Gapmmi: Kisruh Tiga Pilar Jangan Jadi Preseden Buruk
Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 April 2019 15:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) mengharapkan masalah yang terjadi di internal perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) tidak menjadi preseden buruk bagi dunia investasi, khususnya bagi private equity.
Ketua Gapmmi Adhi Siswaja Lukman mengharapkan agar kisruh di tubuh Tiga Pilar, yang juga merupakan anggota asosiasi, bisa segera mendapatkan solusi.
Sebab, katanya, industri di Indonesia saat ini membutuhkan suntikan dana dari private equity baik lokal maupun asing untuk tumbuh.
"Satu lagi TPS Food ini menarik, supaya tidak jadi preseden buruk. Private equity ini kan berjalan di seluruh dunia jadi jangan sampai jadi preseden buruk takutnya banyak perusahaan yang ingin kerja sama akan takut bisa terjadi kaya TPS Food," kata Adhi di Jakarta, Kamis (4/4).
Menurut dia, tujuan private equity ingin masuk ke perusahaan Indonesia adalah sama-sama untuk mendapatkan keuntungan.
"Saya yakin mereka ingin benefit baik dari investasi bukan cari masalah, kerugian dan sensasi. Mudah-mudahan kasus ini cepat selesai dan image private equity baik," kata dia.
Selain itu, Adhi juga menegaskan agar persoalan ini segera bisa mendapatkan jalan keluar dan tidak lagi ada pernyataan yang aneh dan melanggar hukum dari kedua belah pihak, yakni manajemen baru Tiga Pilar dan manajemen lama yang diwakili Stefanus Joko Mogoginta.
Dia juga mengatakan terkait laporan PT Ernst & Young Indonesia(EY), Adhi mengatakan jika ada anggapan laporan tersebut melanggar norma, benar atau tidak harus diluruskan.
"Kalau melanggar, segera revisi, saya harapkan kita duduk sama-sama, semua pihak terkait untuk cari jalan terbaik. Aset bangsa harus dipulihkan untuk kepentingan nasional," katanya.
"Ini bukan cara terbaik karena saling melapor akan rugi semuanya. Apalagi kalau ada image asing ingin mengambilalih, ini tidak kondusif untuk investasi di Indonesia. Kita tidak boleh saling mencaplok ini yang harus kita lihat dan berikan suasana kondusif supaya ada jalan. Pasti rugi pemegang saham, karyawan, perusahaan, enggak ada yang diuntungkan [dengan kasus ini], tegasnya.
Sebelumnya kisruh di tubuh AISA berlanjut setelah mantan direktur utama perusahaan, Stefanus Joko Mogoginta, melaporkan manajemen baru perseroan ke Kepolisian.
Laporan Kepolisian ini diajukan karena Joko Mogoginta menilai manajemen baru Tiga Pilar bertanggung jawab dalam mengendalikan dan menyebarkan laporan hasil audit investigasi yang diterbitkan EY sebagai auditor yang juga ikut dilaporkan.
Hasil Investigasi Berbasis Fakta EY kepada manajemen baru AISA tertanggal 12 Maret 2019 menunjukkan ada temuan terhadap dugaan penggelembungan pos akuntansi senilai Rp 4 triliun serta beberapa dugaan lain.
(tas) Next Article Kasus Tiga Pilar Dikawal Terus, OJK Siap Berikan Sanksi!
Ketua Gapmmi Adhi Siswaja Lukman mengharapkan agar kisruh di tubuh Tiga Pilar, yang juga merupakan anggota asosiasi, bisa segera mendapatkan solusi.
Sebab, katanya, industri di Indonesia saat ini membutuhkan suntikan dana dari private equity baik lokal maupun asing untuk tumbuh.
"Satu lagi TPS Food ini menarik, supaya tidak jadi preseden buruk. Private equity ini kan berjalan di seluruh dunia jadi jangan sampai jadi preseden buruk takutnya banyak perusahaan yang ingin kerja sama akan takut bisa terjadi kaya TPS Food," kata Adhi di Jakarta, Kamis (4/4).
Menurut dia, tujuan private equity ingin masuk ke perusahaan Indonesia adalah sama-sama untuk mendapatkan keuntungan.
"Saya yakin mereka ingin benefit baik dari investasi bukan cari masalah, kerugian dan sensasi. Mudah-mudahan kasus ini cepat selesai dan image private equity baik," kata dia.
Selain itu, Adhi juga menegaskan agar persoalan ini segera bisa mendapatkan jalan keluar dan tidak lagi ada pernyataan yang aneh dan melanggar hukum dari kedua belah pihak, yakni manajemen baru Tiga Pilar dan manajemen lama yang diwakili Stefanus Joko Mogoginta.
Dia juga mengatakan terkait laporan PT Ernst & Young Indonesia(EY), Adhi mengatakan jika ada anggapan laporan tersebut melanggar norma, benar atau tidak harus diluruskan.
"Kalau melanggar, segera revisi, saya harapkan kita duduk sama-sama, semua pihak terkait untuk cari jalan terbaik. Aset bangsa harus dipulihkan untuk kepentingan nasional," katanya.
"Ini bukan cara terbaik karena saling melapor akan rugi semuanya. Apalagi kalau ada image asing ingin mengambilalih, ini tidak kondusif untuk investasi di Indonesia. Kita tidak boleh saling mencaplok ini yang harus kita lihat dan berikan suasana kondusif supaya ada jalan. Pasti rugi pemegang saham, karyawan, perusahaan, enggak ada yang diuntungkan [dengan kasus ini], tegasnya.
Sebelumnya kisruh di tubuh AISA berlanjut setelah mantan direktur utama perusahaan, Stefanus Joko Mogoginta, melaporkan manajemen baru perseroan ke Kepolisian.
Laporan Kepolisian ini diajukan karena Joko Mogoginta menilai manajemen baru Tiga Pilar bertanggung jawab dalam mengendalikan dan menyebarkan laporan hasil audit investigasi yang diterbitkan EY sebagai auditor yang juga ikut dilaporkan.
Hasil Investigasi Berbasis Fakta EY kepada manajemen baru AISA tertanggal 12 Maret 2019 menunjukkan ada temuan terhadap dugaan penggelembungan pos akuntansi senilai Rp 4 triliun serta beberapa dugaan lain.
(tas) Next Article Kasus Tiga Pilar Dikawal Terus, OJK Siap Berikan Sanksi!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular