Spread Suku Bunga Melebar, Dolar Aussie Tertekan ke Rp 9.812
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 June 2019 13:56
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia kembali melemah pada perdagangan Rabu (19/6/19), setelah pada Selasa kemarin berhasil menguat. Penguatan tersebut kemungkinan dipicu technical rebound melihat posisi mata uang ini di level terlemah sejak 3 Januari melawan rupiah.
Pada pukul 13:15 WIB, dolar Australia berada di level Rp 9.812,05 atau melemah 0,35%, sementara Selasa kemarin menguat 0,28% di pasar spot, mengutip data dari Refinitiv.
Selisih suku bunga di Australia dan Indonesia yang bisa semakin melebar membuat berinvestasi di instrumen rupiah terlihat lebih menguntungkan. Apalagi saat ini sedang ada kabar bagus bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dipastikan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada forum G20 akhir bulan nanti di Tokyo.
Pertemuan tersebut memperkuat harapan akan adanya kesepakatan antara kedua negara, dan mengakhiri perang dagang. Kepastian pertemuan pemimpin dua raksasa ekonomi dunia itu membuat sentimen terhadap risiko pelaku pasar meningkat, dan masuk ke aset-aset yang memiliki imbal hasil tinggi termasuk rupiah.
Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis besok diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 6% Kamis besok.
Sebaliknya Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mengindikasikan akan kembali menurunkan suku bunga. Di awal bulan ini, RBA telah menurunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 1,25%.
Jika RBA kembali menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, selisih bunga di Australia dan Indonesia tentunya akan semakin lebar, dan rupiah menjadi lebih menarik.
Berikut kurs jual beli dolar Australia di beberapa bank di Indonesia siang ini:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Dolar Australia Sentuh Level Terlemah Sepekan, di Rp9.910
Pada pukul 13:15 WIB, dolar Australia berada di level Rp 9.812,05 atau melemah 0,35%, sementara Selasa kemarin menguat 0,28% di pasar spot, mengutip data dari Refinitiv.
Selisih suku bunga di Australia dan Indonesia yang bisa semakin melebar membuat berinvestasi di instrumen rupiah terlihat lebih menguntungkan. Apalagi saat ini sedang ada kabar bagus bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dipastikan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada forum G20 akhir bulan nanti di Tokyo.
Pertemuan tersebut memperkuat harapan akan adanya kesepakatan antara kedua negara, dan mengakhiri perang dagang. Kepastian pertemuan pemimpin dua raksasa ekonomi dunia itu membuat sentimen terhadap risiko pelaku pasar meningkat, dan masuk ke aset-aset yang memiliki imbal hasil tinggi termasuk rupiah.
Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis besok diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 6% Kamis besok.
Sebaliknya Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mengindikasikan akan kembali menurunkan suku bunga. Di awal bulan ini, RBA telah menurunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 1,25%.
Jika RBA kembali menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, selisih bunga di Australia dan Indonesia tentunya akan semakin lebar, dan rupiah menjadi lebih menarik.
Berikut kurs jual beli dolar Australia di beberapa bank di Indonesia siang ini:
| Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
| BCA | 9.778,21 | 9.858,21 |
| BRI | 9.828,98 | 9.968,31 |
| Mandiri | 9.810,00 | 9.840,00 |
| BNI | 9.780,00 | 9.853,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Dolar Australia Sentuh Level Terlemah Sepekan, di Rp9.910
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular