Harga Obligasi Pemerintah Menguat Terangkat Kabar Baik Trump

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
05 October 2020 19:26
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada perdagangan awal pekan (5/10/2020) ditutup menguat, menyusul kabar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mulai membaik.

Hampir seluruh SBN ramai dikoleksi oleh investor pada hari ini, kecuali SBN berjangka pendek, yakni tenor 1 dan 5 tahun yang cenderung dilepas investor.

Berdasarkan imbal hasilnya (yield), mayoritas SBN mengalami pelemahan yield, namun tidak untuk SBN tenor 1 tahun yang mencatatkan penguatan yield 22,5 basis poin ke level 3,951% dan yield SBN berjatuh tempo 5 tahun yang naik 1,6 basis poin ke 5,799%.

Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara melemah 0,3 basis poin ke level 6,919% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga pelemahan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pelemahan yield terbesar tercatat di SBN dengan tenor 15 tahun yang turun 0,8 basis poin ke level 7,417%. Sedangkan, pelemahan yield terkecil terjadi pada SBN berjatuh tempo 30 tahun yang turun 0,3 basis poin ke 7,450%.

Para pelaku pasar (dan dunia) kembali memperoleh perkembangan yang lebih jelas mengenai kesehatan presiden Negeri Paman Sam. Melalui berbagai cuitan di Twitter, Trump mengungkapkan kondisi kesehatannya yang sepertinya tidak ada penurunan berarti.

Ia bahkan akan dipulangkan hari ini Senin (5/10/2020). Meski sempat diberi deksametason, obat steroid untuk pasien dengan gejala berat, dokter meyakinkan prospek kesehatan pria 74 tahun itu bagus. "Presiden terus membaik. Seperti penyakit lainnya, sering terjadi pasang surut," kata dokter Trump, dr Sean Conley.

Trump sebelumnya diterbangkan dari Gedung Putih ke pusat medis militer Walter Reed pada Jumat, setelah menderita demam. Ia juga disebut mengalami penurunan tingkat oksigen yang cukup mengkhawatirkan.

Dari data ekonomi, pelaku pasar Eropa bakal memantau rilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) versi Markit untuk sektor Jasa kawasan Uni Eropa per September.

Konsensus Tradingeconomics memperkirakan angka PMI tersebut bakal melemah menjadi 47,6 dibandingkan dengan posisi Agustus (50,5). Indeks PMI memakai tolak ukur angka 50. Jika di bawah itu, maka diartikan terjadi kontraksi dan sebaliknya jika di atas itu berarti ada ekspansi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lelang Hasilkan Kupon 7,5%, Harga SBN Pun Menguat Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular