
Kurang Katalis Positif, Harga Batu Bara Flat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang aktif diperdagangkan ditutup flat pada perdagangan kemarin, Kamis (23/7/2020). Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara ditutup di US$ 53,5/ton.
"Kami tidak mengharapkan harga rata-rata lebih tinggi pada 2020 dibandingkan dengan 2019 karena permintaan global secara keseluruhan akan tetap lemah, sementara produksi global tetap kuat," kata Fitch Solutions, seperti diwartakan Reuters.
"Defisit pasokan batu bara global akan berkurang menjadi 535 juta ton tahun ini dari 587 juta ton tahun lalu," tambah Fitch Solutions.Beberapa pabrik dan tambang batu bara menjadi tak menguntungkan karena lemahnya permintaan dan anjloknya harga tahun ini.
China sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia mengatakan akan mengizinkan lebih banyak provinsi untuk mulai membangun pembangkit listrik batu bara dari tahun 2023. Negara-negara Asia Tenggara lainnya masih mengandalkan batu bara untuk mendukung pertumbuhan industri.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), sekitar 140 gigawatt (GW) kapasitas batu bara akan ditambahkan di Asia pada akhir tahun 2023, sementara 100 GW akan dihentikan - sama dengan kenaikan bersih sebesar 40 GW, terutama di China dan India.
Investor secara umum mengantisipasi penurunan penggunaan batu bara karena kebijakan yang mendorong gas alam yang lebih bersih dan pembangkit energi terbarukan, ditambah tekanan publik terhadap perubahan iklim dan divestasi aset-aset batu bara.
Untuk beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat, harga gas yang lebih lemah telah mengurangi daya tarik batu bara untuk pembangkit listrik.
Data yang dikeluarkan oleh think-tank Ember menunjukkan Eropa mulai mempercepat langkah untuk segera beralih dari batu bara ke sumber energi terbarukan.
Administrasi Informasi Energi (EIA) AS memperkirakan bahwa penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir dan energi terbarukan akan melebihi pangsa pasar penggunaan batu bara pertama kali tahun ini.
Dalam jangka panjang, surplus pasokan batu bara global akan terus berkurang. Hal ini tentu dapat membantu mengangkat harga, kata para analis.
"Meskipun ada kemunduran dalam instalasi baru, kemajuan energi terbarukan memperlambat permintaan batu bara, seperti juga pasokan gas yang saat ini murah ," kata Barbara Lambrecht, analis energi di Commerzbank.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020
