
Masih Rugi, Arpeni Pratama Restrukturisasi Utang Rp 5,4 T
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
02 July 2018 13:03

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) berencana untuk melakukan restrukturisasi utang perseroan yang saat ini mencapai lebih dari US$ 400 juta atau Rp Rp 5,41 triliun (1 US$ = 13.548).
(dob) Next Article Tambah Kas, Arpeni Pratama Jual Kapal Rp 26,58 M
Restrukturisasi utang tersebut berasal dari utang perbankan, perbankan pensiunan hingga surat utang MTN (medium term note). Rencananya, perseroan menargetkan utang tersebut dapat di restrukturisasi hingga akhir tahun ini.
"Kami selalu update dan membicarakan dengan pihak kreditur, jadi masih dalam pembahasan. Disuksi juga sudah cukup lama dilakukan mengenai restrukturisasi sejak 2015," ujar Ferdy Suwandi, Chief Financial Officer APOL, Senin (2/7/2018).
Terkait dengan skema restrukturisasi utang tersebut, perseroan masih belum memutuskan lebih lanjut. Namun, seluruh restrukturisasi utang tersebut direncanakan untuk dilakukan secara bersamaan.
"Akan terjadi berbagai hal dalam restrukturisasi, baik dalam hal diperpanjang maupun konversi. Semuanya kami persiapkan, dan tidak secara terpisah," tambah Ferdy.
Sementara itu, terkait dengan saham APOL yang disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), pihaknya masih terus melakukan diskusi dengan berbagai otoritas terkait dengan suspensi tersebut.
Manajemen berharap saham perseroan kembali bisa diperdagangkan sehingga dapat membantu dalam proses restrukturisasi utang yang akan dilakukan perseroan. Saat ini harga saham APOL stagnan di harga Rp 58/saham.
"Kami selalu contact dengan BEI mengenai suspensi pada saham kami, memang ini akan terus dalam progress dan kebetulan ada pergantian direksi dari BEI sendiri, jadi kami akan terus tunggu," ungkap Ferdy.
Sebelumnya, pada awal Mei 2018 perseroan telah melakukan penjualan sebanyak delapan kapal milik anak usahanya yaitu PT Buana Jaya Pratama diantaranya 4 kapal tunda (tugboat) dan 4 kapal tongkang (barge). Hingga saat ini, perseroan memiliki 41 armada kapal dan 2 armada kapal sewa.
Sepanjang 2017, APOL mencatatkan pendapatan jasa sebesar RP 466,98 miliar meningkat 14% dibandingkan pendapatan jasa pada tahun sebelumnya sebesar Rp 410,22 miliar. Pendapatan terbesar berasal dari jasa angkutan curah kering (dry bulk) yaitu sebesar Rp 368,48 miliar atau naik 11%.
Pada 2017, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 261,79 miliar atau lebih tinggi dibandingkan kerugian yang dialami pada 2016 sebesar Rp 212,26 miliar.
Pendapatan bisnis baru
Pada tahun ini, APOL berencana untuk menggenjot bisnis baru dari kegiatan usaha lain non productive asset based. APOL menargetkan bisnis ini bisa tumbuh 30%. BIsnis ini termasuk jasa manajemen kapal (ship management), bongkar muat (stevedoring) dan manajemen pemeliharaan (jetty management).
"Non asset based terutama kami mulai bergerak sejak kuartal-I 2018, project based-nya sendiri kami hanya di head office kedepannya kami akan fokus untuk ke cabang-cabang sehingga menjadi oriented," ujar Ferdy Suwandi.
Dengan meningkatnya pertumbuhan pendapatan dari bisnis tersebut, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini mencapai Rp 500 miliar atau naik 6% dibandingkan dengan pendapatan APOL tahun lalu sebesar Rp 466,98 miliar.
Selain itu, perseroan menargetkan pertumbuhan porsi jasa angkutan internasional. Pada tahun lalu, persentase jasa penangkutan internasional meningkat menjadi 13% dari sebelumnya di tahun 2016 sebesar 5%.
Peningkatan pertumbuhan jasa angkutan internasional didorong oleh peningkatan permintaan transportasi non migas dari India dan Australia.
"Kami selalu update dan membicarakan dengan pihak kreditur, jadi masih dalam pembahasan. Disuksi juga sudah cukup lama dilakukan mengenai restrukturisasi sejak 2015," ujar Ferdy Suwandi, Chief Financial Officer APOL, Senin (2/7/2018).
Terkait dengan skema restrukturisasi utang tersebut, perseroan masih belum memutuskan lebih lanjut. Namun, seluruh restrukturisasi utang tersebut direncanakan untuk dilakukan secara bersamaan.
Sementara itu, terkait dengan saham APOL yang disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), pihaknya masih terus melakukan diskusi dengan berbagai otoritas terkait dengan suspensi tersebut.
Manajemen berharap saham perseroan kembali bisa diperdagangkan sehingga dapat membantu dalam proses restrukturisasi utang yang akan dilakukan perseroan. Saat ini harga saham APOL stagnan di harga Rp 58/saham.
"Kami selalu contact dengan BEI mengenai suspensi pada saham kami, memang ini akan terus dalam progress dan kebetulan ada pergantian direksi dari BEI sendiri, jadi kami akan terus tunggu," ungkap Ferdy.
Sebelumnya, pada awal Mei 2018 perseroan telah melakukan penjualan sebanyak delapan kapal milik anak usahanya yaitu PT Buana Jaya Pratama diantaranya 4 kapal tunda (tugboat) dan 4 kapal tongkang (barge). Hingga saat ini, perseroan memiliki 41 armada kapal dan 2 armada kapal sewa.
Sepanjang 2017, APOL mencatatkan pendapatan jasa sebesar RP 466,98 miliar meningkat 14% dibandingkan pendapatan jasa pada tahun sebelumnya sebesar Rp 410,22 miliar. Pendapatan terbesar berasal dari jasa angkutan curah kering (dry bulk) yaitu sebesar Rp 368,48 miliar atau naik 11%.
Pada 2017, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 261,79 miliar atau lebih tinggi dibandingkan kerugian yang dialami pada 2016 sebesar Rp 212,26 miliar.
Pendapatan bisnis baru
Pada tahun ini, APOL berencana untuk menggenjot bisnis baru dari kegiatan usaha lain non productive asset based. APOL menargetkan bisnis ini bisa tumbuh 30%. BIsnis ini termasuk jasa manajemen kapal (ship management), bongkar muat (stevedoring) dan manajemen pemeliharaan (jetty management).
"Non asset based terutama kami mulai bergerak sejak kuartal-I 2018, project based-nya sendiri kami hanya di head office kedepannya kami akan fokus untuk ke cabang-cabang sehingga menjadi oriented," ujar Ferdy Suwandi.
Dengan meningkatnya pertumbuhan pendapatan dari bisnis tersebut, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini mencapai Rp 500 miliar atau naik 6% dibandingkan dengan pendapatan APOL tahun lalu sebesar Rp 466,98 miliar.
Selain itu, perseroan menargetkan pertumbuhan porsi jasa angkutan internasional. Pada tahun lalu, persentase jasa penangkutan internasional meningkat menjadi 13% dari sebelumnya di tahun 2016 sebesar 5%.
Peningkatan pertumbuhan jasa angkutan internasional didorong oleh peningkatan permintaan transportasi non migas dari India dan Australia.
(dob) Next Article Tambah Kas, Arpeni Pratama Jual Kapal Rp 26,58 M
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular