
Newsletter
Wall Street Berbalik Hijau, Pasar Saham Bisa tak Jadi Galau
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 July 2019 07:00

Berikut ini sentimen yang perlu diwaspadai dan dicermati pelaku pasar hari ini.
Pertama, Wall Street yang ditutup positif tentu 'sesuatu banget' karena berbalik dari awal perdagangan yang justru terkoreksi.
Naiknya harga saham perusahaan IT secara signifikan yaitu dari Amazon.com, Facebook Inc., Apple, serta Netflix mendorong indeks Nasdaq Composite dan S&P 500 keluar dari zona merah sehingga sukses ditutup menguat tipis masing-masing 0,12% dan 0,53%.
Kedua, setelah pasar saham AS tutup, sentimen positif mewarnai ekspektasi perkembangan perang dagang AS-China yang memasuki babak baru.
Amerika Serikat (AS) dan China telah memulai kembali negosiasi dagang yang terhenti sejak Mei 2019. Hal itu ditandai dengan pembicaraan via telepon antara Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Menteri Perdagangan China Zhong San, Selasa (9/7/2019) waktu AS.
Menurut laporan CNBC International, pembicaraan dimaksudkan "untuk melakukan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang belum terselesaikan" antara kedua negara. Demikian dituturkan salah seorang pejabat AS yang mengetahui pembicaraan itu. Sang pejabat pun bilang kalau "kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan itu sebagaimana mestinya".
Pertama, Wall Street yang ditutup positif tentu 'sesuatu banget' karena berbalik dari awal perdagangan yang justru terkoreksi.
Naiknya harga saham perusahaan IT secara signifikan yaitu dari Amazon.com, Facebook Inc., Apple, serta Netflix mendorong indeks Nasdaq Composite dan S&P 500 keluar dari zona merah sehingga sukses ditutup menguat tipis masing-masing 0,12% dan 0,53%.
Kedua, setelah pasar saham AS tutup, sentimen positif mewarnai ekspektasi perkembangan perang dagang AS-China yang memasuki babak baru.
Amerika Serikat (AS) dan China telah memulai kembali negosiasi dagang yang terhenti sejak Mei 2019. Hal itu ditandai dengan pembicaraan via telepon antara Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Menteri Perdagangan China Zhong San, Selasa (9/7/2019) waktu AS.
Menurut laporan CNBC International, pembicaraan dimaksudkan "untuk melakukan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang belum terselesaikan" antara kedua negara. Demikian dituturkan salah seorang pejabat AS yang mengetahui pembicaraan itu. Sang pejabat pun bilang kalau "kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan itu sebagaimana mestinya".
Ketiga, membaiknya kondisi Hong Kong dapat berdampak kembali ke pasar Asia dan domestik hari ini, meskipun kemarin dampaknya hanya minor di Benua Kuning. Kemarin, Carrie Lam, pemimpin eksekutif Hong Kong menyatakan pembahasan aturan ekstradisi 'sudah mati'.
Sebagian pelaku pasar masih meragukan kesungguhan Lam dengan kata-katanya dan khawatir ada silat lidah di sana. Tetapi sebagian lain berpendapat masalah sudah usai dan seharusnya pasar dapat berjalan normal lagi.
Keempat, nilai tukar dolar yang menguat dan membentuk reli 5 hari berturut-turut tentu menjadi momok tersendiri, yang baru dapat terlihat setelah kita membandingkannya dengan enam mata uang utama dunia.
Jika hal ini masih berlangsung, semoga saja menguatnya dolar AS tidak menenggelamkan sentimen-sentimen positif di atas.
Kelima, rencana China menurunkan tingkat polusi udara akan berpengaruh pada salah satu jenis komoditas, yaitu batu bara.
Untuk komoditas lain, harga emas turun dan semakin menjauhi level psikologis US$ 1.400 per troy ounce yang masih terpengaruh data tenaga kerja non-pertanian yang diumumkan akhir pekan lalu.
Di sisi lain, minyak sawit mentah (CPO) masih juga negatif. Ini karena tingkat persediaan Malaysia yang diprediksi dapat menyentuh level sakral 3 juta ton tahun ini serta ekspektasi meningkatkan produksi pada semester II di tengah tingkat penyerapan impor yang semakin mini.
Keenam, patut diperhatikan juga data-data ekonomi khususnya inflasi China-Jerman-AS, pertumbuhan ekonomi Inggris Raya, dan tentunya publikasi risalah meeting FOMC sebelumnya yang ditunggu-tunggu pasar tentu akan membuat pasar keuangan global semakin meriah serta membuat pelaku pasar cuan dan sumringah.
Berlanjut ke halaman 4 >>
(irv/irv)
Sebagian pelaku pasar masih meragukan kesungguhan Lam dengan kata-katanya dan khawatir ada silat lidah di sana. Tetapi sebagian lain berpendapat masalah sudah usai dan seharusnya pasar dapat berjalan normal lagi.
Keempat, nilai tukar dolar yang menguat dan membentuk reli 5 hari berturut-turut tentu menjadi momok tersendiri, yang baru dapat terlihat setelah kita membandingkannya dengan enam mata uang utama dunia.
Jika hal ini masih berlangsung, semoga saja menguatnya dolar AS tidak menenggelamkan sentimen-sentimen positif di atas.
Kelima, rencana China menurunkan tingkat polusi udara akan berpengaruh pada salah satu jenis komoditas, yaitu batu bara.
Untuk komoditas lain, harga emas turun dan semakin menjauhi level psikologis US$ 1.400 per troy ounce yang masih terpengaruh data tenaga kerja non-pertanian yang diumumkan akhir pekan lalu.
Di sisi lain, minyak sawit mentah (CPO) masih juga negatif. Ini karena tingkat persediaan Malaysia yang diprediksi dapat menyentuh level sakral 3 juta ton tahun ini serta ekspektasi meningkatkan produksi pada semester II di tengah tingkat penyerapan impor yang semakin mini.
Keenam, patut diperhatikan juga data-data ekonomi khususnya inflasi China-Jerman-AS, pertumbuhan ekonomi Inggris Raya, dan tentunya publikasi risalah meeting FOMC sebelumnya yang ditunggu-tunggu pasar tentu akan membuat pasar keuangan global semakin meriah serta membuat pelaku pasar cuan dan sumringah.
Berlanjut ke halaman 4 >>
Next Page
Data dan Agenda Pekan Ini
Pages
Most Popular