
Ekspor Batu Bara RI Bisa Anjlok 15%, Ini Kata Asosiasi
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
01 April 2019 11:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan ekspor batu bara Indonesia bisa turun sebesar 15,7% pada 2023. Penurunan ini tidak terlepas dari perlambatan permintaan batu bara yang salah satunya disebabkan faktor perubahan iklim.
Berdasarkan kajian IEA, diperkirakan permintaan batubara di China akan turun dari 2.752 juta ton di 2017 menjadi 2.673 juta ton pada 2023. Sekitar separuh dari permintaan ini adalah batu bara untuk pembangkit listrik (non-coking coal), diperkirakan batu bara untuk pembangkit listrik di China akan mencapai puncaknya sebesar 1.350 juta ton pada 2020 dan akan turun ke 1.230 juta ton pada 2030 atau sekitar 9%.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengakui, memang ke depannya kondisi pasar global menjadi tantangan dalam keberlangsungan industri batu bara. Kendati demikian, ia mengatakan tidak perlu khawatir sebab sudah beberapa upaya dilakukan dalam mengatasi hal tersebut.
Misalnya, lanjut Hendra, dalam hal mengatasi isu perubahan iklim, APBI sudah coba untuk bekerja sama dengan pemerintah, untuk mendorong praktik-praktik pertambangan yang baik. Memang tidak mudah, karena ada ribuan jumlah izin pertambangan sehingga menentukan mana yang sudah benar.
"Selain itu, sejak 2007, dengan KLHK membentuk forum reklamasi bekas tambang. Forum ini cukup aktif dengan KLHK dan ESDM, tingkatkan awareness di anggota kami terkait pengelolaan lahan bekas tambang," ujar Hendra dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Senin (1/4/2019).
Sehingga, kata Hendra, pihaknya menilai prospek batu bara ke depan masih ada. Dari sisi domestik, industri batu bara Indonesia sedang transformasi, untuk meningkatkan nilai tambah.
"Jadi China tentu pasar yang prospektif dan memang gradually declining, tapi untungnya China masih butuh batu bara Indonesia yang bagus spesifikasinya, begitupun dengan India," pungkas Hendra.
Adapun, sebagai informasi, di India, walaupun kebutuhan batubara akan naik, namun diperkirakan volume impor batu bara akan turun ke level 13,4% dari total konsumsi pada 2022-2023 akibat meningkatnya produksi batubara domestik.
Sedangkan, permintaan batubara di Jepang dan Korea, diperkirakan akan turun 3% pada 2023 dibanding volume di 2017 , walaupun demikian berdasarkan dokumen Basic Blueprint for Power Supply yang dirilis pemerintah Korea Selatan akhir tahun lalu, komposisi listrik dari batubara akan turun dari 45,3 % di 2017 menjadi 36,1 % di 2030.
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article IEA: Konsumsi Batu Bara Dunia Stabil dan Melambat Sampai 2023
Berdasarkan kajian IEA, diperkirakan permintaan batubara di China akan turun dari 2.752 juta ton di 2017 menjadi 2.673 juta ton pada 2023. Sekitar separuh dari permintaan ini adalah batu bara untuk pembangkit listrik (non-coking coal), diperkirakan batu bara untuk pembangkit listrik di China akan mencapai puncaknya sebesar 1.350 juta ton pada 2020 dan akan turun ke 1.230 juta ton pada 2030 atau sekitar 9%.
Misalnya, lanjut Hendra, dalam hal mengatasi isu perubahan iklim, APBI sudah coba untuk bekerja sama dengan pemerintah, untuk mendorong praktik-praktik pertambangan yang baik. Memang tidak mudah, karena ada ribuan jumlah izin pertambangan sehingga menentukan mana yang sudah benar.
"Selain itu, sejak 2007, dengan KLHK membentuk forum reklamasi bekas tambang. Forum ini cukup aktif dengan KLHK dan ESDM, tingkatkan awareness di anggota kami terkait pengelolaan lahan bekas tambang," ujar Hendra dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Senin (1/4/2019).
Sehingga, kata Hendra, pihaknya menilai prospek batu bara ke depan masih ada. Dari sisi domestik, industri batu bara Indonesia sedang transformasi, untuk meningkatkan nilai tambah.
"Jadi China tentu pasar yang prospektif dan memang gradually declining, tapi untungnya China masih butuh batu bara Indonesia yang bagus spesifikasinya, begitupun dengan India," pungkas Hendra.
Adapun, sebagai informasi, di India, walaupun kebutuhan batubara akan naik, namun diperkirakan volume impor batu bara akan turun ke level 13,4% dari total konsumsi pada 2022-2023 akibat meningkatnya produksi batubara domestik.
Sedangkan, permintaan batubara di Jepang dan Korea, diperkirakan akan turun 3% pada 2023 dibanding volume di 2017 , walaupun demikian berdasarkan dokumen Basic Blueprint for Power Supply yang dirilis pemerintah Korea Selatan akhir tahun lalu, komposisi listrik dari batubara akan turun dari 45,3 % di 2017 menjadi 36,1 % di 2030.
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article IEA: Konsumsi Batu Bara Dunia Stabil dan Melambat Sampai 2023
Most Popular