
Kemarin Anjlok, Saham Emiten Batu Bara Amblas Lagi!
tahir saleh, CNBC Indonesia
11 June 2019 09:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten pertambangan batu bara kembali tergelincir pada perdagangan Selasa (11/6/2019) setelah Senin kemarin juga terkoreksi. Bahkan indeks sektor pertambangan hari ini juga minus di tengah koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,27% di level 6.272,78.
Data perdagangan menunjukkan, pada pukul 09.36 WIB, Selasa ini, empat emiten tambang baru bara masih melanjutkan pelemahan yang dialami sebelumnya. Indeks mining di Bursa Efek Indonesia pada hari ini juga minus 0,15% di level 1.642.
Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) turun 0,71% di level 1.400/saham, melanjutkan koreksi kemarin di level Rp 1.410/saham. Secara tahun berjalan atau year to date saham Harum stagnan.
Berikutnya saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga minus 0,59% di level Rp 16.900/saham, melanjutkan koreksi kemarin di level Rp 17.225/saham. Year to date saham ITMG minus 17%.
Emiten ketiga yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga terkoreksi 1,17% di level Rp 1.270/saham, melanjutkan koreksi saat kemarin di Rp 1.290/saham. Year to date saham Adaro masih naik 5%.
Satu emiten lagi yakni PTBA atau PT Bukit Asam Tbk juga minus 0,68% di level Rp 2.910/saham dan year to date saham perseroan minus hingga 32%.
Harga batu bara dunia masih berada di titik terendahnya dalam 2 tahun tahun terakhir. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang suram membuat pelaku pasar takut akan penurunan permintaan batu bara. Sentimen ini membuat tiga saham emiten batu bara di Bursa Efek Indonesia tersebug mendapat tekanan cukup kuat.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (7/6/2019), harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli melemah 0,13% di level US$ 74,05/metrik ton.
Dalam sepekan, harga batu bara melemah hingga 2,31% secara point-to-point. Adapun sejak awal tahun 2019 nilai koreksinya sudah mencapai 26,97%.
Pekan lalu, Bank Dunia (World Bank) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 menjadi tinggal 2,6%. Angka proyeksi tersebut lebih rendah 0,3 poin persentase dibandingkan proyeksi pada bulan Januari.
Pertumbuhan ekonomi China juga diprediksi hanya akan sebesar 6,2% pada tahun 2019. Jauh melambat dibanding tahun 2018 yang sebesar 6,6%. Padahal tahun 2018 saja, pertumbuhan ekonomi China sudah merupakan yang paling lambat sejak tahun 1990.
(tas/hps) Next Article Harga Batu Bara Terendah, 3 Saham Emiten Tambang Amblas
Data perdagangan menunjukkan, pada pukul 09.36 WIB, Selasa ini, empat emiten tambang baru bara masih melanjutkan pelemahan yang dialami sebelumnya. Indeks mining di Bursa Efek Indonesia pada hari ini juga minus 0,15% di level 1.642.
Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) turun 0,71% di level 1.400/saham, melanjutkan koreksi kemarin di level Rp 1.410/saham. Secara tahun berjalan atau year to date saham Harum stagnan.
Emiten ketiga yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga terkoreksi 1,17% di level Rp 1.270/saham, melanjutkan koreksi saat kemarin di Rp 1.290/saham. Year to date saham Adaro masih naik 5%.
Satu emiten lagi yakni PTBA atau PT Bukit Asam Tbk juga minus 0,68% di level Rp 2.910/saham dan year to date saham perseroan minus hingga 32%.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (7/6/2019), harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli melemah 0,13% di level US$ 74,05/metrik ton.
Dalam sepekan, harga batu bara melemah hingga 2,31% secara point-to-point. Adapun sejak awal tahun 2019 nilai koreksinya sudah mencapai 26,97%.
Pekan lalu, Bank Dunia (World Bank) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 menjadi tinggal 2,6%. Angka proyeksi tersebut lebih rendah 0,3 poin persentase dibandingkan proyeksi pada bulan Januari.
Pertumbuhan ekonomi China juga diprediksi hanya akan sebesar 6,2% pada tahun 2019. Jauh melambat dibanding tahun 2018 yang sebesar 6,6%. Padahal tahun 2018 saja, pertumbuhan ekonomi China sudah merupakan yang paling lambat sejak tahun 1990.
(tas/hps) Next Article Harga Batu Bara Terendah, 3 Saham Emiten Tambang Amblas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular