Mau 01 atau 02, Pilpres Sisakan Noda Hitam Bagi Pasar Saham
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 April 2019 14:50

Dari sisi volume, jumlah unit saham yang ditransaksikan menjelang gelaran pemilu terbilang sangat besar.
Secara rata-rata, volume transaksi harian dalam 5 hari perdagangan terakhir menjelang pencoblosan adalah sebanyak 10,38 miliar unit saham, jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata volume transaksi harian sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin, 16/4/2019) yang sebanyak 9,87 miliar saham.
Jika dibandingkan dengan tahun 2018, maka lonjakan rata-rata volume transaksi harian pada tahun ini bisa dibilang sangat signifikan.
Pada tahun lalu, secara rata-rata hanya terdapat sebanyak 7,09 miliar unit saham yang ditransaksikan setiap hari, berdasarkan perhitungan Tim Riset CNBC Indonesia atas data yang disajikan Refinitiv.
Secara nilai, rata-rata nilai transaksi harian dalam 5 hari perdagangan terakhir menjelang pencoblosan adalah Rp 9,59 triliun.
Volume transaksi yang melonjak menjelang gelaran pemilu ketika dikombinasikan dengan penurunan IHSG menunjukkan sebuah hal: partisipasi pelaku pasar begitu besar dalam mendorong pelemahan IHSG.
Menjelang pencoblosan, banyak pelaku pasar yang bermain defensif dengan melepas saham-saham di tanah air.
Mode defensif diaktifkan lantaran pelaku pasar ingin melihat terlebih dahulu siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam Pilpres edisi kali ini, apakah pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin atau pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Bagi bursa saham, kemenangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin bisa menjadi kado yang sangat indah. Walaupun IHSG selalu membukukan performa yang oke pada tahun pilpres, perlu diingat bahwa hal ini terjadi kala hasil pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Untuk pasangan nomor urut 02 yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, kemenangan mereka sebenarnya tak dapat dikatakan akan menjadi petaka bagi pasar saham tanah air. Namun memang, arah pergerakan IHSG akan sulit ditebak jika pasangan ini yang menang.
Pasalnya, semenjak posisi presiden dan wakil presiden diserahkan untuk dipilih oleh rakyat, pemenangnya selalu yang dijagokan oleh mayoritas lembaga survei.
Berdasarkan laporan terakhir yang dipublikasikan para lembaga survei, kemungkinan besar Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan menjadi pemenang dalam gelaran pilpres 2019.
Lembaga Indikator Politik Indonesia belum lama ini merilis survei terbaru soal tingkat elektabilitas antara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hasilnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dengan persentase pemilih 55,4%, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,4%.
"Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 7,2 persen," tulis hasil survei Indikator Politik Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (3/4/2019).
Dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 12 April, survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan bahwa pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul 19,8% dibanding Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjelang pencoblosan pada 17 April mendatang.
Survei tersebut dilakukan pada 5-8 April 2019 menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan 2.285 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.
"Dengan pengukuran langsung dengan pertanyaan seandainya pilpres dilakukan sekarang, maka pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapat dukungan sebesar 56,8 persen, lalu Prabowo-Sandiaga sebesar 37 persen, yang belum memilih 6,3 persen," ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani pada hari Jumat (12/4/2019).
Kemudian, Charta Politika juga memprediksi kemenangan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam gelaran pilpres tahun ini.
"Sama seperti di tanggal 8 Juli 2014 lalu, Charta Politika berani membuat prediksi bahwa Jokowi akan memenangkan pilpres dengan rentang 4-8%," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam keterangannya, Sabtu (13/4/2019), dikutip dari Detik News.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
(ank/tas)
Secara rata-rata, volume transaksi harian dalam 5 hari perdagangan terakhir menjelang pencoblosan adalah sebanyak 10,38 miliar unit saham, jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata volume transaksi harian sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin, 16/4/2019) yang sebanyak 9,87 miliar saham.
Jika dibandingkan dengan tahun 2018, maka lonjakan rata-rata volume transaksi harian pada tahun ini bisa dibilang sangat signifikan.
Secara nilai, rata-rata nilai transaksi harian dalam 5 hari perdagangan terakhir menjelang pencoblosan adalah Rp 9,59 triliun.
Volume transaksi yang melonjak menjelang gelaran pemilu ketika dikombinasikan dengan penurunan IHSG menunjukkan sebuah hal: partisipasi pelaku pasar begitu besar dalam mendorong pelemahan IHSG.
Menjelang pencoblosan, banyak pelaku pasar yang bermain defensif dengan melepas saham-saham di tanah air.
Mode defensif diaktifkan lantaran pelaku pasar ingin melihat terlebih dahulu siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam Pilpres edisi kali ini, apakah pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin atau pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Bagi bursa saham, kemenangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin bisa menjadi kado yang sangat indah. Walaupun IHSG selalu membukukan performa yang oke pada tahun pilpres, perlu diingat bahwa hal ini terjadi kala hasil pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Untuk pasangan nomor urut 02 yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, kemenangan mereka sebenarnya tak dapat dikatakan akan menjadi petaka bagi pasar saham tanah air. Namun memang, arah pergerakan IHSG akan sulit ditebak jika pasangan ini yang menang.
Pasalnya, semenjak posisi presiden dan wakil presiden diserahkan untuk dipilih oleh rakyat, pemenangnya selalu yang dijagokan oleh mayoritas lembaga survei.
Berdasarkan laporan terakhir yang dipublikasikan para lembaga survei, kemungkinan besar Joko Widodo-Ma’ruf Amin akan menjadi pemenang dalam gelaran pilpres 2019.
Lembaga Indikator Politik Indonesia belum lama ini merilis survei terbaru soal tingkat elektabilitas antara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hasilnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dengan persentase pemilih 55,4%, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,4%.
"Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 7,2 persen," tulis hasil survei Indikator Politik Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (3/4/2019).
Dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 12 April, survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan bahwa pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul 19,8% dibanding Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjelang pencoblosan pada 17 April mendatang.
Survei tersebut dilakukan pada 5-8 April 2019 menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan 2.285 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.
"Dengan pengukuran langsung dengan pertanyaan seandainya pilpres dilakukan sekarang, maka pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapat dukungan sebesar 56,8 persen, lalu Prabowo-Sandiaga sebesar 37 persen, yang belum memilih 6,3 persen," ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani pada hari Jumat (12/4/2019).
Kemudian, Charta Politika juga memprediksi kemenangan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam gelaran pilpres tahun ini.
"Sama seperti di tanggal 8 Juli 2014 lalu, Charta Politika berani membuat prediksi bahwa Jokowi akan memenangkan pilpres dengan rentang 4-8%," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam keterangannya, Sabtu (13/4/2019), dikutip dari Detik News.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
(ank/tas)
Next Page
Sektor Properti Paling Cuan
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular