Duh, Tren Penurunan Harga Batu Bara Lanjut Sampai 2021?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
29 March 2019 10:52
Harga batu bara Newcastle kontrak Maret pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (28/3/2019) kembali amblas 0,59% ke posisi US$ 92,95/metrik ton
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak Maret pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (28/3/2019) kembali amblas 0,59% ke posisi US$ 92,95/metrik ton, setelah menguat 0,32% pada perdagangan Rabu (27/3/2019).

Selama sepekan, harga batu bara turun sebesar 0,59% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun harganya juga tercatat melemah 8,92%.



Naiknya produksi batu bara domestik di China diduga kuat menjadi faktor yang terus memberikan tekanan pada harga batu bara.

Dalam laporan kuartalan Departemen Industri Australia, tertulis bahwa harga batu bara Newcastle diperkirakan akan terus mengalami tren penurunan hingga tahun 2021.

Pasalnya produksi batu bara di China yang terlihat mengalami peningkatan sejak tiga tahun terakhir dapat menurunkan permintaan batu bara impor.

Bahkan kapasitas produksi batu bara di China yang siap diproduksi tahun ini ada sekitar 200 juta ton. Sedangkan masih ada lebih dari 400 juta ton kapasitas yang telah disetujui pemerintah China dan sedang dipersiapkan.

Dengan begitu, produksi lokal masih akan terus meningkat. Impor batu bara thermal China juga diproyeksikan mengalami penurunan hingga tahun 2024.

Tahun 2019, impor batu bara China diprediksi hanya akan sebesar 209 juta ton, yang artinya turun dari tahun 2018 yang mencapai 216 juta ton. Bahkan pada tahun 2020 juga diprediksi turun hingga 194 juta ton.

Sebagai informasi, China merupakan konsumen utama batu bara dunia. Bahkan hingga 50% lebih penggunaan batu bara di seluruh dunia, dipegang oleh China. Maka dari itu, sudah tentu peningkatan pasokan di Negeri Tirai Bambu akan memberi dampak signifikan terhadap keseimbangan fundamental di pasar batu bara global.

Australia sebagai eksportir batu bara terbesar sudah tentu akan sangat terpengaruh.

Selain itu,kebijakan China untuk menghambat impor batu bara asal Australia juga masih memberikan tarikan ke bawah pada pergerakan harga.

Seperti yang telah diketahui, waktu pemeriksaan pos bea cukai (custom clearance) untuk batu bara asal Australia di beberapa pelabuhan utama China telah meningkat hingga mencapai 40 hari (dari yang semula 20 hari).

Bahkan beberapa pelaku industri pengiriman kargo mengatakan bahwa kebijakan tersebut masih akan terus berlangsung hingga bulan Mei. Alhasil, importir menjadi cenderung enggan untuk membeli batu bara asal Australia, dan membuat harganya kian menyusut.

Dalam kondisi seperti ini, analis Wood Mackenzie Asia-Pasifik, Rory Simington
memprediksi permintaan batu bara asal Indonesia akan meningkat di China.

Menurut Simington, gejala peningkatan permintaan untuk batu bara asal Indonesia sudah bisa terlihat. Dalam sebuah catatan, Wood Mackenzie mengatakan bahwa harga batu bara Indonesia dengan kalori 4.200 GAR telah meningkat US$ 10/ton sejak Januari.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular