
AS-China Damai, Jangan Kaget Yen Terkapar
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 January 2020 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang melemah pada perdagangan Kamis (16/1/2020) setelah kepakatan dagang fase I antara Amerika Serikat (AS) dengan China resmi diteken pada Rabu siang waktu Washington.
Yen kini bergerak dekat level terlemah dalam delapan bulan terakhir melawan dolar AS. Pada pukul 11:37 WIB yen melemah tipis 0,04% di level 109,92/US$, di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Rabu (14/1/2020) lalu, yen mendekati level terlemah delapan bulan di level 110,2/US$.
Sebelum kesepakatan dagang resmi diteken, berbagai kabar terkait beredar di pasar yang membuat sentimen pelaku pasar naik turun. Dampaknya yen berhasil menguat pada perdagangan Rabu.
Bloomberg melaporkan jika AS baru akan meninjau kembali dan menghilangkan bea importasi paling tidak 10 bulan ke depan. Departemen Keuangan AS juga menegaskan hal tersebut, memang benar.
"Tidak ada kesepakatan untuk pengurangan tarif di masa depan. Setiap rumor yang bertentangan adalah palsu," kata Departemen Keuangan dan kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa (14/1/2020), sebagaimana dilaporkan AFP.
Sementara itu Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, mengatakan ke depannya kesepakatan dagang fase II juga akan menurunkan bea importasi barang dari China, meski perundingan akan dilakukan dalam beberapa tahap.
"Seperti kesepakatan ini ada penurunan bea masuk, di fase II akan ada penurunan lagi. Ini hanya pertanyaan, dan seperti yang kami katakan sebelumnya, fase II kemungkinan akan 2A, 2B, 2C, kita lihat saja nanti" kata Mnuchin sebagaimana dilansir CNBC International.
Ucapan Mnuchin tersebut ditegaskan oleh Presiden AS, Donald Trump, saat meneken kesepakatan dagang fase I.
"Bea masuk masih berlaku, tapi saya setuju untuk menurunkan bea masuk jika kita bisa mencapai 'fase II'. Dengan kata lain, kita akan bernegosiasi mengenai bea masuk" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Dalam kesepakatan dagang fase I, AS menurunkan bea masuk impor dari sebelumnya 15% menjadi 7,5% terhadap produk China senilai US$ 120 miliar. Sementara China akan membeli produk AS senilai 200 miliar dalam dua tahun ke depan.
Selain itu, semua mengenai bea masuk kedua negara masih sama. AS masih mengenakan bea masuk sebesar 25% terhadap produk China senilai US$ 250 miliar, sementara China mengenakan bea masuk terhadap produk AS senilai US 110 miliar.
Meski dalam dagang belum terjadi sepenuhnya, dengan adanya kesepakatan dagang fase I setidaknya mengecilkan potensi eskalasi perang dagang. Sentimen pelaku pasar jadi membaik, meski juga sudah menakar kejadian ini, sehingga pergerakan yen tidak terlalu besar.
Namun, jika membaiknya sentiment pelaku pasar membuat bursa saham global terus menguat merespon kesepakatan dagang fase I, kurs yen berpeluang merosot melawan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Yen kini bergerak dekat level terlemah dalam delapan bulan terakhir melawan dolar AS. Pada pukul 11:37 WIB yen melemah tipis 0,04% di level 109,92/US$, di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Rabu (14/1/2020) lalu, yen mendekati level terlemah delapan bulan di level 110,2/US$.
Sebelum kesepakatan dagang resmi diteken, berbagai kabar terkait beredar di pasar yang membuat sentimen pelaku pasar naik turun. Dampaknya yen berhasil menguat pada perdagangan Rabu.
Bloomberg melaporkan jika AS baru akan meninjau kembali dan menghilangkan bea importasi paling tidak 10 bulan ke depan. Departemen Keuangan AS juga menegaskan hal tersebut, memang benar.
"Tidak ada kesepakatan untuk pengurangan tarif di masa depan. Setiap rumor yang bertentangan adalah palsu," kata Departemen Keuangan dan kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa (14/1/2020), sebagaimana dilaporkan AFP.
Sementara itu Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, mengatakan ke depannya kesepakatan dagang fase II juga akan menurunkan bea importasi barang dari China, meski perundingan akan dilakukan dalam beberapa tahap.
"Seperti kesepakatan ini ada penurunan bea masuk, di fase II akan ada penurunan lagi. Ini hanya pertanyaan, dan seperti yang kami katakan sebelumnya, fase II kemungkinan akan 2A, 2B, 2C, kita lihat saja nanti" kata Mnuchin sebagaimana dilansir CNBC International.
Ucapan Mnuchin tersebut ditegaskan oleh Presiden AS, Donald Trump, saat meneken kesepakatan dagang fase I.
"Bea masuk masih berlaku, tapi saya setuju untuk menurunkan bea masuk jika kita bisa mencapai 'fase II'. Dengan kata lain, kita akan bernegosiasi mengenai bea masuk" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Dalam kesepakatan dagang fase I, AS menurunkan bea masuk impor dari sebelumnya 15% menjadi 7,5% terhadap produk China senilai US$ 120 miliar. Sementara China akan membeli produk AS senilai 200 miliar dalam dua tahun ke depan.
Selain itu, semua mengenai bea masuk kedua negara masih sama. AS masih mengenakan bea masuk sebesar 25% terhadap produk China senilai US$ 250 miliar, sementara China mengenakan bea masuk terhadap produk AS senilai US 110 miliar.
Meski dalam dagang belum terjadi sepenuhnya, dengan adanya kesepakatan dagang fase I setidaknya mengecilkan potensi eskalasi perang dagang. Sentimen pelaku pasar jadi membaik, meski juga sudah menakar kejadian ini, sehingga pergerakan yen tidak terlalu besar.
Namun, jika membaiknya sentiment pelaku pasar membuat bursa saham global terus menguat merespon kesepakatan dagang fase I, kurs yen berpeluang merosot melawan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Most Popular