
Penjualan Ritel Masih Tertekan, Obligasi Pemerintah Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Rabu (9/9/2020), menyusul buruknya data penjualan ritel nasional. Hanya obligasi bertenor 30 tahun yang harganya mengalami penguatan.
Hanya Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 30 tahun ramai dikoleksi investor hari ini, sedangkan sisanya yakni SBN berjatuh tempo 1 hingga 20 tahun cenderung dilepas investor.
SBN tenor 30 tahun mengalami penurunan imbal hasil (yield) 0,3 basis poin ke level 7,462%, sedangkan kenaikan yield terjadi di SBN dengan tenor 1 hingga 20 tahun. Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara mengalami kenaikan 1,4 basis poin ke level 6,897%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Kenaikan yield tertinggi tercatat di SBN dengan tenor 1 tahun yang naik 27,3 basis poin ke level 4,092%. Sedangkan, kenaikan yield terendah terjadi pada SBN berjatuh tempo 20 tahun sebesar 1,1 basis poin ke 7,445%.
Hari ini, Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Penjualan Ritel (IPR) yang terkontraksi 12,3% pada Juli 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). IPR belum bisa lepas dari kontraksi selama 8 bulan beruntun.
Bahkan pada Agustus 2020, BI memperkirakan penjualan ritel masih turun dengan kontraksi IPR 10,1% YoY. Dengan begitu, rantai kontraksi penjualan ritel kian panjang menjadi sembilan bulan berturut-turut.
Sentimen negatif lainnya adalah babak baru perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas. Meski ada perjanjian fase I damai dagang yang ditandatangani Januari, serangan baru terhadap komoditas China kini dilancarkan lagi oleh AS.
Kali ini Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS akan memblokir impor kapas dan produk tomat dari wilayah Xinjiang di China barat. Bahkan, produk turunannya termasuk benang kapas, tekstil, pakaian jadi, serta pasta tomat, dan produk lain juga akan dilarang masuk karena produk tersebut diduga diproduksi dengan kerja paksa atas Muslim Uighur.
Selain itu, kabar mengejutkan datang dari pengembang vaksin Covid-19 AstraZeneca yang menghentikan sementara uji klinis tahap ketiganya sampai waktu yang belum ditentukan menyusul laporan adanya efek samping terhadap peserta di Inggris.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Volatil, Obligasi Pemerintah Diterpa Aksi Ambil Untung