Harga Batu Bara Terendah, 3 Saham Emiten Tambang Amblas

tahir saleh, CNBC Indonesia
10 June 2019 10:56
Harga batu bara dunia masih berada di titik terendahnya dalam 2 tahun tahun terakhir.
Foto: Ilustrasi tambang batu bara/Wahyu Daniel/CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia masih berada di titik terendahnya dalam 2 tahun tahun terakhir. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang suram membuat pelaku pasar takut akan penurunan permintaan batu bara.

Sentimen ini membuat tiga saham emiten batu bara di Bursa Efek Indonesia mendapat tekanan cukup kuat sehingga harganya amblas pada perdagangan perdana usai libur Lebaran 2019.

Data perdagangan menunjukkan, pada pukul 10.42 WIB, Senin (10/6/2019), saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) turun 1,74% di level Rp 1.410/saham dengan nilai transaksi Rp 3,66 miliar dan volume perdagangan 2,65 juta saham.

Berikutnya saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga minus 1,71% di level Rp 17.225/saham dengan nilai transaksi Rp 20,76 miliar dan volume perdagangan 1,19 juta saham.

Emiten ketiga yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga terkoreksi 0,39% di level Rp 1.290/saham dengan nilai transaksi Rp 17,59 miliar dan volume perdagangan 13,58 juta saham.


Harga baru bara menjadi satu katalis bagi emiten sektor ini. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (7/6/2019), harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli melemah 0,13% di level US$ 74,05/metrik ton.

Dalam sepekan, harga batu bara melemah hingga 2,31% secara point-to-point. Adapun sejak awal tahun 2019 nilai koreksinya sudah mencapai 26,97%.

Pekan lalu, Bank Dunia (World Bank) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 menjadi tinggal 2,6%. Angka proyeksi tersebut lebih rendah 0,3 poin persentase dibandingkan proyeksi pada bulan Januari.

Pertumbuhan ekonomi China juga diprediksi hanya akan sebesar 6,2% pada tahun 2019. Jauh melambat dibanding tahun 2018 yang sebesar 6,6%.
Padahal tahun 2018 saja, pertumbuhan ekonomi China sudah merupakan yang paling lambat sejak tahun 1990.

Senada dengan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2019 menjadi 6,2% dari yang semula 6,3% pada hari Rabu (5/6/2019). Sebelumnya ekonom bank Morgan Stanley juga menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi China tahun 2019 menjadi 6,4% dari yang semula 6,5%.

Sederet penurunan proyeksi tersebut didasari oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang semakin memanas, dan tidak terlihat akan mengalami perbaikan.

Menurut Tim Riset CNBC Indonesia, kondisi ini dinilai akan berpengaruh terhadap permintaan energi dari China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Ada potensi penurunan permintaan dari China, terutama batu bara, yang mana masih menyumbang sebagian besar energi di Negeri Tirai Bambu.

China juga merupakan konsumen utama batu bara dunia, yang akan sangat mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar.


(hps) Next Article Trio ADRO-HRUM-ITMG Ngamuk, Saham BACA Nyungsep!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular