Damai Dagang Dicuekin, Rupiah Lesu Kena Profit Taking

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 January 2020 08:44
Damai Dagang Dicuekin, Rupiah Lesu Kena Profit Taking
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Isu damai dagang AS-China ternyata kurang ampuh untuk mendongrak rupiah, karena investor lebih memilih untuk ambil untung (profit taking).

Pada Kamis (16/12020), US$ 1 setara dengan Rp 13.670 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah menipis. Pada pukul 08:11 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.665 di mana rupiah masih melemah tetapi berkurang menjadi 0,04%.

Sepertinya sentimen profit taking begitu kental mewarnai perjalanan rupiah. Harap maklum, karena apresiasi mata uang Tanah Air memang gila-gilaan.

Secara year-to-date, rupiah masih menguat 1,55% terhadap dolar AS. Bahkan hingga kemarin, rupiah membukukan apresiasi dalam empat hari perdagangan beruntun. Dalam empat hari tersebut, penguatan rupiah tercatat 1,62%. Wow.



Oleh karena itu, wajar kalau akan datang saatnya investor bakal mencairkan cuan gede yang sudah didapat dari rupiah. Kala ini terjadi, dan sepertinya hari ini, maka rupiah akan tertekan.



Patut disayangkan karena aksi profit taking membuat rupiah belum bisa ikut 'pesta' mata uang Asia. Ya, saat ini hampir seluruh mata uang utama Benua Kuning menguat terhadap greenback. Selain rupiah, hanya yuan China, dolar Taiwan, dan yen Jepang yang melemah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:18 WIB:



Dini hari tadi waktu Indonesia, AS-China resmi menandatangani perjanjian damai dagang Fase I di Gedung Putih. Washington diwakili langsung oleh Presiden Donald Trump sementara Beijing dikomandoi Wakil Perdana Menteri Liu He.

"Bersama, kita melawan kesalahan yang terjadi pada masa lalu untuk memberi rasa keadilan dan keamanan bagi pekerja, petani, dan keluarga AS," kata Trump dalam sambutannya, seperti diberitakan Reuters.


Salah satu poin dalam kesepakatan tersebut adalah China berkomitmen untuk membeli lebih banyak produk made in the USA. Dalam waktu dua tahun ke depan, China akan menambah pembelian produk AS senilai US$ 200 miliar, terdiri dari produk manufaktur, pertanian, energi, sampai jasa.

CNBC International

Akan tetapi, kesepakatan Fase I belum mencakup penurunan apalagi pencabutan bea masuk yang diterapkan selama masa perang dagang. Sebagai informasi, AS telah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 550 miliar. China membalas dengan membebankan bea masuk terhadap impor produk AS senilai US$ 185 miliar.

Trump mengungkapkan, bea masuk baru akan dibahas dalam Fase II. "(Bea masuk) akan dicabut paling cepat saat kita menyelesaikan perjanjian Fase II. Diskusi akan segera dimulai," tambah Trump, yang dalam waktu dekat akan berkunjung ke Beijing.


Akhirnya, setelah selama lebih dari setahun perekonomian global pincang gara-gara perang dagang AS-China, kini ada harapan untuk bangkit. Rantai pasok yang selama ini seret diharapkan bisa bergeliat lagi.

Asa terhadap pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik pun merebak. Hasilnya, arus modal mengalir ke aset-aset berisiko yang menguatkan mata uang Asia. Sayang, rupiah tidak bisa ikut menikmatinya...




TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular