Felda Keluar dari BWPT? Ini Respons Grup Rajawali

tahir saleh, CNBC Indonesia
16 April 2019 12:24
Harga saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dalam 6 bulan terakhir masih minus hingga 18%
Foto: Menara Felda/REUTERS/Lai Seng Sin
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dalam 6 bulan terakhir masih minus hingga 18%, kendati pada perdagangan Selasa ini (16/4/2019), saham perusahaan perkebunan sawit ini mulai menguat 0,61% di level Rp 164/saham.

Mengacu laporan keuangan perusahaan, pendapatan perusahaan tahun ini hanya naik tipis menjadi Rp 3,08 triliun dari tahun sebelumnya Rp 3,05 triliun.


Kendati demikian, perusahaan masih menderita merugi bersih sebesar Rp 446,26 miliar, meskipun berkurang dari rugi bersih tahun sebelumnya Rp 244,73 miliar. Kerugian karena masih adanya rugi penjualan aset, beban bunga, dan kerugian selfish kurs hingga Rp 113,91 miliar.

Salah satu sentimen yang menggerakkan saham BWPT selain faktor fundamental ialah persepsi investor yang berkaitan dengan 
kisruh politik di Malaysia. Federal Land Development Authority (Felda), perusahaan asal Malaysia yang memiliki 37% saham BWPT lewat anak usahanya FIC Properties Sdn Bhd, diisukan akan keluar dari BWPT.

Sontak kabar ini memantik manajemen BWPT untuk memberikan klarifikasi mengingat isu ini begitu ramai di media asing. Dikutip dari theedgemarkets.com, manajemen Felda bahkan menyatakan bahwa Najib Razak (perdana menteri Malaysia yang kalah dalam Pemilu Malaysia 9 Mei 2018, dilengserkan oleh politisi senior Mahathir Mohamad), telah menipu Felda.
 

Felda menginvestasikan MYR 2,07 miliar atau sekitar Rp 7 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/uS$) ke BWPT yang dituding menggunakan harga akuisisi yang terlalu mahal.

Dalam surat pernyataan yang diterima CNBC Indonesia, Managing Director 
External Relations Division PT Rajawali Capital International, Satrio Tjai, mengatakan Felda dan Rajawali menyepakati suatu kemitraan strategis dan investasi jangka panjang di perkebunan kelapa sawit melalui transaksi BWPT.

Negosiasi antara Rajawali dan FIC Properties (anak perusahaan Felda) terjadi intensif selama bertahun-tahun, pada Desember 2016.

"Transaksi BWPT berhasil diselesaikan pada bulan Mei 2017 dan dipuji sebagai peristiwa penting dalam sejarah kedua perusahaan, yaitu, Felda dan Rajawali dan kedua negara, yaitu, Malaysia dan Indonesia," tulis Satrio, Selasa (16/4/2019).

Kemitraan strategis dalam BWPT ini memberikan Felda akses terhadap perkebunan dengan 145.000 hektare tanaman menghasilkan yang masih muda di Indonesia. Ini sejalan dengan upaya pemerintah Malaysia untuk memastikan negaranya terus menjadi pemain utama dalam industri kelapa sawit global, di mana Felda memiliki keterbatasan cadangan lahan dan perkebunan sawit yang berumur tua.

Kemitraan ini juga memberikan Rajawali akses terhadap teknologi dan riset dan pengembangan kelas dunia yang dikembangkan Felda selama 50 tahun terakhir.

"Transaksi EHP [Eagle High Platations] juga memperkuat hubungan kerja sama Malaysia - Indonesia dan sinergi sebagai dua produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia dan juga merupakan katalis untuk mengupayakan terlaksananya agenda Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) dalam rangka menstabilkan harga minyak sawit global," kata Satrio.

Dia menjelaskan transaksi pembelian BWPT telah menjadi sasaran berbagai laporan media yang menyajikan fakta yang tidak lengkap dan berisi pernyataan yang tidak akurat, sementara keinginan Rajawali untuk merespon fakta-fakta yang tidak lengkap dan atau kurang akurat itu dibatasi oleh kewajiban menjaga kerahasiaan berdasarkan dokumen perjanjian.

Namun, kata Satrio, pihaknya ingin menjelaskan beberapa hal. Transaksi EHP adalah kemitraan strategis antara Felda dan Rajawali dalam investasi jangka panjang kedua belah pihak di perkebunan kelapa sawit, yang tercermin dari kepemilikan saham Felda dan Rajawali masing-masing 37%.

Selain itu, transaksi EHP bukan hanya sekedar transaksi bursa saham biasa.

Menurut dia, khusus transaksi strategis seperti transaksi EHP, penilaian atas perusahaan yang merujuk pada harga saham di bursa pada waktu tertentu adalah tidak tepat. Hal itu karena untuk transaksi strategis seperti BPWT atau EHP, penilaian perusahaan biasanya didasarkan pada Enterprise Value / Hektar (EV / ha).

"Berdasarkan penilaian EV/
ha, dibandingkan dengan transaksi lain yang sebanding di periode yang kurang lebih sama dengan transaksi EHP," katanya.

"Transaksi EHP
dinilai cukup wajar dan merupakan salah satu transaksi yang paling menarik bagi pembeli. 
Transaksi EHP dinegosiasikan secara intensif. Sepanjang proses Transaksi EHP, didampingi dan dibantu oleh penasihat keuangan dan beberapa penasihat hukum terkemuka," katanya lagi.

Tak hanya itu, semua pra-syarat pendahuluan yang harus
 dipenuhi (termasuk memperoleh semua persetujuan yang disyaratkan dari pemerintah Malaysia dan Indonesia), telah dipenuhi sebelum penyelesaian transaksi pada Mei 2017.


(tas/hps) Next Article Felda Bakal Hengkang, Saham BWPT Ditutup Anjlok 12%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular