
Bentjok Lepas Kepemilikan, Harga 3 Saham Mulai Tertekan
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
13 March 2019 15:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal pekan ini harga tiga saham perusahaan milik Benny Tjoekrosaputro anjlok, bahkan masuk dalam daftar 20 Top Losers. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Sinergi Mega Internusa Tbk (NUSA), PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO), dan PT Hanson International Tbk (MYRX).
Hingga berita ini ditulis, harga saham NUSA anjlok 5,15% menjadi Rp 92, RIMO turun 1,49% menjadi Rp 132, MYRX turun 0,01% menjadi 102. Lalu, apa yang sebenarnya menyebabkan emiten tersebut kompak mencatatkan penurunan harga?
Lalu apa sentimen dari aksi korporasi yang menjadi pemberat kinerja ketiga saham tersebut yang biasanya bergerak liar.
Kali ini dalang dari anjloknya harga ketiga emiten tersebut adalah transaksi besar-besaran yang dilakukan pemegang saham pengendali saham NUSA, RIMO, dan MYRX.
Melansir dari Bursa Efek Indonesia (BEI), ketiga emiten tersebut melaporkan adanya perubahan proporsi kepemilikan saham lebih dari 5% oleh Benny sejak awal maret tahun ini hingga 11 Maret 2019. Kepemilikan saham Benny, selaku komisaris utama NUSA, turun menjadi 37, 87% dari 82,57%. Sedangkan proporsi perubahan kepemilikan Benny selaku pemilik dan direktur utama diRIMO dan MYRX turun kurang dari 1%.
Nama Benny Tjokrosaputro tidaklah asing di kalangan investor saham tanah air. Pasalnya beliau terkenal dengan julukan 'market maker' karena transaksi yang dilakukannya dapat menstimulus investor lain melakukan tindakan serupa.
Hal tersebut menyebabkan harga saham dari perusahaan miliknya bisa mengalami penurunan/kenaikan yang signifikan.
Tim Riset CNBC Indonesia mencoba menghitung berapa total saham yang dilepas Benny dan proyeksi keuntungan yang diperolehnya. Perhitungan proyeksi perolehan didapat dari mengkalikan total unit saham yang diperdagangkan harian dengan harga penutupan di hari transaksi. Berikut hasil perhitungannya:
Diolah oleh Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
Jika melihat estimasi perolehan di atas, keuntungan paling besar diperoleh Benny dari NUSA, yang mencapai Rp 338 miliar. Benny mengatakan penjualan saham NUSA dilakukan karena Benny sedang membutuhkan dana.
Sedangkan untuk transaksi di saham RIMO dan MYRX hal ini nampaknya dilakukan sebagai bagian dari mekanisme repurchase agreement (repo). Sebelumnya, Benny memang mengakui kadang-kadang dirinya melakukan transaksi tersebut.
Sebagai informasi repo adalah salah satu bentuk investasi dalam bentuk perjanjian pinjaman dana dengan saham atau pun surat utang sebagai agunannya.
"Saya kan kadang-kadang melakukan transaksi repo. Repo kan bukan jual beli, tapi pinjam uang jaminan saham," kata Benny dalam wawancara khusus dengn CNBC Indonesia, 1/2/2018.
Sinergi Megah Internusa adalah perusahaan yang bergerak di sektor pariwisata (perhotelan). Lalu, Rimo International Lestari dan Hanson International adalah perusahaan yang bergerak di bidang properti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article 2 Hari Berturut-turut Benny Tjokro Lepas 556 Juta Saham NUSA
Hingga berita ini ditulis, harga saham NUSA anjlok 5,15% menjadi Rp 92, RIMO turun 1,49% menjadi Rp 132, MYRX turun 0,01% menjadi 102. Lalu, apa yang sebenarnya menyebabkan emiten tersebut kompak mencatatkan penurunan harga?
Lalu apa sentimen dari aksi korporasi yang menjadi pemberat kinerja ketiga saham tersebut yang biasanya bergerak liar.
Melansir dari Bursa Efek Indonesia (BEI), ketiga emiten tersebut melaporkan adanya perubahan proporsi kepemilikan saham lebih dari 5% oleh Benny sejak awal maret tahun ini hingga 11 Maret 2019. Kepemilikan saham Benny, selaku komisaris utama NUSA, turun menjadi 37, 87% dari 82,57%. Sedangkan proporsi perubahan kepemilikan Benny selaku pemilik dan direktur utama diRIMO dan MYRX turun kurang dari 1%.
Nama Benny Tjokrosaputro tidaklah asing di kalangan investor saham tanah air. Pasalnya beliau terkenal dengan julukan 'market maker' karena transaksi yang dilakukannya dapat menstimulus investor lain melakukan tindakan serupa.
Hal tersebut menyebabkan harga saham dari perusahaan miliknya bisa mengalami penurunan/kenaikan yang signifikan.
Tim Riset CNBC Indonesia mencoba menghitung berapa total saham yang dilepas Benny dan proyeksi keuntungan yang diperolehnya. Perhitungan proyeksi perolehan didapat dari mengkalikan total unit saham yang diperdagangkan harian dengan harga penutupan di hari transaksi. Berikut hasil perhitungannya:
Emiten | Kepemilikan Saat Ini | Unit Saham yang Dilepas | Estimasi Perolehan (rupiah) |
NUSA | 37.87% | 3,442,200,000 | 337,995,400,000 |
RIMO | 9.37% | 2,980,600 | 398,328,800 |
MYRX | 8.15% | 5,473,500 | 735,044,000 |
TOTAL | 339,128,772,800 |
Jika melihat estimasi perolehan di atas, keuntungan paling besar diperoleh Benny dari NUSA, yang mencapai Rp 338 miliar. Benny mengatakan penjualan saham NUSA dilakukan karena Benny sedang membutuhkan dana.
Sedangkan untuk transaksi di saham RIMO dan MYRX hal ini nampaknya dilakukan sebagai bagian dari mekanisme repurchase agreement (repo). Sebelumnya, Benny memang mengakui kadang-kadang dirinya melakukan transaksi tersebut.
Sebagai informasi repo adalah salah satu bentuk investasi dalam bentuk perjanjian pinjaman dana dengan saham atau pun surat utang sebagai agunannya.
"Saya kan kadang-kadang melakukan transaksi repo. Repo kan bukan jual beli, tapi pinjam uang jaminan saham," kata Benny dalam wawancara khusus dengn CNBC Indonesia, 1/2/2018.
Sinergi Megah Internusa adalah perusahaan yang bergerak di sektor pariwisata (perhotelan). Lalu, Rimo International Lestari dan Hanson International adalah perusahaan yang bergerak di bidang properti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article 2 Hari Berturut-turut Benny Tjokro Lepas 556 Juta Saham NUSA
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular