Lagi! Minat Investor di Lelang Sukuk Melonjak dan Cetak Rekor

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 February 2020 20:42
Permintaan dalam lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) hari ini tembus Rp 69,57 triliun, cetak rekor tertinggi lagi.
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan dalam lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) hari ini tembus Rp 69,57 triliun, kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, melampaui rekor tertinggi permintaan lelang sukuk pada 2019 dan 2018.

Rilis Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu hari ini (11/2/20) menunjukkan nilai permintaan peserta lelang itu masih lebih tinggi dari rekor tertinggi lelang sukuk negara 2019 senilai Rp 40,19 triliun dan rekor tertinggi lelang SBSN 2018 senilai Rp 32,27 triliun.

Tingginya permintaan tersebut mencerminkan minat yang tinggi dari pelaku pasar khususnya investor surat utang negara (SUN) di tengah kekhawatiran virus corona Wuhan yang timbul dan tenggelam sejak bulan lalu. Hari ini, penyebaran virus melambat dan diprediksi sudah mencapai puncaknya sehingga angka peningkatannya dapat turun bulan ini. 

Dalam lelang yang sama, pemerintah memenuhi permintaan peserta lelang senilai Rp 8 triliun dan sama dengan nilai penerbitan dalam lelang sebelumnya pada 28 Januari, yang masih menjadi nilai penerbitan tertinggi tahun ini. Lelang SBSN digelar 2 pekan sekali, berselang dengan lelang SUN konvensional. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun. 

Hari ini, penguatan harga di pasar SUN terjadi seiring dengan meningkatnya minat investor asing masuk ke pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia di tengah kekhawatiran yang sudah melandai. Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,8 basis poin (bps) menjadi 7,09%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 11 Feb'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 10 Feb'20 (%)

Yield 11 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 11 Feb'21 (%)

FR0081

5 tahun

5.956

5.945

-1.10

5.9283

FR0082

10 tahun

6.592

6.58

-1.20

6.5649

FR0080

15 tahun

7.134

7.096

-3.80

7.0673

FR0083

20 tahun

7.306

7.312

0.60

7.2778

Sumber: Refinitiv

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,3 poin (0,11%) menjadi 277,92 dari posisi kemarin 277,63.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 498 bps, menyempit dari posisi kemarin 504 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 4,7 bps hingga 1,59% dari posisi kemarin 1,54%.

Seiring kekhawatiran investor global yang mereda, inversi pada yield US Treasury pasangan seri 3 bulan-10 tahun yang sempat terjadi sejak semalam sudah hilang. Meskipun demikian, inversi yield masih terjadi pada pasangan seri 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun yang mulai muncul di awal bulan ini setelah ancaman virus corona berlanjut dari Januari.

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

Yield US Treasury Acuan 11 Feb'20

Seri

Benchmark

Yield 10 Feb'20 (%)

Yield 11 Feb'20 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.567

1.575

3 bulan-5 tahun

19.5

UST 2020

2 Tahun

1.377

1.385

2 tahun-5 tahun

0.5

UST 2021

3 Tahun

1.355

1.369

3 tahun-5 tahun

-1.1

UST 2023

5 Tahun

1.367

1.38

3 bulan-10 tahun

1.2

UST 2028

10 Tahun

1.547

1.563

2 tahun-10 tahun

-17.8

Sumber: Refinitiv

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.064,83 triliun SBN, atau 38,01% dari total beredar Rp 2.801 triliun berdasarkan data per 10 Februari.

Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing masih keluar dari pasar SUN senilai Rp 590 miliar sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 12,23 triliun. Sejak awal tahun ini, posisi investor asing masih positif Rp 2,97 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 38,57% pada periode yang sama.

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan harga juga terjadi sehingga yield mayoritas obligasi negara turun. 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 10 Feb'20 (%)

Yield 11 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

6.61

6.555

-5.50

China (A+)

2.82

2.853

3.30

Jerman (AAA)

-0.412

-0.408

0.40

Prancis (AA)

-0.162

-0.17

-0.80

Inggris Raya (AA)

0.557

0.556

-0.10

India (BBB-)

6.44

6.452

1.20

Jepang (A)

-0.058

-0.051

0.70

Malaysia (A-)

3.026

2.997

-2.90

Filipina (BBB)

4.421

4.431

1.00

Rusia (BBB)

6.16

6.19

3.00

Singapura (AAA)

1.712

1.692

-2.00

Thailand (BBB+)

1.23

1.25

2.00

Amerika Serikat (AAA)

1.547

1.563

1.60

Afrika Selatan (BB+)

8.89

8.875

-1.50

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Pasar Volatil, Obligasi Pemerintah Diterpa Aksi Ambil Untung

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular