
Kinerja MYRX & RIMO Anjlok, Cuan Bentjok Jadi Susut
Houtmand P Saragih & Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
31 May 2019 17:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja dua emiten yang terafiliasi dengan Benny Tjokrosaputro atau Bentjok kurang memuaskan karena turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dua emiten yang terafiliasi dengan Bentjoek tersebut, yaitu PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) dan PT Hanson International Tbk (MYRX). Pada kuartal I tahun ini performa laba bersih (bottom line) kedua perusahaan tersebut terjun bebas, dimana jika ditotal, dua perusahaan Bentjok tersebut tekor sampai Rp 125,46 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
Laba bersih RIMO tercatat turun hingga 84,77% year-on-year (YoY) menjadi Rp 8,83 miliar dari sebelumnya Rp 57,99 miliar. Sedangkan MYRX hanya mengantongi keuntungan sebesar Rp 23,4 miliar, anjlok hampir dua kali lipat (-91,6% YoY).
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa momok anjloknya laba RIMO dikarenakan total pendapatan perusahaan terkoreksi 64,92% secara tahunan menjadi Rp 72,44 miliar.
Selain itu, melansir laporan keuangan RIMO, bottom line perusahaan juga tertekan dengan melonjaknya pos pembiayaan, terutama beban penjualan dan beban keuangan.
Sementara itu, berbeda dengan RIMO, total pemasukan MYRX memang mencatatkan penurunan, tapi hanya 5,46% YoY. Lalu, apa penyebab utama laba perusahaan terjun bebas?
Pada kuartal I-2019, total beban lainnya yang dicatatkan perusahaan meroket hampir ribuan kali lipat, dari Rp 208,07 juta menjadi Rp 18,48 miliar. Sayangnya, laporan keuangan perusahaan tidak merinci apa saja pos pembiayaan yang termasuk dalam kategori beban lainnya.
Nah, seiring dengan keuntungan yang terkikis, tentu imbal hasil atau tingkat pengembalian kedua perusahaan turut menyusut.
Margin bersih yang dibukukan RIMO turun lebih dari dua kali lipat ke level 12,19% dari 28,09% di kuartal 1-2018. Kondisi MYRX lebih parah, karena margin bersih yang dicatatkan perusahaan bahkan tidak lagi dua digit, yaitu hanya 2,41% dari sebelumnya 27,16%.
Sementara itu, kemampuan kedua perusahaan untuk memanfaatkan aset dan ekuitas untuk menghasilkan laba juga terkoreksi.
ROA dan ROE mengindikasi kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa) Next Article 11 Bulan, Citra Maja Berhasil Jual 2.034 Rumah
Dua emiten yang terafiliasi dengan Bentjoek tersebut, yaitu PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) dan PT Hanson International Tbk (MYRX). Pada kuartal I tahun ini performa laba bersih (bottom line) kedua perusahaan tersebut terjun bebas, dimana jika ditotal, dua perusahaan Bentjok tersebut tekor sampai Rp 125,46 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
Laba bersih RIMO tercatat turun hingga 84,77% year-on-year (YoY) menjadi Rp 8,83 miliar dari sebelumnya Rp 57,99 miliar. Sedangkan MYRX hanya mengantongi keuntungan sebesar Rp 23,4 miliar, anjlok hampir dua kali lipat (-91,6% YoY).
![]() |
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa momok anjloknya laba RIMO dikarenakan total pendapatan perusahaan terkoreksi 64,92% secara tahunan menjadi Rp 72,44 miliar.
Selain itu, melansir laporan keuangan RIMO, bottom line perusahaan juga tertekan dengan melonjaknya pos pembiayaan, terutama beban penjualan dan beban keuangan.
Sementara itu, berbeda dengan RIMO, total pemasukan MYRX memang mencatatkan penurunan, tapi hanya 5,46% YoY. Lalu, apa penyebab utama laba perusahaan terjun bebas?
Pada kuartal I-2019, total beban lainnya yang dicatatkan perusahaan meroket hampir ribuan kali lipat, dari Rp 208,07 juta menjadi Rp 18,48 miliar. Sayangnya, laporan keuangan perusahaan tidak merinci apa saja pos pembiayaan yang termasuk dalam kategori beban lainnya.
Nah, seiring dengan keuntungan yang terkikis, tentu imbal hasil atau tingkat pengembalian kedua perusahaan turut menyusut.
Margin bersih yang dibukukan RIMO turun lebih dari dua kali lipat ke level 12,19% dari 28,09% di kuartal 1-2018. Kondisi MYRX lebih parah, karena margin bersih yang dicatatkan perusahaan bahkan tidak lagi dua digit, yaitu hanya 2,41% dari sebelumnya 27,16%.
Sementara itu, kemampuan kedua perusahaan untuk memanfaatkan aset dan ekuitas untuk menghasilkan laba juga terkoreksi.
ROA dan ROE mengindikasi kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa) Next Article 11 Bulan, Citra Maja Berhasil Jual 2.034 Rumah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular