Wow! Deretan Perusahaan "Cuan" Saat Batu Bara Meroket 160%!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
02 March 2022 19:28
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Baru dua bulan tahun 2022 berjalan, harga batu bara dunia sudah mencatat kenaikan 160,3% dan mengukir rekor harga tertinggi sepanjang masa.

Hal ini menjadi sentimen positif bagi para emiten produsen batu bara Indonesia karena pendapatan berpotensi meningkat.

Pada Rabu (2/3/2022) pukul 18.20 WIB harga batu bara dunia tercatat US$ 395/ton, meroket 29,32% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.

Perusahaan batu bara yang mengandalkan penjualan ekspor akan lebih terpengaruh dibandingkan produsen yang memiliki pasar domestik. Hal ini karena harga jual rata-rata (ASP) cenderung mengikuti harga acuan batu bara dunia. 

PT Harum Energy Tbk (HRUM) mendapatkan 94,8% pendapatan dari ekspor. Sehingga emiten ini diperkirakan jadi emiten yang terkena dampak positif terbesar dari kenaikan harga batu bara dunia.

Sebagai gambaran, pada September 2021 kenaikan harga batu bara mengerek ASP HRUM sebesar 45,4% year-on-year (yoy) menjadi US$ 78,7 per ton. Sementara harga rata-rata acuan batu bara Newcastle mencapai US$ 118,6/ton.

Pendapatan ekspor HRUM pada sembilan bulan pertama 2021 mencapai US$ 194,93 juta, melambung 53,34% yoy. Mayoritas ekspor HRUM ke Asia Timur seperti China, Korea Selatan, dan Jepang.

Di sisi lain volume penjualan hanya bertumbuh 5,5% yoy menjadi 2,5 juta ton. Hal ini menegaskan pengaruh kenaikan harga batu bara terhadap pendapatan dari HRUM.

Kedua, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) berpotensi terdampak dari kenaikan harga batu bara. Sebab kontribusi pendapatan dari ekspor mencapai 76% dari total pendapatan ITMG.

China menjadi pembeli terbesar batu bara ITMG mencapai 27% dari total penjualan pada tahun 2021. Sementara Jepang menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan porsi 16%.

Total volume penjualan batu bara ITMG 20,1 juta ton, turun 5,2% dibandingkan dengan tahun 2020. Namun, ASP ITMG melonjak 92,9% menjadi US$ 103,2 per ton. Meskipun volume penjualan turun, ASP yang melonjak membuat pendapatan ekspor ITMG naik 70,3% yoy menjadi US$ 1,59 miliar.

Tingginya ASP ITMG dipengaruhi oleh harga acuan batu bara dunia yang menguat 85,63% sepanjang tahun 2021.

Selanjutnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang memiliki kontribusi ekspor mencapai 76% dari total pendapatan.

Hingga sembilan bulan pertama 2021, pendapatan ADRO dari ekspor mencapai US$ 1,96 miliar, naik 40,6% yoy. China jadi kontributor pendapatan dari ekspor terbesar dengan US$ 607 juta. Jumlah ini setara dengan 28% dari total ekspor ADRO.

Sama seperti dua nama emiten di atas, pendapatan ADRO terkerek naik karena tingginya harga batu bara dunia. Hal ini melihat volume penjualan ADRO turun 5% yoy menjadi 54,14 juta ton.

PT Indika Energy Tbk (INDY) merasakan goncangan pendapatan dari ekspor melalui anak usahanya Kideco. Sebagai informasi, Kideco adalah produsen batu bara terbesar ketiga di Indonesia.

Saham INDY di Kideco saat ini sebesar 91%. Hingga September 2021 Kideco berkontribusi sebesar 64,3% terhadap pendapatan INDY.

Dari keseluruhan penjualan batu bara Kideco, 66% untuk ekspor. Negara tujuan terbesar adalah China dengan kontribusi sebesar 32% dari total penjualan Kideco.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Batu Bara Lagi Booming, 10 Saham Batu Bara Ini Cuan Gede!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular