
Harga Batu Bara Terendah, Saham Adaro Kurang Membara
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
10 June 2019 11:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir seluruh sektor mengalami kenaikan kala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,5% jelang penutupan sesi I, Senin (10/6/2019).
Di tengah kenaikan IHSG, salah satu emiten pertambangan justru belum banyak bergerak yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Hingga pukul 11.24 WIB, saham yang masuk dalam Indeks LQ-45 ini justru melemah 0,39% pada harga Rp 1.290/saham. Volume transaksi mencapai 18,26 juta unit senilai Rp 23,65 miliar.
Padahal, saham ADRO terlihat berlari kencang dengan penguatan 7,23% pada minggu ketiga Mei lalu. Bahkan pada pekan keempat di bulan yang sama, ADRO masih mencatatkan penguatan sebesar 2,78%.
Penguatan harga saham ADRO ditopang dengan kinerja keuangannya yang cukup baik sepanjang kuartal I-2019. Laba bersih ADRO per kuartal I-2019 meningkat 60,6% menjadi US$ 74,2 juta.
Pertumbuhan penjualan emiten yang dipimpin Garibaldi 'Boy' Thohir ini naik sebesar 10% YoY dan perusahaan mendapat keuntungan dari investasinya di tambang batu bara Kestrel Australia sebesar US$ 24,5 juta.
Belakangan, kinerja emiten yang berbasis batu bara cenderung melambat karena harga batu bara di tingkat global yang cenderung turun. Dari 18 emiten batu bara yang merilis laporan keuangannya, hanya enam emiten yang mencatat pertumbuhan positif termasuk ADRO.
Pelemahan harga batu bara juga menjadi katalis negatif saham Adaro dan beberapa emiten tambang lainnya.
Harga batu bara dunia masih berada di titik terendahnya dalam 2 tahun. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang suram membuat pelaku pasar ragu akan permintaan batu bara.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (7/6/2019), harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli melemah 0,13% di level US$ 74,05/metrik ton.
Dalam sepekan, harga batu bara melemah hingga 2,31% secara point-to-point. Adapun sejak awal tahun 2019 nilainya bisa dikatakan anjlok hingga 26,97%.
(yam/tas) Next Article Bos ADRO: Hadapi Corona,Sektor Batu Bara Butuh Kemudahan Ijin
Di tengah kenaikan IHSG, salah satu emiten pertambangan justru belum banyak bergerak yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Hingga pukul 11.24 WIB, saham yang masuk dalam Indeks LQ-45 ini justru melemah 0,39% pada harga Rp 1.290/saham. Volume transaksi mencapai 18,26 juta unit senilai Rp 23,65 miliar.
Padahal, saham ADRO terlihat berlari kencang dengan penguatan 7,23% pada minggu ketiga Mei lalu. Bahkan pada pekan keempat di bulan yang sama, ADRO masih mencatatkan penguatan sebesar 2,78%.
Penguatan harga saham ADRO ditopang dengan kinerja keuangannya yang cukup baik sepanjang kuartal I-2019. Laba bersih ADRO per kuartal I-2019 meningkat 60,6% menjadi US$ 74,2 juta.
Pertumbuhan penjualan emiten yang dipimpin Garibaldi 'Boy' Thohir ini naik sebesar 10% YoY dan perusahaan mendapat keuntungan dari investasinya di tambang batu bara Kestrel Australia sebesar US$ 24,5 juta.
Belakangan, kinerja emiten yang berbasis batu bara cenderung melambat karena harga batu bara di tingkat global yang cenderung turun. Dari 18 emiten batu bara yang merilis laporan keuangannya, hanya enam emiten yang mencatat pertumbuhan positif termasuk ADRO.
Pelemahan harga batu bara juga menjadi katalis negatif saham Adaro dan beberapa emiten tambang lainnya.
Harga batu bara dunia masih berada di titik terendahnya dalam 2 tahun. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang suram membuat pelaku pasar ragu akan permintaan batu bara.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (7/6/2019), harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli melemah 0,13% di level US$ 74,05/metrik ton.
Dalam sepekan, harga batu bara melemah hingga 2,31% secara point-to-point. Adapun sejak awal tahun 2019 nilainya bisa dikatakan anjlok hingga 26,97%.
(yam/tas) Next Article Bos ADRO: Hadapi Corona,Sektor Batu Bara Butuh Kemudahan Ijin
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular