Status Masih Default, Ini Bocoran Strategi Berlian Tanker

tahir saleh, CNBC Indonesia
15 April 2019 15:27
Emiten jasa transportasi laut, PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) menyampaikan beberapa strategi peningkatan kinerja perusahaan.
Foto: Ilustrasi kapal tanker (Istimewa)
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten jasa transportasi laut, PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) menyampaikan beberapa strategi peningkatan kinerja perusahaan guna memberikan perbaikan nilai bagi pemegang saham di tengah persoalan utang yang melilit perusahaan.

Manajemen Berlian Laju Tanker menyatakan bahwa status kolektibilitas perseroan masih di tingkat 5 (default), sebagaimana terungkap dalam dokumen paparan publik (public expose) yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan akan menggelar paparan publik pada Senin 22 April mendatang.

Mengacu pada peraturan BI nomor 14/15 tahun 2012, tulis manajemen, seharusnya kolektibilitas BLTA sudah lancar, karena perseroan rutin melakukan pembayaran pokok pinjaman dan bunga secara tepat waktu sejak 2015.


"Hal ini telah dibicarakan dengan pihak otoritas, dan manajemen akan terus berusaha agar status kolektibilitas mencapai status yang semestinya," tulis manajemen BLTA, seperti dikutip CNBC Indonesia, Senin (15/4/2019).

"
Perseroan akan terus meningkatkan nilai pemegang saham melalui perbaikan kinerja dan mencari peluang bisnis-bisnis baru," tulis manajemen. 

Sebelumnya pada 25 Maret 2019, BLTA mengumumkan keterbukaan informasi di BEI mengenai hasil penilaian harga efek. BEI akhirnya mencabut penghentian sementara perdagangan efek (suspensi) pada 28 Maret 2019, dan saham BLTA mulai kembali diperdagangkan pada 29 Maret 2019.

"Dibukanya kembali perdagangan saham perseroan, [maka] peluang untuk mencari pendanaan dari pihak ketiga akan semakin terbuka dan diharapkan dapat memberi manfaat kepada seluruh investor," tulis manajemen.

Hingga Senin ini, saham BLTA masih stagnan di level Rp 50/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 1,17 triliun. Secara tahun berjalan, year to date, saham BLTA minus hingga 74%.

Kontrak baru
Dalam dokumen paparan publik itu terungkap beberapa strategi perusahaan dalam meningkatkan kinerja. Rencananya paparan publik akan digelar perusahaan pada Senin depan, 22 April 2019.

Perseroan akan tetap fokus pada optimalisasi 8 kapal milik untuk beroperasi dalam negeri Indonesia, terutama untuk pengangkutan biodiesel dalam negeri.

"Kebutuhan akan pengangkutan biodiesel akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2019 menjadi 6 juta kilo liter, seiring dengan implementasi program B20 [biodiesel 20%], yang mewajibkan pencampuran biodiesel dalam minyak solar menjadi 20%."

Biodiesel merupakan jenis kargo yang pengangkutannya disyaratkan menggunakan kapal tanker kimia, yang merupakan bisnis utama BLTA.

Selain itu, strategi lain yakni 
menambah porsi dari pendapatan fixed income, di mana pada tahun ini Grup BLTA telah memperoleh kontrak Time Charter dengan pihak ketiga sebesar US$ 11,1 juta, dan sebesar US$ 2,8 juta untuk tahun 2020.

Pada Januari 2019, salah satu kapal Grup ditahan di pelabuhan Ranong, Thailand. Menurut manajemen, kapal tersebut ditahan bukan karena kesalahan manajemen, dan saat ini sedang dalam proses pengajuan upaya hukum sesuai dengan pasal 85/1 Hukum Pidana Thailand, untuk melindungi kepentingan-kepentingan dan hak- hak Grup.

"Manajemen Grup berkeyakinan bahwa tidak ada kerugian financial atas penahanan ini karena akan diperhitungkan kembali kepada penyewa kapal (Petronas)."

Tahun lalu, perseroan akhirnya membukukan laba bersih sepanjang tahun lalu setelah merugi pada 2017. Laba bersih pada 2018 tercatat US$ 5,43 juta atau sekitar Rp 76 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/dolar AS). Kendati demikian, pendapatan perusahaan turun menjadi US$ 24,93 juta dari pendapatan 2017 sebesar US$ 25,25 juta.

Berlian Laju Tanker Tbk didirikan pada 12 Maret 1980 dengan nama PT Bhaita Laju Tanker. Bidang usaha perseroan adalah penyediaan angkutan muatan cair dan gas.

Perseroan mencatatkan saham pada BEI pada tahun 1990 dan pada 2006 mencatatkan saham di 
Singapore Exchange Securities Trading (SGX), yang menjadikan perusahaan Indonesia pertama yang melakukan dual listed.
(tas/hps) Next Article Setelah Merugi, Berlian Laju Tanker Cetak Laba Rp 76 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular