Newsletter

Trump Beri Kabar Baik, Saatnya Menunggu Dolar Eksportir Balik ke RI

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
22 January 2025 06:15
Infografis/ 10 Negara Di Dunia Dengan Cadangan Devisa Terbesar/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ 10 Negara Di Dunia Dengan Cadangan Devisa Terbesar
  • Pasar keuangan Indonesia kompak menguat usai pelantikan Donald Trump
    Wall Street berpesta sambut kembali Trump di Gedung Putih
  • Pelantikan Trump serta aturan DHE diperkirakan akan menggerakkan pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia-  Pasar keuangan Indonesia menguat usai pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar rupiah sama-sama menguat sementara Surat Berharga Negara (SBN) diburu investor.

Pasar keuangan Indonesia hari ini diharapkan kembali positif. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar keuangan Indonesia pada hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.


Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada perdagangan kemarin, Selasa (21/1/2025) menguat 0,15% di angka Rp16.330/US$. Ini menjadi posisi terkuat sejak 14 Januari 2025 atau dalam sepekan terakhir. Pada saat bersamaan, indeks dolar AS (DXY) mulai melandai ke level 108 setelah beberapa hari bertahan di 109.

Penguatan rupiah terjadi karena pasar menilai dampak ekonomi dari kebijakan masa jabatan kedua Trump. Menurut Reuters, seorang pejabat Trump mengungkapkan bahwa presiden akan mengeluarkan memorandum perdagangan pada hari pertama menjabat tanpa memberlakukan tarif baru.

Sebelumnya, Trump sempat berjanji mengenakan tarif 10-20% pada semua barang impor, hingga 60% untuk barang impor dari China. Ia juga mengancam tarif 25% untuk impor dari Kanada dan Meksiko jika gagal mengatasi aliran narkoba dan migrasi ilegal ke AS. Namun, ancaman tersebut tidak diwujudkan pada hari pertama masa jabatannya.

Trump juga mengumumkan pembentukan Layanan Pendapatan Eksternal untuk mengumpulkan tarif dan bea. "Akan ada uang besar mengalir ke kas negara kita dari sumber asing. Impian Amerika akan segera kembali," kata Trump dalam pidatonya.

Fikri C. Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, menyarankan pelaku pasar agar tidak terlalu euforia dengan penguatan rupiah. Kekhawatiran terkait kebijakan Trump Tariff masih menjadi ancaman.

Maybank Indonesia Economic Research menambahkan, penguatan rupiah bersama mata uang Asia lainnya mencerminkan arus masuk dana setelah investor global merespons pidato Trump yang tidak membahas tarif perdagangan atau pajak baru.

Ralph Birger Poetiray, Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, memperkirakan rupiah dapat terus menguat dalam waktu dekat, mengingat permintaan musiman belum terlihat, sementara fundamental masih solid.

Pelantikan Trump yang berlangsung di Rotunda Capitol AS menjadi sorotan dunia. Dalam pidatonya, Trump menekankan kebangkitan ekonomi AS, meski kebijakan proteksionisnya masih menimbulkan kekhawatiran di pasar global.

Dalam jangka pendek, pasar melihat potensi penguatan dari pidato Trump yang tidak menyebut tarif baru. Rilis kinerja keuangan emiten ke depan diharapkan dapat menjadi angin segar di tengah ketidakpastian saat ini.

Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada perdagangan sesi I kemarin (21/1/2025), pasca pelantikan Presiden AS Donald Trump. IHSG ditutup di posisi 7181,20 atau menguat 0,15%. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 16 Desember 2024.

Sebanyak 238 saham menguat, 232 saham tak berubah sementara 345 melemah. Volume perdagangan mencapai 19,3 miliar saham dengan nilai Rp 12,7 triliun.
Kendati menguat investor asing masih mencatat net sell dengan nilai Rp 383,17 miliar.

Dari pasar obligasi, imbal hasil SBN tenor 10 tahun sedikit melandai ke 7,12% pada perdagangan kemarin, dari sebelumnya ke 7,17%. Imbal hasil yang melandai ini menandai harga SBN tengah naik karena diburu investor.


Pasar saham AS menguat pada penutupan perdagangan Selasa (21/1/2025) atau Rabu dini hari, didorong optimisme investor terhadap komentar dan tindakan awal Presiden Donald Trump terkait kebijakan perdagangan internasional.

Indeks utama Wall Street kompak menguat, dengan Dow Jones Industrial Average melonjak 537,98 poin atau 1,24% ke level 44.025,81. S&P 500 naik 0,88% ke 6.049,24, sementara Nasdaq Composite menambah 0,64% ke 19.756,78.

Saham-saham kapitalisasi kecil pun turut reli, tercermin dari kenaikan Russell 2000 sebesar 1,9%. Saham teknologi seperti Amazon dan Nvidia naik lebih dari 2%, meskipun kinerja Nasdaq terbatas akibat penurunan lebih dari 3% pada saham Apple setelah dua kali mendapat downgrade dari analis Wall Street.

Presiden Trump memulai hari pertamanya di Gedung Putih dengan menandatangani beberapa perintah eksekutif, termasuk memorandum untuk meninjau kebijakan perdagangan yang dianggap tidak adil.

Meski sempat mengancam tarif 25% pada Meksiko dan Kanada terkait kebijakan perbatasan mereka, Trump belum memberikan otorisasi tarif baru, termasuk untuk China. Investor pun menafsirkan hal ini sebagai pendekatan yang lebih lunak dari ekspektasi awal.

"Pengumuman kebijakan tarif Presiden Trump di hari pelantikannya ternyata lebih jinak dari yang diantisipasi," ujar Alec Phillips, Kepala Ekonom Politik AS di Goldman Sachs, dalam catatan kepada kliennya. Namun, Phillips menyoroti retorika Trump terhadap Kanada dan Meksiko yang justru lebih agresif dari perkiraan.

Langkah Trump yang tidak langsung memberlakukan tarif universal memberikan kelegaan bagi pasar yang sempat khawatir kebijakan tersebut dapat memicu inflasi lebih lanjut.

Kendati demikian, investor masih mencermati apakah Trump akan merealisasikan janji-janji pro-bisnisnya, seperti deregulasi yang sempat mendongkrak saham perbankan pasca-kemenangan Trump pada November lalu.

Dalam pidato pelantikannya, Trump menyebut kembalinya ia ke Gedung Putih sebagai awal dari era pertumbuhan dan kesuksesan Amerika, sekaligus mengkritik tajam pemerintahan sebelumnya. Selain itu, Trump mendeklarasikan keadaan darurat energi nasional guna meningkatkan produksi bahan bakar fosil.

Kenaikan Luas di S&P 500
Sekitar 80% saham di S&P 500 ditutup lebih tinggi, menunjukkan reli yang menyeluruh di indeks tersebut. Saham Vistra, yang menjadi salah satu top performer pada 2024, memimpin penguatan dengan lonjakan sekitar 10%. Saham lain seperti NRG Energy dan Prologis juga naik masing-masing lebih dari 7,5%.

Namun, beberapa saham membebani kinerja indeks. Walgreens Boots Alliance menjadi penekan terbesar dengan penurunan hampir 12%, melanjutkan tren negatifnya sejak tahun lalu. Saham lainnya, seperti Apple, Booking Holdings, dan Expedia, juga mencatatkan kinerja buruk pada sesi perdagangan ini.

Dengan sentimen optimisme terhadap kebijakan Trump yang cenderung tidak sekeras perkiraan, Wall Street mengawali pekan ini dengan penguatan signifikan. Pasar kini menunggu langkah lanjutan pemerintah, terutama terkait implementasi kebijakan pro-bisnis yang dijanjikan selama kampanye.

 

Sejumlah sentimen dari luar dan dalam negeri diperkirakan akan menggerakkan pasar IHSG, rupiah, dan SBN hari ini. Snetimen luar negeri datang dari kebijakan Trump sementara dari dalam negeri terdapat revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) serta datangnya musim laporan keuangan.


Kebijakan Trump

Inaugurasi kedua Donald Trump sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat membawa pengaruh yang kompleks terhadap pasar global, termasuk Indonesia. Trump Effect, istilah yang digunakan untuk menggambarkan dampak kebijakan kontroversial dan pro-bisnis dari Presiden Trump, menjadi sorotan utama investor, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas, Silva Halim, menyebutkan bahwa periode kedua Trump menghadirkan apa yang ia sebut "familiar uncertainty." Investor kini sudah lebih mengenal pola kebijakan Trump, terutama terkait proteksionisme perdagangan, sehingga kekhawatiran pasar global mulai mereda.

"Dengan valuasi saham IHSG yang menarik dan imbal hasil dividen yang tinggi, kami optimistis bahwa investor akan tetap tertarik, meski volatilitas di semester pertama mungkin masih tinggi," ujar Silva dalam konferensi pers Pre-Event Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Selasa (21/1/2025).

Lebih lanjut, Trump 2.0 juga membawa harapan baru di sektor energi dan infrastruktur global, dua area yang menjadi fokus kebijakan pro-growth Presiden Trump.

Meskipun terdapat ancaman inflasi akibat tarif perdagangan yang tinggi, langkah ini dapat meningkatkan peluang ekspor Indonesia, terutama di sektor berbasis komoditas. Data dari CORE Indonesia menunjukkan bahwa proteksionisme Trump justru dapat membuka peluang diversifikasi perdagangan ke negara-negara seperti Tiongkok, terutama untuk produk berbahan dasar serat nabati dan farmasi.

Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy, and Planning dari Kiwoom Sekuritas, menjelaskan bahwa dampak Trump Effect terhadap pasar Indonesia masih relatif minim. "Pasar saat ini cenderung bersikap wait-and-see terhadap kebijakan Trump, terutama di sektor perdagangan internasional," ujarnya.

Harapan Investor pada Era Trump 2.0


Agenda Trump yang meliputi deregulasi, reformasi pajak, dan kebijakan pro-bisnis lainnya membawa optimisme sekaligus tantangan bagi pasar. Di AS, langkah-langkah deregulasi ini telah meningkatkan saham sektor perbankan dan menciptakan peluang di industri mata uang kripto, di mana nilai bitcoin dan aset digital lainnya sempat melonjak setelah Trump meluncurkan rencana kripto nasional.

Namun, agenda proteksionisme yang sering dikaitkan dengan kenaikan tarif tetap menjadi perhatian utama. Trump menunda pengumuman tarif besar pada hari pertama jabatannya, yang memberikan sedikit kelegaan di pasar saham global. Kontrak saham S&P 500 tercatat naik 0,4%, sementara mata uang seperti peso Meksiko juga menguat.

Aturan DHE, Seberapa Besar Dongkrak Rupiah
Revisi aturan DHE diharapkan bisa menjadi senjata baru untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Dengan kewajiban DHE yang baru diharapkan DHE atau dolar yang selama ini dibawa pergi eksportir ke Singapura atau negara lain bisa kembali ke Indonesia. Pasokan dolar pun diharapkan naik sehingga rupiah lebih tahan terhadap guncangan dari tekanan global.

Seperti diketahui, pemerintahan Prabowo Subianto resmi mengubah Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE). Eksportir diwajibkan untuk menempatkan DHE sebesar 100% di dalam negeri dalam kurun waktu 1 tahun mulai 1 Maret 2025.

Revisi atas Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 ini akan berlaku untuk sektor mineral dan batu bara, perikanan serta perkebunan seperti kelapa sawit.

"Pemerintah akan segera merevisi PP no. 36 dan akan diperlakukan per 1 Maret tahun ini. Sektor minyak bumi dan gas alam itu tidak diikutkan," ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (21/1/2025)

Penempatan DHE bisa dilakukan pada lembaga keuangan dalam negeri. Airlangga menyatakan, kebijakan tersebut menambah pasokan valutas asing (valas) di dalam negeri sehingga mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Secara lebih rinci, Airlangga menjelaskan, kebijakan tersebut juga akan disertai dengan insentif yaitu pembebasan pajak penghasilan (PPh) atas pendapatan bunga pada instrumen penempatan DHE.

"Kalau reguler biasanya kena pajak 20% tapi untuk DHE 0%," ujarnya.

DHE, lanjut Airlangga juga bisa menjadi agunan kredit apabila eksportir membutuhkan pembiayaan dari perbankan. "Kemudian underlying transaksi swap antara nasabah dan perbankan, eksportir dapat memanfaatkan instrumen swap dengan bank dalam hal memiliki kebutuhan rupiah untuk kegiatan usahanya," jelas Airlangga.

DHE yang dikonversi ke mata uang rupiah akan menjadi pengurang dalam besaran porsi kewajiban penempatan DHE.

Eksportir juga bisa menggunakan porsi dari DHE untuk pembayaran pungutan negara seperti pajak, royalti dan dividen. Pemerintah akan segera berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait serta dunia usaha.

"Konversi ke dalam rupiah dilakukan dalam rangka menambahkan suplai dolar tanpa intervensi berlebihan dari BI dan juga dari suku bunga maupun valas. Mengurangi volatilitas rupiah dan membantu kebutuhan operasional perusahaan," tegas Airlangga.

Musim Laporan Keuangan Tiba
Musim laporan keuangan kuartal IV-2024 dan full year 2024 segera dimulai. Datangnya musim laporan keuangan ini diharapkan menjadi angin segar dan semangat baru yang bisa menjadi sentimen positif pasar. Kinerja yang positif akan menambah kepercayaan diri investor sehingga saham akan bergerak positif.

Hari ini, Bank Negara Indonesia (BBNI) akan merilis laporan keuangan kuartal IV-2024 sekaligus tahun penuh 2024.

Sebagai catatan, pada kuartal IV-2023, laba bersih Rp5,2 triliun.  Secara keseluruhan tahun, laba bersih BBNI menembus Rp20,9 triliun pada 2023, tumbuh 14,2%. Net Interest Income (NII) turun tipis -0,1% menjadi Rp41,3 triliun.

Kredit disalurkan BBNI selama 2023 tumbuh 7,6%  sementara Dana pihak ketiga (DPK) meningkat 5,4%.

Sementara itu, laba BNI hingga kuartal III-2024 sudah mencapai Rp 16,3 triliun.

Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Lelang Surat Utang Negara (Bill) 42-Hari
  • Lelang Surat Utang Negara (Bill) 52-Minggu Amerika Serikat

  • Indeks Pasar Hipotek MBA Amerika Serikat

  • Indeks Utama CB MoM Desember Amerika Serikat

  • Redbook YoY per 18 Januari Amerika Serikat

  • RUPS FASW
  • Pengumuman rilis keuangann FY 2024 BBNI

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC Indonesia Research

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular