Lelang Sukuk Hari Ini, Harga Obligasi Pemerintah Tertekan

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
19 March 2019 10:21
Harga obligasi rupiah pemerintah pada sesi perdagangan hari Selasa (19/3/2019 dibuka melemah.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah pada sesi perdagangan Selasa ini (19/3/2019 dibuka melemah seiring dengan dilakukannya lelang rutin sukuk pemerintah atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Dalam keterangan resmi, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, mengungkapkan pemerintah melakukan lelang SBSN dengan target indikatif Rp 8 triliun. Sebanyak enam seri sukuk negara yang akan dilelang yakni SPNS06092019, PBS014, PBS019, PBS021, PBS022 and PBS015.

Pada saat lelang digelar, biasanya harga obligasi akan turun, yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai imbal hasil (yield). Pasalnya, pelaku pasar memang biasa menekan harga pada hari pelelangan demi mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi untuk seri obligasi yang baru.


Selain itu, perkembangan yang kurang bagus dari damai dagang AS-China juga turut mendukung pelemahan harga SUN (Surat Utang Negara) pada perdagangan hari ini. Pelemahan harga SUN mendorong yield menjadi naik.

South China Morning Post mengabarkan bahwa pertemuan Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping diundur menjadi bulan Juni. Padahal sebelumnya sudah beredar kabar bahwa pertemuan keduanya akan dilangsungkan pada Maret ini.


Mengutip beberapa orang sumber dari Reuters dan Bloomberg, Washington dan Beijing diperkirakan sulit mencapai kesepakatan pada April sehingga pertemuan kedua pemimpin tidak bisa segera terlaksana. Oleh karena itu, Juni menjadi waktu yang lebih realistis untuk saat ini.

Dengan begini, damai dagang makin terasa semakin jauh. Risiko pun bertambah karena semakin panjang waktu pertemuan diundur, Kemungkinan-kemungkinan rusaknya hubungan kedua negara kian membesar.

Data Refinitiv menunjukkan melemahnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.


Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 dan FR0079 yang bertenor 10 dan 20 tahun dengan peningkatan yield sebesar 0,9 basis poin (bps) menjadi masing-masing sebesar 7,684% dan 8,141%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 19 Mar 2019
SeriJatuh tempoYield 18 Mar 2019 (%)Yield 19 Mar 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 18 Mar 2019
FR00775 tahun7,3247,3280,407,2638
FR007810 tahun7,7397,7480,907,684
FR006815 tahun8,0948,0980,408,0414
FR007920 tahun8,1918,2000,908,1419
Avg movement0,65
Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/tas) Next Article Hari Ini Obligasi Rupiah Diperkirakan Bergerak Terbatas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular