Pemilu 2019

IHSG Menguat Saat Bursa Asia Boncos, karena Jokowi Effect?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 April 2019 12:52
IHSG Menguat Saat Bursa Asia Boncos, karena Jokowi Effect?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi I dengan penguatan sebesar 0,61% ke level 6.521,09. IHSG tak pernah sekalipun merasakan pahitnya zona merah pada hari ini.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG langsung melejit 1,35% ke level 6.568,85. IHSG kemudian meroket hingga 2,39% ke titik tertingginya di level 6.636,33, sebelum menipiskan penguatannya menjadi 0,61% pada tengah hari.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+3,37%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,62%), PT Astra International Tbk/ASII +1,29%), PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (+12,6%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+2,76%).

IHSG melaju dengan anteng di zona hijau kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,63%, indeks Shanghai turun 0,23%, indeks Hang Seng turun 0,6%, dan indeks Kospi turun 1,04%.

Aksi ambil untung membuat bursa saham Benua Kuning harus pasrah terkoreksi. Kemarin (17/4/2019), mayoritas indeks saham kawasan Asia sudah membukukan penguatan seiring dengan kuatnya angka pertumbuhan ekonomi China.

Untuk periode kuartal-I 2019, pertumbuhan ekonomi diumumkan di level 6,4% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 6,3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Kemudian, produksi industri periode Maret 2019 diumumkan tumbuh 8,5% secara tahunan, di atas konsensus yang sebesar 5,9%, seperti dilansir dari Trading Economics. Terakhir, penjualan barang-barang ritel untuk bulan yang sama melesat hingga 8,7% secara tahunan, juga di atas konsensus yang sebesar 8,4%, dilansir dari Trading Economics.

Lantas, kekhawatiran bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini menjadi mereda. Sebagai informasi, belum lama ini pemerintah China resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6%.
Kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam gelaran pemilihan presiden (pilpres) telah menciptakan euforia yang begitu luar biasa di pasar saham tanah air.

Sejauh ini, hasil hitung cepat dari berbagai lembaga kompak memenangkan pasangan calon nomor urut 01 tersebut. Hasil hitung cepat dari Litbang Kompas misalnya, sudah menerima sebanyak 99,7% suara masuk dengan 54,4% suara jatuh ke pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Kemudian, hitung cepat dari Indo Barometer (99,7% suara masuk) menunjukkan bahwa sebanyak 54,3% suara jatuh ke Jokowi selaku petahana.

Jika berkaca kepada sejarah, IHSG memang selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun pemilu, dengan catatan bahwa hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei. Pada pemilihan presiden edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Sementara pada tahun 2014 kala Jokowi terpilih untuk periode pertamanya sebagai presiden, IHSG melejit 22,3%.

Perlu diingat, imbal hasil IHSG sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Selasa, 16/4/2019) baru sebesar 4,63%, sehingga menyisakan upside yang begitu besar jika berkaca kepada performa IHSG di tahun-tahun pemilu sebelumnya.

Wajar saja jika investor begitu gencar menyasar saham-saham di Indonesia. Mereka tak mau kehilangan potensi cuan yang masih begitu besar. Investor asing memegang peranan penting dalam mendorong penguatan IHSG. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 1,13 triliun.

Selain karena upside IHSG yang masih besar, pergerakan rupiah yang mendukung semakin memantik aksi beli oleh investor asing. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,32% di pasar spot ke level 14.035/dolar AS.

Kala rupiah menguat dengan begitu signifikan, investor asing bisa meraup keuntungan dari selisih kurs dan bukan hanya capital gain.

5 besar saham yang dikoleksi investor asing per akhir sesi 1 adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 338 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 208,1 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 193,8 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 127,5 miliar), dan PT Wijaya Karya Tbk/WIKA (Rp 87 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular