Bukannya Berkurang, PLTU di China akan Terus Bertambah

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
02 April 2019 13:03
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa China tengah melanjutkan proyek konstruksi PLTU dengan kapasitas lebih dari 50 gigawatt (GW).
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Tampaknya usaha China untuk mengurangi konsumsi batu bara demi membatasi pemanasan global tidak akan berjalan dengan mulus.

Pasalnya berdasarkan sebuah laporan yang dikutip dari Engineering & Techology (E&T), kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) di Negeri Tirai Bambu terus meningkat.

Penelitian yang dilakukan oleh Global Energy monitor, Greenpeace dan Sierra Club tersebut mengungkapkan bahwa China tengah melanjutkan proyek konstruksi PLTU dengan kapasitas lebih dari 50 gigawatt (GW).

Jumlah tersebut setara dengan seluruh armada batu bara di Afrika dan Timur Tengah.

Juga lebih besar ketimbang proyek pemerintah Indonesia untuk membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 35 GW.

Disamping itu, dalam sebuah laporan yang dirilis oleh CoalSwarm, sebuah jaringan peneliti bahan bakar fosil menilai Beijing enggan membatalkan proyek PLTU yang sudah dalam pengembangan.

Sumber: unearthed.greenpeace.org


Bahkan dalam tuduhannya, China disebut akan mengaktifkan kembali atau mulai membangun PLTU dengan kapasitas sebesar 259 GW.

Berdasarkan laporan terakhir dari China Electricity Council (CEC), kapasitas PLTU pada tahun 2030 akan dibatasi hingga sebesar 1.300 GW.

Itu berarti masih ada ruang sebesar 290 GW dari kapasitas yang terpasang saat ini untuk melakukan ekspansi PLTU.

Bila dihitung, artinya China bisa saja membangun 2 PLTU baru dalam waktu sebulan selama 12 tahun mendatang dan meningkatkan kapasitas energi batu bara hingga hampir dua kali lipat kapasitas PLTU di seluruh Eropa.

Bahkan produsen listrik terbesar di China telah meminta pemerintah untuk mengizinkan pengembangan 300-500 PLTU baru pada tahun 2030.

Memang, hingga saat ini pemerintah setempat belum menyetujui proposal tersebut. Namun dikatakan bawha rencana tersebut masih dalam pertimbangan.

Padahal pemerintah China telah menargetkan pembatasan kenaikan suhu global pada level 2 derajat celcius. Pada skenario tersebut, China harusnya mengurangi kapasitas PLTU sebesar 200 GW sepanjang 2020-2030.

Senada, Greenpeace dan Global Energy Monitor mengatakan bahwa untuk mengurangi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius China butuh mengurangi kapasitas PLTU sebesar 250 GW sepanjang 2020-2030.

Akan tetapi kabar ini berpotensi untuk meningkatkan permintaan batu bara di China. Seiring dengan bertambahnya PLTU, permintaan batu bara juga akan meningkat. Apalagi hingga saat ini porsi energi batu bara terhadap total energi yang dibangkitkan di China masih sebesar 59%.

Berdasarkan laporan dari Cnenerggy.org pada bulan Agustus 2018, permintaan energi China sedikit meningkat dibanding tahun 2017. Mengingat saat itu perlambatan ekonomi gobal sedang dalam puncaknya, peningkatan konsumsi merupakan kabar yang baik, meski hanya sedikit.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article China Serius Kurangi Polusi Udara, Harga Batu Bara Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular