Bukan BUMI & ADRO Jawara Market Cap Saham Batu Bara, Tapi...

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
09 July 2019 12:29
Ketidakjelasan PP Minerba akan mengancam kelangsungan bisnis produsen batu bara yang PKP2B-nya akan habis datau terminasi dalam waktu dekat.
Foto: Istimewa
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham beberapa emiten produsen bata bara terkemuka Indonesia mencatatkan koreksi pada perdagangan sesi I Bursa Efek Indonesia (BEI).

Harga saham PT Indika Energy Tbk anjlok 2,87% menjadi Rp 1.695/unit saham. Disusul oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang mengalami koreksi 2,54% ke level 1.345/unit saham dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang melemah 1,34% ke Rp 2.940/unit saham.

Saham ketiga emiten batu bara tersebut turun setelah rapat dengar pendapat (RDP) antara Komisi VII DPR RI, Kementerian ESDM, PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dan Asosiasi Pertambangan Indonesia belum dapat mengeluarkan keputusan terkait naskah revisi PP 23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara (PP Minerba).

Sebagai informasi peraturan tersebut mengatur masa kontrak PKP2B (Perjanjian Karya Pertambangan Batu Bara). PP Minerba tersebut direvisi agar pelaku industri dapat mengajukan perpanjangan kontrak eksplorasi tambang batu bara.

Ketidakjelasan PP Minerba akan mengancam kelangsungan bisnis produsen batu bara yang PKP2B-nya akan habis datau terminasi dalam waktu dekat.

Dari data kementerian, sampai saat ini ada 7 perusahaan tambang batu bara akan habis PKP2B dalam waktu dekat di antaranya PT Tanito Harum (2019), PT Arutmin Indonesia (2020), PT Adaro Indonesia (2022), PT KPC (2021), PT Multi Harapan Utama (2022), PT Kideco Jaya Agung (2022), dan PT Berau Coal (2025).

Di lain pihak meski diterjang isu ketidakpastian aktivitas bisnis ke depannya, emiten batu bara masih banyak diminati oleh pelaku pasar, bahkan ada yang kapitalisasi pasarnya sampai Rp 57 triliun.
PP Minerba Tidak Jelas, Emiten Batu Bara Masih FavoritFoto: CNBC Indonesia/Dwi Ayunintyas


Nilai kapitalisasi pasar pada tabel di atas menggunakan harga penutupan perdagangan Senin (8/7/2019). Selanjutnya, emiten yang diberi warna merah artinya masih dihentikan sementara perdagangannya (suspensi) oleh BEI.

Prospek Industri Batu Bara Indonesia
[Gambas:Video CNBC]

Melansir tabel di atas, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi emiten produsen batu bara dengan kapitalisasi pasar terbesar mencapai Rp 57 triliun, disusul oleh ADRO (Rp 44,14 triliun) dam PTBA (Rp 34,33 triliun).

Sementara itu, emiten batu bara dengan kapitalisasi pasar terkecil adalah PT Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk/BORN (Rp 884,65 miliar), PT Golden Eagle Energy Tbk/SMMT (Rp 504 miliar), PT Garda Tujuh Buana Tbk/GTBO (Rp 405 miliar).

Sementara itu, dari sisi produksi Harum Energy bukanlah produsen terbesar. Dua anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tercatat sebagai produsen terbesar. 

Bukan Bumi atau Adaro Market Cap Terbesar Saham Batu BaraFoto: Aristya Rahadian Krisabella


TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Ini Dia Saham Tambang Tercuan, Naik 113%! Kamu Punya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular