
Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 January 2020 20:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat melawan yen pada perdagangan Jumat (10/1/2020). Jika hingga akhir perdagangan nanti mampu bertahan di zona hijau, dolar AS akan mencatat penguatan lima hari beruntun.
Pada pukul 19:20 WIB, dolar AS menguat 0,1% ke level 109,62/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Total sejak awal pekan dolar AS sudah menguat nyaris 1,5% melawan yen, dan berada di dekat level tertinggi tujuh bulan.
Meredanya kecemasan akan kemungkinan terjadinya perang antara AS dengan Iran membuat daya tarik yen sebagai aset aman (safe haven) menurun. Baik dolar AS maupun yen merupakan aset safe haven, tetapi yen lebih unggul. Penyebabnya adalah, Jepang merupakan negara kreditur terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Saat terjadi gejolak di pasar finansial seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
Hal ini terbukti ketika Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak dengan rudal pada Rabu (8/1/2020) pagi, yen langsung menguat 0,73% ke level 107,63/US$.
Di saat pelaku pasar dicemaskan akan kemungkinan terjadi perang yang lebih besar, Presiden AS Donald Trump membuat suasana tenang. Trump mengindikasikan tidak akan menggunakan kekuatan militer ke Iran, dan membuka peluang negosiasi.
"Kita semua harus bekerja sama untuk mencapai kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai," kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Akibatnya, yen langsung berbalik melemah melawan dolar AS, dan berlanjut hingga hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article AS-China Damai, Jangan Kaget Yen Terkapar
Pada pukul 19:20 WIB, dolar AS menguat 0,1% ke level 109,62/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Total sejak awal pekan dolar AS sudah menguat nyaris 1,5% melawan yen, dan berada di dekat level tertinggi tujuh bulan.
Meredanya kecemasan akan kemungkinan terjadinya perang antara AS dengan Iran membuat daya tarik yen sebagai aset aman (safe haven) menurun. Baik dolar AS maupun yen merupakan aset safe haven, tetapi yen lebih unggul. Penyebabnya adalah, Jepang merupakan negara kreditur terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Saat terjadi gejolak di pasar finansial seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
Hal ini terbukti ketika Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak dengan rudal pada Rabu (8/1/2020) pagi, yen langsung menguat 0,73% ke level 107,63/US$.
Di saat pelaku pasar dicemaskan akan kemungkinan terjadi perang yang lebih besar, Presiden AS Donald Trump membuat suasana tenang. Trump mengindikasikan tidak akan menggunakan kekuatan militer ke Iran, dan membuka peluang negosiasi.
"Kita semua harus bekerja sama untuk mencapai kesepakatan dengan Iran yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman dan damai," kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Akibatnya, yen langsung berbalik melemah melawan dolar AS, dan berlanjut hingga hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article AS-China Damai, Jangan Kaget Yen Terkapar
Most Popular