Ini Dia Saham Tambang Tercuan, Naik 113%! Kamu Punya?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
04 October 2021 12:29
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kembali mewujudkan komitmennya dalam upaya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah pertambangan batu bara. Salah satunya adalah dengan memproduksi karbon aktif dari bahan baku batu bara.
Foto: PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kembali mewujudkan komitmennya dalam upaya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah pertambangan batu bara. Salah satunya adalah dengan memproduksi karbon aktif dari bahan baku batu bara.

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas tambang berkinerja cukup baik sepanjang kuartal-III 2021. Beberapa komoditas tambang bahkan mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa seperti batu bara, nikel, aluminium, dan timah.

Alasan naiknya harga komoditas tambang adalah lonjakan permintaan akibat mulai dibukanya ekonomi dunia setelah terpukul karena COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Namun permintaan yang massif tersebut tidak diimbangi oleh sisi produksi sehingga persediaan menjadi langka.

Pandemi yang merebak membuat para penambang kesulitan untuk produksi. Hal ini membuat persediaan komoditas menurun.

Pergerakan harga komoditas dipengaruhi oleh demand and supply. Ketika permintaan (demand) meningkat sedangkan persediaan (supply) sedikit maka harga akan naik. Sebaliknya, ketika permintaan turun namun persediaan meningkat maka harga akan turun.

Nah, naiknya harga komoditas ini menular ke laju harga saham emiten-emiten tambang di Indonesia. Bahkan kenikannya ada yang hingga ratusan persen.

Berikut tabel kinerja harga saham tambang di pasar saham Indonesia yang diolah oleh Tim Riset CNBC Indonesia:

No

Saham

Sektor

Sub-Industri

Pertumbuhan

Market Cap

1

BYAN

Energy

Coal Production

113.41%

Rp 91.33 triliun

2

BOSS

Energy

Coal Production

100.00%

Rp 0.14 triliun

3

DSSA

Energy

Coal Production

92.31%

Rp 15.8 triliun

4

HRUM

Energy

Coal Production

82.35%

Rp 23.59 triliun

5

SMMT

Energy

Coal Production

71.17%

Rp 0.693 triliun

6

IFSH

Basic Materials

Diversified Metals & Minerals

50.69%

Rp 3.43 triliun

7

BSSR

Energy

Coal Production

45.23%

Rp 6.2 triliun

8

ADRO

Energy

Coal Production

44.26%

Rp 56.94 triliun

9

ITMG

Energy

Coal Production

43.94%

Rp 23.93 triliun

10

INDY

Energy

Coal Production

41.79%

Rp 10.19 triliun

11

MBAP

Energy

Coal Production

38.95%

Rp 4.9 triliun

12

PTBA

Energy

Coal Production

35.96%

Rp 31.34 triliun

13

ARII

Energy

Coal Production

28.89%

Rp 1.08 triliun

14

KKGI

Energy

Coal Production

27.59%

Rp 1.54 triliun

15

TOBA

Energy

Coal Production

14.20%

Rp 4.79 triliun

Berdasarkan tabel tersebut, emiten produsen batu bara memiliki kinerja paling baik. Terdapat 14 emiten produsen batu bara dari 15 besar emiten tambang dengan kinerja terbaik di kuartal-III 2021.

BYAN dan BOSS jadi dua emiten yang menempati posisi pucuk dengan kenaikan harga saham hingga ratusan persen.

BYAN (PT Bayan Resource Tbk) bergerak dalam penambangan terbuka di empat proyek utama yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. BYAN memiliki cadangan batu bara terbesar ketiga di Indonesia dengan total 1,738 juta ton pada tahun 2020 dengan umur tambang 57,5 tahun.

Pada semester-I 2021, BYAN meraih pendapatan sebesar US$ 1 miliar. Naik 47% year-on-year (yoy) dibandingkan semester-I 2020. Perolehan laba BYAN pun sangat fantastis dengan mencatat kenaikan 374% yoy yang dipengaruhi oleh efisiensi yang dilakukan oleh BYAN.

Sementara itu BOSS (PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk) mencatatkan penurunan pendapatan sepanjang semester-I 2021. Pendapatan BOSS turun 92% Rp 11,9 miliar. Rugi BOSS tambah lebar pada semester-I 2021 menjadi Rp 58,76 miliar dari Rp 17,53 miliar pada semester-I 2021.

Tempat ketiga ditempati oleh DSSA dengan pertumbuhan harga sepanjang kuartal-III 2021 sebesar 92,31%. Anak perusahaan Sinar Mas ini menambang batu bara termal dan memiliki cadangan 1.177 juta ton batu bara termal pada 2020.

Pada semester-I 2021, DSSA meraih pendapatan sebesar US$ 937 juta. Naik 22% year-on-year (yoy) dibandingkan semester-I 2020. Perolehan laba DSSA meroket 127% yoy dibanding periode yang sama tahun 2020.

Melesatnya kinerja saham produsen batu bara karena harga batu bara sepanjang kuartal-III 2021 meroket 58,26% sehingga menimbulkan ekspektasi dari investor bahwa pendapatan emiten batu bara akan meningkat juga.

Kenaikan batu bara ditopang oleh persediaan yang menipis di tengah permintaan yang meningkat karena pembukaan aktivitas ekonomi. Naiknya harga minyak dan gas juga mempengaruhi kinerja batu bara yang terus mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Batu Bara Lagi Booming, 10 Saham Batu Bara Ini Cuan Gede!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular