GWM Diturunkan, Bos BCA: Likuiditas Tetap Harus Dikontrol

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
20 June 2019 15:33
Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan giro wajib minimum (GWM) rupiah untuk bank konvensional dan bank syariah sebesar 50 basis poin (bps).
Foto: PT Bank Central Asia Tbk. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan giro wajib minimum (GWM) rupiah untuk bank konvensional dan bank syariah sebesar 50 basis poin (bps). Hal ini dilakukan untuk menambah likuiditas perbankan.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan cara paling gampang untuk mendorong likuiditas memang dengan menurunkan GWM. Namun, kebijakan itu jangan sampai menimbulkan spekulasi terhadap nilai tukar (currency).

"Kalau paling gampang GWM diturunkan. Itu langsung likuiditas pasar tambah. Tapi dikhawatirkan juga jangan sampai itu menimbulkan spekulasi ke currency," kata Jahja usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (20/6/2019).

Menurut Jahja, bukan hal mudah menurunkan GWM sambil mengendalikan likuiditas untuk menunjang kredit. Bila tidak terkendali maka pembelian dolar bisa terjadi berlebihan sehingga tidak bagus untuk ekonomi.

"Ini kompleks. Bukan hal yang gampang GWM diturunkan. Likuiditas tetap harus dikontrol untuk menunjang kredit. Kalau tidak nanti pembelian dolar yang berlebihan kan tidak bagus juga. Harus seimbang," tutur Jahja.

Loan to deposit ratio (LDR) BBCA saat ini sebesar 81,6%. Sebagai bank besar, BBCA hanya akan menurunkan suku bunga dengan mempertimbangkan profitabilitas. Pihaknya tidak akan menurunkan suku bunga cepat-cepat jika merasa sudah cukup.

"Kalau sudah cukup tidak usah terlalu cepat turun. Kasihan bank lain nanti. Takutnya nanti yang lain terpaksa turun juga. Tapi kalau perlu turun ya kita turun," katanya.


(roy/roy) Next Article JPMorgan Borong 117,42 Juta Saham BRI (BBRI)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular