
Pemilu 2019
IHSG Dibuka Tembus 6.500, karena Jokowi Effect?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 April 2019 09:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung melejit 1,35% pada pembukaan perdagangan ke level 6.568,85. IHSG kemudian meroket hingga 2,39% ke titik tertingginya di level 6.636,33.
IHSG meroket kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,38%, indeks Shanghai turun 0,18%, indeks Hang Seng turun 0,4%, indeks Straits Times turun 0,04%, dan indeks Kospi turun 0,71%.
Penguatan IHSG pada hari ini praktis dipicu oleh faktor domestik, yakni kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam kontestasi pemilihan presiden (pilpres) yang digelar kemarin (17/4/2019). Sejauh ini, hasil hitung cepat dari berbagai lembaga kompak memenangkan pasangan calon nomor urut 01 tersebut.
Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 97% suara masuk dengan 54,5% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Kemudian, hitung cepat dari Indo Barometer (99,7% suara masuk) menunjukkan bahwa sebanyak 54,3% suara jatuh ke Jokowi selaku petahana.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG memang selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada pemilihan presiden edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Melihat kondisi yang ada saat ini, menurut kami aman jika dikatakan bahwa melesatnya IHSG merupakan Jokowi effect.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
IHSG meroket kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,38%, indeks Shanghai turun 0,18%, indeks Hang Seng turun 0,4%, indeks Straits Times turun 0,04%, dan indeks Kospi turun 0,71%.
Penguatan IHSG pada hari ini praktis dipicu oleh faktor domestik, yakni kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam kontestasi pemilihan presiden (pilpres) yang digelar kemarin (17/4/2019). Sejauh ini, hasil hitung cepat dari berbagai lembaga kompak memenangkan pasangan calon nomor urut 01 tersebut.
Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 97% suara masuk dengan 54,5% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Kemudian, hitung cepat dari Indo Barometer (99,7% suara masuk) menunjukkan bahwa sebanyak 54,3% suara jatuh ke Jokowi selaku petahana.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG memang selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada pemilihan presiden edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Melihat kondisi yang ada saat ini, menurut kami aman jika dikatakan bahwa melesatnya IHSG merupakan Jokowi effect.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular