksudkan "untuk melakukan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang belum terselesaikan" antara kedua negara. Demikian dituturkan salah seorang pejabat AS yang mengetahui pembicaraan itu. Sang pejabat pun bilang kalau "kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan itu sebagaimana mestinya".

Ketiga, membaiknya kondisi Hong Kong dapat berdampak kembali ke pasar Asia dan domestik hari ini, meskipun kemarin dampaknya hanya minor di Benua Kuning. Kemarin, Carrie Lam, pemimpin eksekutif Hong Kong menyatakan pembahasan aturan ekstradisi 'sudah mati'.

Sebagian pelaku pasar masih meragukan kesungguhan Lam dengan kata-katanya dan khawatir ada silat lidah di sana. Tetapi sebagian lain berpendapat masalah sudah usai dan seharusnya pasar dapat berjalan normal lagi.

Keempat, nilai tukar dolar yang menguat dan membentuk reli 5 hari berturut-turut tentu menjadi momok tersendiri, yang baru dapat terlihat setelah kita membandingkannya dengan enam mata uang utama dunia.

Jika hal ini masih berlangsung, semoga saja menguatnya dolar AS tidak menenggelamkan sentimen-sentimen positif di atas.

Kelima, rencana China menurunkan tingkat polusi udara akan berpengaruh pada salah satu jenis komoditas, yaitu batu bara.

Untuk komoditas lain, harga emas turun dan semakin menjauhi level psikologis US$ 1.400 per troy ounce yang masih terpengaruh data tenaga kerja non-pertanian yang diumumkan akhir pekan lalu.

Di sisi lain, minyak sawit mentah (CPO) masih juga negatif. Ini karena tingkat persediaan Malaysia yang diprediksi dapat menyentuh level sakral 3 juta ton tahun ini serta ekspektasi meningkatkan produksi pada semester II di tengah tingkat penyerapan impor yang semakin mini.

Keenam, patut diperhatikan juga data-data ekonomi khususnya inflasi China-Jerman-AS, pertumbuhan ekonomi Inggris Raya, dan tentunya publikasi risalah meeting FOMC sebelumnya yang ditunggu-tunggu pasar tentu akan membuat pasar keuangan global semakin meriah serta membuat pelaku pasar cuan dan sumringah.


Berlanjut ke halaman 4 >>
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di sisa hari kerja pekan ini:
 

Rabu (10/7/19)
Inflasi, China (08.30 WIB)
Neraca perdagangan, Inggris Raya (15.30 WIB)
Pertumbuhan ekonomi, Inggris Raya (15.30 WIB)  

Listing PT Arkha Jayanti Persada Tbk (ARKA) (09.00 WIB)
Listing PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) (09.00 WIB)      


Kamis (11/7/19)
Risalah FOMC meeting, AS (01.00 WIB)
Inflasi, Jerman (13.00 WIB)
Kebijakan moneter, ECB (18.30 WIB)
Inflasi, AS (19.30 WIB)    

Listing PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) (09.00 WIB)
RUPS PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) (10.00 WIB)
Public expose PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) (Setelah RUPS)


Jumat (12/7/19)
Neraca perdagangan, China (10.00 WIB)
Indeks Harga Produsen (PPI), AS (19.30 WIB)  

Listing PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT) (09.00 WIB)
RUPS PT ICTSI Jasa Prima Tbk (KARW) (10.00 WIB)
RUPS PT Modernland Internasional Tbk (MDRN) (09.00 WIB)    


Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019 YoY)5,17%
Inflasi (Juni 2019 YoY)3,28%
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Juni 2019)6%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (1Q-2019)-2,6% PDB
Neraca pembayaran (1Q-2019)US$ 2,42 miliar
Cadangan devisa (Juni 2019)US$ 123,8 miliar
    



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular