
Menguat 2 Hari Beruntun, Yen Kini Melemah Lawan Dolar AS
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 January 2019 12:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Jepang yakni yen kalah kuat jika disandingkan dengan dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (29/1/2019).
Melansir kuotasi pasar spot dari MetaTrader 4 yang merupakan penyedia platform transaksi forex terkemuka dunia, yen kini diperdagangkan di level 109,248/dolar AS, sedikit lebih lemah dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin, Senin (28/1/2019), di level 109,246/dolar AS.
Wajar jika yen melemah. Pasalnya dalam dua hari perdagangan terakhir (25 dan 28 Januari), yen sudah membukukan penguatan melawan dolar AS. Yen mendapatkan suntikan energi dari penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown) yang berlangsung selama 35 hari sebelum akhirnya berakhir pada Jumat malam waktu setempat.
Walaupun sudah berakhir, namun potensi shutdown lanjutan masih terbuka lebar jika Partai Demokrat dan Republik tak mampu mencapai kesepakatan terkait dengan anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko yang diminta oleh Presiden AS Donald Trump.
Bahkan, Trump menyuarakan pesimismenya bahwa kongres akan mencapai kesepakatan dengan menyebut shutdown lanjutan "tentunya merupakan sebuah opsi".
Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, Trump mengatakan dirinya berpikir hanya ada kurang dari 50% kemungkinan bahwa kesepakatan terkait anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko bisa dicapai sebelum 15 Februari, tanggal di mana anggaran sementara yang baru ditandatangani Trump akan berakhir.
Pada hari ini, minat investor untuk masuk ke instrumen safe haven seperti dolar AS dan yen memang cukup tinggi, seiring dengan aksi jual yang terjadi di bursa saham regional. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,55%, indeks Shanghai turun 0,5%, indeks Hang Seng turun 0,59%, indeks Straits Times turun 0,56%, dan indeks Kospi turun 0,28%.
Potensi memanasnya perang dagang AS-China membuat instrumen berisiko, seperti saham, dilepas investor. Kemarin, pemerintah AS resmi menjatuhkan tuntutan pidana kepada perusahaan teknologi asal China, Huawei, chief financial officer-nya, dan dua afiliasi atas dugaan penipuan bank untuk melanggar sanksi terhadap Iran.
Dalam dakwaan yang diajukan di New York, AS, Departemen Kehakiman mengatakan Huawei telah menyesatkan sebuah bank global dan otoritas AS mengenai hubungannya dengan anak usaha, Skycom dan Huawei Device USA, demi menjalankan bisnis di Iran.
Kemudian, AS juga mendakwa Huawei lantaran diyakini mencuri kekayaan intelektual milik T-Mobile.
China pun tak terima terhadap tuntutan ini. Reuters melaporkan, seorang juru bicara dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengatakan bahwa tuntutan AS terhadap Huawei adalah "tidak adil" dan "tidak bermoral", seperti dikutip dari CNBC International.
Namun ya itu tadi, penguatan selama dua hari berturut-turut yang sudah dirasakan oleh yen membuatnya kini harus rehat sejenak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Dolar AS Cenderung Melemah Dihadapan Mata Uang Utama Dunia
Melansir kuotasi pasar spot dari MetaTrader 4 yang merupakan penyedia platform transaksi forex terkemuka dunia, yen kini diperdagangkan di level 109,248/dolar AS, sedikit lebih lemah dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin, Senin (28/1/2019), di level 109,246/dolar AS.
![]() |
Wajar jika yen melemah. Pasalnya dalam dua hari perdagangan terakhir (25 dan 28 Januari), yen sudah membukukan penguatan melawan dolar AS. Yen mendapatkan suntikan energi dari penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown) yang berlangsung selama 35 hari sebelum akhirnya berakhir pada Jumat malam waktu setempat.
Bahkan, Trump menyuarakan pesimismenya bahwa kongres akan mencapai kesepakatan dengan menyebut shutdown lanjutan "tentunya merupakan sebuah opsi".
Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, Trump mengatakan dirinya berpikir hanya ada kurang dari 50% kemungkinan bahwa kesepakatan terkait anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko bisa dicapai sebelum 15 Februari, tanggal di mana anggaran sementara yang baru ditandatangani Trump akan berakhir.
Pada hari ini, minat investor untuk masuk ke instrumen safe haven seperti dolar AS dan yen memang cukup tinggi, seiring dengan aksi jual yang terjadi di bursa saham regional. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,55%, indeks Shanghai turun 0,5%, indeks Hang Seng turun 0,59%, indeks Straits Times turun 0,56%, dan indeks Kospi turun 0,28%.
Potensi memanasnya perang dagang AS-China membuat instrumen berisiko, seperti saham, dilepas investor. Kemarin, pemerintah AS resmi menjatuhkan tuntutan pidana kepada perusahaan teknologi asal China, Huawei, chief financial officer-nya, dan dua afiliasi atas dugaan penipuan bank untuk melanggar sanksi terhadap Iran.
Dalam dakwaan yang diajukan di New York, AS, Departemen Kehakiman mengatakan Huawei telah menyesatkan sebuah bank global dan otoritas AS mengenai hubungannya dengan anak usaha, Skycom dan Huawei Device USA, demi menjalankan bisnis di Iran.
Kemudian, AS juga mendakwa Huawei lantaran diyakini mencuri kekayaan intelektual milik T-Mobile.
China pun tak terima terhadap tuntutan ini. Reuters melaporkan, seorang juru bicara dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengatakan bahwa tuntutan AS terhadap Huawei adalah "tidak adil" dan "tidak bermoral", seperti dikutip dari CNBC International.
Namun ya itu tadi, penguatan selama dua hari berturut-turut yang sudah dirasakan oleh yen membuatnya kini harus rehat sejenak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Dolar AS Cenderung Melemah Dihadapan Mata Uang Utama Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular