
Hasil Pertemuan BI Kurang 'Nendang', IHSG Batal Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 June 2019 16:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan apresiasi sebesar 0,11%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mengakhiri perdagangan di Kamis ini (20/6/2019) di zona merah. Per akhir sesi 2, IHSG melemah 0,06% ke level 6.335,7.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,46%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,51%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-4,06%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,37%), dan PT Astra International Tbk/ASII (-0,65%).
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan bursa saham utama kawasan Asia yang justru nyaman melenggang di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,6%, indeks Shanghai meroket 2,38%, indeks Hang Seng melesat 1,2%, indeks Straits Times naik 0,81%, dan indeks Kospi naik 0,31%.
Sikap dovish alias kalem yang ditunjukkan oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.
Pada Rabu (19/6/2019) waktu setempat atau Kamis (20/6/2019) dini hari waktu Indonesia, The Fed mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%.
Namun, The Fed memberi sinyal yang kuat bahwa akan ada pemangkasan dalam waktu dekat.
Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa prospek perekonomian AS pada dasarnya masih bagus, akan tetapi ada risiko yang semakin meningkat seperti friksi dagang AS dengan sejumlah negara yang membuat investasi melambat. Selain itu, ada pula risiko perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan investasi AS.
"Pertanyaannya adalah, apakah risiko-risiko ini akan membebani prospek perekonomian? Kami akan bertindak jika dibutuhkan, termasuk kalau memungkinkan, menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga ekspansi (ekonomi)," tuturnya, mengutip Reuters.
Kini, pelaku pasar meyakini bahwa gelombang pertama pemangkasan tingkat suku bunga acuan akan dimulai pada bulan depan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 20 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan Juli berada di level 65,7%.
Sementara itu, peluang suku bunga acuan diturunkan hingga 50 bps berada di level 34,3%.
Potensi pemangkasan tingkat suku bunga acuan menjadi hal yang sangat positif lantaran diharapkan bisa menghindarkan perekonomian Negeri Paman Sam dari perlambatan yang signifikan.
Bank Dunia memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.
Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Asia datang dari optimisme yang membuncah bahwa AS-China akan mampu meneken kesepakatan dagang. Optimisme tersebut sejatinya sudah terasa sejak kemarin pasca Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa rencana pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di gelaran KTT G20 pada akhir bulan ini di Jepang akan terealisasi.
"Sudah melakukan pembicaraan yang sangat baik melalui telepon dengan Presiden Xi dari China. Kami akan bertemu pekan depan di KTT G20. Tim kami akan memulai pembicaraan sebelum pertemuan tersebut," cuit Trump di Twitter.
Perkembangan terbaru, Trump menyuarakan keyakinan bahwa pihaknya akan mampu meneken kesepakatan dagang dengan China.
"Saya rasa pertemuan nanti (dengan Presiden Xi) akan berjalan dengan sangat baik. Tim kami akan memulai pembicaraan. China ingin sebuah kesepakatan, demikian pula AS. Namun kesepakatan itu harus menguntungkan bagi semuanya," tutur Trump, mengutip Reuters.
Tak hanya perekonomian AS, perekonomian China bisa dihindarkan dari perlambatan yang signifikan jika kesepakatan dagang dengan AS bisa diteken. Sebagai informasi, data ekonomi yang dirilis di China telah menunjukkan adanya tekanan besar yang menyelimuti perekonomian Negeri Panda.
Belum lama ini, penjualan mobil periode Mei 2019 diumumkan anjlok hingga 16,4% secara tahunan, menandai penurunan selama 11 bulan beruntun. Kontraksi pada bulan Mei juga lebih buruk ketimbang kontraksi pada bulan April yang sebesar 14,6%.
LANJUT KE HALAMAN 2>>
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,46%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,51%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-4,06%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,37%), dan PT Astra International Tbk/ASII (-0,65%).
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan bursa saham utama kawasan Asia yang justru nyaman melenggang di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,6%, indeks Shanghai meroket 2,38%, indeks Hang Seng melesat 1,2%, indeks Straits Times naik 0,81%, dan indeks Kospi naik 0,31%.
Sikap dovish alias kalem yang ditunjukkan oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.
Pada Rabu (19/6/2019) waktu setempat atau Kamis (20/6/2019) dini hari waktu Indonesia, The Fed mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%.
Namun, The Fed memberi sinyal yang kuat bahwa akan ada pemangkasan dalam waktu dekat.
Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa prospek perekonomian AS pada dasarnya masih bagus, akan tetapi ada risiko yang semakin meningkat seperti friksi dagang AS dengan sejumlah negara yang membuat investasi melambat. Selain itu, ada pula risiko perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan investasi AS.
"Pertanyaannya adalah, apakah risiko-risiko ini akan membebani prospek perekonomian? Kami akan bertindak jika dibutuhkan, termasuk kalau memungkinkan, menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga ekspansi (ekonomi)," tuturnya, mengutip Reuters.
Kini, pelaku pasar meyakini bahwa gelombang pertama pemangkasan tingkat suku bunga acuan akan dimulai pada bulan depan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 20 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan Juli berada di level 65,7%.
Sementara itu, peluang suku bunga acuan diturunkan hingga 50 bps berada di level 34,3%.
Potensi pemangkasan tingkat suku bunga acuan menjadi hal yang sangat positif lantaran diharapkan bisa menghindarkan perekonomian Negeri Paman Sam dari perlambatan yang signifikan.
Bank Dunia memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.
![]() |
Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Asia datang dari optimisme yang membuncah bahwa AS-China akan mampu meneken kesepakatan dagang. Optimisme tersebut sejatinya sudah terasa sejak kemarin pasca Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa rencana pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di gelaran KTT G20 pada akhir bulan ini di Jepang akan terealisasi.
"Sudah melakukan pembicaraan yang sangat baik melalui telepon dengan Presiden Xi dari China. Kami akan bertemu pekan depan di KTT G20. Tim kami akan memulai pembicaraan sebelum pertemuan tersebut," cuit Trump di Twitter.
Perkembangan terbaru, Trump menyuarakan keyakinan bahwa pihaknya akan mampu meneken kesepakatan dagang dengan China.
"Saya rasa pertemuan nanti (dengan Presiden Xi) akan berjalan dengan sangat baik. Tim kami akan memulai pembicaraan. China ingin sebuah kesepakatan, demikian pula AS. Namun kesepakatan itu harus menguntungkan bagi semuanya," tutur Trump, mengutip Reuters.
Tak hanya perekonomian AS, perekonomian China bisa dihindarkan dari perlambatan yang signifikan jika kesepakatan dagang dengan AS bisa diteken. Sebagai informasi, data ekonomi yang dirilis di China telah menunjukkan adanya tekanan besar yang menyelimuti perekonomian Negeri Panda.
Belum lama ini, penjualan mobil periode Mei 2019 diumumkan anjlok hingga 16,4% secara tahunan, menandai penurunan selama 11 bulan beruntun. Kontraksi pada bulan Mei juga lebih buruk ketimbang kontraksi pada bulan April yang sebesar 14,6%.
LANJUT KE HALAMAN 2>>
Next Page
Hasil Pertemuan BI Kurang ‘Nendang’
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular