
Prospek Konstruksi Meyakinkan, Bahana Rekomendasikan 2 Saham
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 May 2019 12:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan sekuritas anak usaha BUMN, PT Bahana Sekuritas menyatakan saham-saham emiten konstruksi masih mempunyai prospek yang positif sejalan dengan konsistensi pemerintah membangun berbagai proyek infrastruktur yang akan berlanjut tahun ini.
Sebabnya, pemerintah telah mengalokasikan belanja infrastruktur dalam APBN 2019 mencapai Rp 415 triliun, naik dibanding alokasi belanja tahun lalu sebesar Rp 410,7 triliun. Anggaran belanja itu meliputi berbagai proyek seperti pelebaran jalan, jembatan, bendungan dan jaringan irigasi, hingga pembangunan rel kereta api dan bandara.
"Pembangunan infrastruktur menjadi harapan bagi sejumlah perusahaan konstruksi di Tanah Air setelah sebelumnya sektor konstruksi sempat tertekan akibat pelemahan nilai tukar dan pengetatan likuiditas," kata Analis Bahana Sekuritas Anthony Yunus, dalam risetnya yang diterima CNBC Indonesia, Jumat (17/5/2019).
Anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) ini menaikkan rekomendasi beli untuk beberapa saham, salah satunya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp 2.450/saham. WIKA dinilai punya bisnis yang lebih beragam dibanding perusahaan konstruksi lain.
WIKA juga banyak melakukan investasi di proyek jalan tol dan pembangkit listrik (power plant), yang kepemilikannya siap untuk dijual.
(tas) Next Article Emiten Konstruksi Terancam Alami Net Loss di Masa Pandemi
Sebabnya, pemerintah telah mengalokasikan belanja infrastruktur dalam APBN 2019 mencapai Rp 415 triliun, naik dibanding alokasi belanja tahun lalu sebesar Rp 410,7 triliun. Anggaran belanja itu meliputi berbagai proyek seperti pelebaran jalan, jembatan, bendungan dan jaringan irigasi, hingga pembangunan rel kereta api dan bandara.
"Pembangunan infrastruktur menjadi harapan bagi sejumlah perusahaan konstruksi di Tanah Air setelah sebelumnya sektor konstruksi sempat tertekan akibat pelemahan nilai tukar dan pengetatan likuiditas," kata Analis Bahana Sekuritas Anthony Yunus, dalam risetnya yang diterima CNBC Indonesia, Jumat (17/5/2019).
Anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) ini menaikkan rekomendasi beli untuk beberapa saham, salah satunya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp 2.450/saham. WIKA dinilai punya bisnis yang lebih beragam dibanding perusahaan konstruksi lain.
WIKA juga banyak melakukan investasi di proyek jalan tol dan pembangkit listrik (power plant), yang kepemilikannya siap untuk dijual.
Ditambah lagi, Wika juga memiliki bisnis beragam, mulai dari properti, beton, energi dan gedung, sehingga saat pembangunan jalan mulai sepi, perseroan masih bisa mengantongi margin dari bisnis lain.
"Tahun ini WIKA juga diuntungkan karena sudah ada kepastian atas proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan juga terlibat untuk pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) phase 2 serta Light Rail Transit (LRT) Jakarta," ungkap Anthony.
Ia memperkirakan, pada tahun ini, WIKA akan mengantongi kenaikan order baru sekitar 10% - 15%, dengan nilai kontrak baru diperkirakan mencapai Rp 52,95 triliun.
Dengan demikian, pendapatan WIKA pada akhir 2019 diperkirakan naik sekitar 48% secara tahunan menjadi Rp 44,22 triliun, dan laba bersih diperkirakan naik sekitar 27% secara tahunan menjadi Rp 2,16 triliun.
Selain WIKA, rekomendasi tahan (hold) diberikan untuk saham PT PP Tbk (PTPP) dengan target harga Rp 2.150/saham.
Pada tahun ini, manajemen PTPP berupaya melakukan keseimbangan atas kapasitas perusahaan yang tercermin pada rasio pinjaman terhadap modal sendiri, atau gearing ratio sebesar 40%, sehingga perusahaan masih memiliki kemampuan membiayai proyek baru.
"Perseroan juga termasuk konservatif dalam mengambil proyek-proyek yang akan dikerjakan, atau lebih fokus mengerjakan proyek yang pembayarannya lebih pasti dan lebih cepat," ungkapnya.
Anthony menambahkan, PTPP diperkirakan mampu mengantongi kenaikan order baru sepanjang 2019 sebesar 16%, atau mencapai Rp 41,82 triliun. Total pendapatan diprediksi naik sekitar 11% menjadi Rp 28,12 triliun dan laba bersih berpotensi naik sekitar 5% menjadi Rp 1,58 triliun.
Sebagai informasi, dari empat emiten konstruksi di BEI, baik WIKA dan PTPP masuk dalam Holding BUMN Perumahan di bawah kendali Perum Perumnas (Persero), bersama PT Virama Karya, PT Amarta Karya, PT Indah Karya, dan PT Bina Karya.
Adapun PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk ikut dalam Holding BUMN Infrastruktur di bawah kendali PT Hutama Karya, dengan anggota lainnya yakni PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Yodya Karya dan PT Indra Karya.
Simak ulasan saham WIKA setelah masuk Holding Perumahan.
[Gambas:Video CNBC]
"Tahun ini WIKA juga diuntungkan karena sudah ada kepastian atas proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan juga terlibat untuk pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) phase 2 serta Light Rail Transit (LRT) Jakarta," ungkap Anthony.
Ia memperkirakan, pada tahun ini, WIKA akan mengantongi kenaikan order baru sekitar 10% - 15%, dengan nilai kontrak baru diperkirakan mencapai Rp 52,95 triliun.
Dengan demikian, pendapatan WIKA pada akhir 2019 diperkirakan naik sekitar 48% secara tahunan menjadi Rp 44,22 triliun, dan laba bersih diperkirakan naik sekitar 27% secara tahunan menjadi Rp 2,16 triliun.
Pada tahun ini, manajemen PTPP berupaya melakukan keseimbangan atas kapasitas perusahaan yang tercermin pada rasio pinjaman terhadap modal sendiri, atau gearing ratio sebesar 40%, sehingga perusahaan masih memiliki kemampuan membiayai proyek baru.
"Perseroan juga termasuk konservatif dalam mengambil proyek-proyek yang akan dikerjakan, atau lebih fokus mengerjakan proyek yang pembayarannya lebih pasti dan lebih cepat," ungkapnya.
Anthony menambahkan, PTPP diperkirakan mampu mengantongi kenaikan order baru sepanjang 2019 sebesar 16%, atau mencapai Rp 41,82 triliun. Total pendapatan diprediksi naik sekitar 11% menjadi Rp 28,12 triliun dan laba bersih berpotensi naik sekitar 5% menjadi Rp 1,58 triliun.
Sebagai informasi, dari empat emiten konstruksi di BEI, baik WIKA dan PTPP masuk dalam Holding BUMN Perumahan di bawah kendali Perum Perumnas (Persero), bersama PT Virama Karya, PT Amarta Karya, PT Indah Karya, dan PT Bina Karya.
Adapun PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk ikut dalam Holding BUMN Infrastruktur di bawah kendali PT Hutama Karya, dengan anggota lainnya yakni PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Yodya Karya dan PT Indra Karya.
Simak ulasan saham WIKA setelah masuk Holding Perumahan.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Emiten Konstruksi Terancam Alami Net Loss di Masa Pandemi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular