
Mau Jajan Saham Batu Bara? Simak Mana yang Likuid
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
09 July 2019 16:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki sesi II perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) harga saham emiten batu bara masih banyak yang mencatatkan koreksi.
Data pasar menunjukkan dari 25 emiten batu bara yang masih aktif diperdagangkan, 10 emiten berada di zona merah, 6 emiten anteng di zona hijau, dan 6 emiten stagnan.
Sementara itu 3 emiten masih dihentikan sementara perdagangannya (suspensi), yaitu PT Bara Jaya Internasional tbk (ATPK), PT Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk (BORN), dan PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS).
Berdasar tabel di bawah ini, terlihat bahwa emiten batu bara dengan kapitalisasi pasar (market capitalization/market cap) terbesar adalah PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dengan nilai sebesar Rp 57 triliun.
Akan tetapi, meski BYAN menjadi jawara dari segi market cap, sejatinya saham perusahaan kurang likuid karena rata-rata volume perdagangan hariannya hanya 21.758 kali transaksi. Jumlah transaksi perdagangan BYAN boleh dikatakan menduduki posisi 3 dari bawah.
Di lain pihak emiten yang paling aktif ditransaksikan oleh pelaku pasar Tanah Air adalah perusahaan batu bara milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
BUMI membukukan rerata volume transaksi harian sebesar 334,68 juta transaksi dengan total nilai transaksi mencapai Rp 47,07 miliar per harinya.
Sepanjang tahun berjalan saham BUMI berhasil mencatatkan imbal hasil 15,53%. Pencapaian tersebut diperoleh di tengah harga batu bara dunia yang terus menunjukkan tren penurunan pada periode yang sama.
Untuk diketahui, per 8 Juli 2019, harga batu bara Newcastle tercatat mengalami koreksi 26,31% ke level US% 75,2/metrik ton.
Lebih lanjut, emiten produsen batu bara lainnya yang juga cukup likuid adalah PT Adaro Energy Tbk/ADRO (61,52 juta transaksi), emiten milik Grup Sinarmas PT Delta Dunia Makmur Tbk/DOID (28,93 juta transaksi), emiten BUMN PT Bukit Asam Tbk/PTBA (23,88 juta transaksi) dan PT Indika Energy Tbk/INDY (21,11 juta transaksi).
Kemudian jika ditilik lebih rinci PTBA membukukan nilai transaksi (turnover) lebih tinggi dibandingkan BUMI. Hal ini dikarenakan harga saham PTBA mencapai Rp 2.980/unit saham, sedangkan bumi hanya Rp 118/unit saham. Harga yang digunakan adalah harga penutupan pasar Senin (8/7/2019).
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Kemarin Melesat, Hari Ini Saham Batu Bara Jadi Pecundang
Data pasar menunjukkan dari 25 emiten batu bara yang masih aktif diperdagangkan, 10 emiten berada di zona merah, 6 emiten anteng di zona hijau, dan 6 emiten stagnan.
Sementara itu 3 emiten masih dihentikan sementara perdagangannya (suspensi), yaitu PT Bara Jaya Internasional tbk (ATPK), PT Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk (BORN), dan PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS).
Akan tetapi, meski BYAN menjadi jawara dari segi market cap, sejatinya saham perusahaan kurang likuid karena rata-rata volume perdagangan hariannya hanya 21.758 kali transaksi. Jumlah transaksi perdagangan BYAN boleh dikatakan menduduki posisi 3 dari bawah.
![]() Kinerja saham batu bara |
Di lain pihak emiten yang paling aktif ditransaksikan oleh pelaku pasar Tanah Air adalah perusahaan batu bara milik Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
BUMI membukukan rerata volume transaksi harian sebesar 334,68 juta transaksi dengan total nilai transaksi mencapai Rp 47,07 miliar per harinya.
Sepanjang tahun berjalan saham BUMI berhasil mencatatkan imbal hasil 15,53%. Pencapaian tersebut diperoleh di tengah harga batu bara dunia yang terus menunjukkan tren penurunan pada periode yang sama.
Untuk diketahui, per 8 Juli 2019, harga batu bara Newcastle tercatat mengalami koreksi 26,31% ke level US% 75,2/metrik ton.
Lebih lanjut, emiten produsen batu bara lainnya yang juga cukup likuid adalah PT Adaro Energy Tbk/ADRO (61,52 juta transaksi), emiten milik Grup Sinarmas PT Delta Dunia Makmur Tbk/DOID (28,93 juta transaksi), emiten BUMN PT Bukit Asam Tbk/PTBA (23,88 juta transaksi) dan PT Indika Energy Tbk/INDY (21,11 juta transaksi).
Kemudian jika ditilik lebih rinci PTBA membukukan nilai transaksi (turnover) lebih tinggi dibandingkan BUMI. Hal ini dikarenakan harga saham PTBA mencapai Rp 2.980/unit saham, sedangkan bumi hanya Rp 118/unit saham. Harga yang digunakan adalah harga penutupan pasar Senin (8/7/2019).
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Kemarin Melesat, Hari Ini Saham Batu Bara Jadi Pecundang
Most Popular