BI Masih Ragu Pangkas Suku Bunga, IHSG Meluncur Turun

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 June 2019 15:22
Pelaku pasar saham tanah air terus merespons negatif hasil pertemuan Bank Indonesia (BI).
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar saham tanah air terus merespons negatif hasil pertemuan Bank Indonesia (BI). Sebelum BI mengumumkan hasil pertemuannya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditransaksikan menguat 0,03% ke level 6.341,05.

Namun pada perdagangan pukul 14:55 WIB, Kamis ini (20/6/), IHSG justru ditransaksikan melemah 0,22% ke level 6.325,38.

Selepas menggelar pertemuan selama 2 hari yang dimulai sejak Rabu kemarin (19/6/2019), bank sentral memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau 7-Day Reverse Repo Rate di level 6%.

Sejatinya, keputusan ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang juga memperkirakan bahwa tingkat suku bunga acuan belum akan diutak-atik dalam pertemuan bulan ini.

BI Masih Ragu Pangkas Suku Bunga, IHSG Meluncur TurunFoto: Konferensi Pers Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)

Dari 11 ekonom yang kami survei, sebanyak empat di antaranya memproyeksikan pemangkasan sebesar 25 bps, sementara sisanya memandang bahwa 7-Day Reverse Repo Rate masih akan ditahan di level 6%.


Namun, hal yang paling ditunggu pelaku pasar adalah kisi-kisi dari BI terkait dengan peluang pemangkasan tingkat suku bunga acuan kedepannya. Pasalnya, The Federal Reserve selaku bank sentral AS pada dini hari tadi waktu Indonesia sudah mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan bisa dipangkas nantinya.

Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa prospek perekonomian AS pada dasarnya masih bagus, akan tetapi ada risiko yang semakin meningkat seperti friksi dagang AS dengan sejumlah negara yang membuat investasi melambat. Selain itu, ada pula risiko perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan investasi AS.

"Pertanyaannya adalah, apakah risiko-risiko ini akan membebani prospek perekonomian? Kami akan bertindak jika dibutuhkan, termasuk kalau memungkinkan, menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga ekspansi (ekonomi)," tuturnya, mengutip Reuters.

Sayang, ternyata BI masih ragu dalam memangkas tingkat suku bunga acuan. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan bahwa pihaknya masih akan mencermati kondisi pasar keuangan global utamanya terkait perang dagang AS-China dan posisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sebelum memangkas tingkat suku bunga acuan.

"...sementara kebijakan suku bunga kami sampaikan kami cermati kondisi pasar global dan NPI dalam pertimbangkan (pemangkasan) suku bunga," kata Perry di Gedung BI, Kamis (20/6/2019).

Memang, ada stimulus yang diberikan oleh bank sentral. BI memutuskan untuk menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) untuk bank umum menjadi 6%, dari yang sebelumnya 6,5%. Sementara itu, GWM untuk bank syariah juga dipangkas sebesar 50 bps menjadi 4,5%, dari yang sebelumnya 5%.

Penurunan ini akan efektif berlaku pada 1 Juli 2019 dan disebut oleh BI akan menambah likuiditas perbankan senilai Rp 25 triliun.

"Rp 25 triliun ini kita akan nambah ke bank dan salurkan untuk kredit dan nambah perekonomian," kata Perry.

Agaknya, pelonggaran rasio GWM tersebut dianggap belum akan cukup kuat untuk mendongkrak laju perekonomian Indonesia, mengingat di sisi lain peluang pemangkasan tingkat suku bunga acuan masih terbilang kecil.

Alhasil, aksi jual di pasar saham terus dilakukan oleh pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular