
Setelah Merugi, Berlian Laju Tanker Cetak Laba Rp 76 M
tahir saleh, CNBC Indonesia
06 March 2019 12:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten jasa transportasi laut, PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) akhirnya membukukan laba bersih sepanjang tahun lalu setelah merugi pada 2017.
Laba bersih pada 2018 tercatat US$ 5,43 juta atau sekitar Rp 76 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/dolar AS).
Data laporan keuangan audit mencatat, pada 2017 BLTA masih menderita rugi bersih hingga US$ 8,77 juta akibat beban naik dan adanya kerugian yang belum terealisasi atas perubahan nilai wajar aset keuangan derivatif sebesar US$ 12,97 juta.
Namun pada tahun lalu, pos beban tersebut nihil sehingga BLTA mampu membukukan kinerja positif.
Kendati demikian, pendapatan perusahaan turun menjadi US$ 24,93 juta dari pendapatan 2017 sebesar US$ 25,25 juta. Penurunan ini terjadi pada pos pendapatan kapal gas.
Jika ditelusuri, pendapatan terbesar BLTA dari bisnis kapal kimia senilai US$ 21,37 juta, naik tipis dari 2017 sebesar US$ 21,36 juta, sementara sisanya dari kapal gas US$ 3,49 juta, turun dari 2017 sebesar US$ 3,82 juta.
Padahal sebagai perbandingan, tahun 2017, BLTA juga mengalami penurunan bisnis kapal gas secara signifikan, dari US$ 9,10 juta pada 2016 menjadi US$ 3,82 juta pada 2017.
Kontributor pendapatan terbesar (lebih dari 10%) masih dari PT Pertamina (Persero) North Cape Ventures Ltd yang masing-masing bernilai sebesar US$ 8,2 juta dan US$ 2,7 juta atau 32% dan 11% dari total pendapatan usaha konsolidasi BLTA. Adapun pada 2017, dua klien terbesar BLTA yakni Pertamina dan Shell Indonesia.
(tas/prm) Next Article Status Masih Default, Ini Bocoran Strategi Berlian Tanker
Laba bersih pada 2018 tercatat US$ 5,43 juta atau sekitar Rp 76 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/dolar AS).
Data laporan keuangan audit mencatat, pada 2017 BLTA masih menderita rugi bersih hingga US$ 8,77 juta akibat beban naik dan adanya kerugian yang belum terealisasi atas perubahan nilai wajar aset keuangan derivatif sebesar US$ 12,97 juta.
Kendati demikian, pendapatan perusahaan turun menjadi US$ 24,93 juta dari pendapatan 2017 sebesar US$ 25,25 juta. Penurunan ini terjadi pada pos pendapatan kapal gas.
Jika ditelusuri, pendapatan terbesar BLTA dari bisnis kapal kimia senilai US$ 21,37 juta, naik tipis dari 2017 sebesar US$ 21,36 juta, sementara sisanya dari kapal gas US$ 3,49 juta, turun dari 2017 sebesar US$ 3,82 juta.
Padahal sebagai perbandingan, tahun 2017, BLTA juga mengalami penurunan bisnis kapal gas secara signifikan, dari US$ 9,10 juta pada 2016 menjadi US$ 3,82 juta pada 2017.
Kontributor pendapatan terbesar (lebih dari 10%) masih dari PT Pertamina (Persero) North Cape Ventures Ltd yang masing-masing bernilai sebesar US$ 8,2 juta dan US$ 2,7 juta atau 32% dan 11% dari total pendapatan usaha konsolidasi BLTA. Adapun pada 2017, dua klien terbesar BLTA yakni Pertamina dan Shell Indonesia.
(tas/prm) Next Article Status Masih Default, Ini Bocoran Strategi Berlian Tanker
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular