
Dolar AS Mengerikan, Safe Haven Yen Ambrol Hingga 6,8%

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat tajam melawan yen pada perdagangan Selasa (30/3/2021), hingga mencapai level terkuat dalam 1 tahun terakhir.
Memburuknya sentimen pelaku pasar menjadi salah satu pemicu penguatan dolar AS yang dianggap aset aman (safe haven) hari ini. Namun, yen juga merupakan aset safe haven, bahkan bisa dikatakan lebih safe haven ketimbang dolar AS.
Kenyataanya, yen juga terpuruk pada perdagangan hari ini, bahkan sepanjang tahun ini.
Melansir data Refinitiv, dolar AS menguat 0,43% melawan yen ke 110,25/US$, pada pukul 15:58 WIB di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 26 Maret 2020 lalu. Sementara sepanjang tahun ini hingga ke level tersebut, dolar AS sudah melesat 6,8%.
Penguatan dolar AS melawan yen tersebut dipicu oleh ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan. Hal tersebut dipicu oleh vaksinasi, serta stimulus moneter dan fiskal yang jumbo.
Seperti diketahui, bank sentral AS (The Fed) belum merubah kebijakannya, suku bunga 0,25% masih akan dipertahankan hingga tahun 2023. Sementara QE senilai US$ 120 miliar per bulan juga belum akan dikurangi.
Selain itu, pemerintah AS di bawah Presiden ke-46 Joseph 'Joe' Biden sudah menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun.
Ketua The Fed, Jerome Powell, melakukan rapat kerja dengan Kongres AS dalam 2 hari terakhir. Powell pada kesempatan kali ini menyebut perekonomian AS akan sangat kuat di tahun 2021.
"(Perekonomian AS) akan sangat-sangat kuat pada tahun ini. Kemungkinan besar seperti itu," tegas Powell menjawab pertanyaan tentang prospek ekonomi Negeri Paman Sam, Rabu (25/3/2021).
Powell optimis perekonomian AS mampu tumbuh 6,5% di tahun ini.
Pelaku pasar bahkan melihat kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi, serta kenaikan inflasi. Ketika inflasi naik, ada kemungkinan The Fed akan segera mengurangi nilai QE, dolar AS pun makin berjaya.
Sementara itu pada hari ini, sentimen pelaku pasar memburuk akibat Archegos Capital, perusahaan aset managemen, yang terkena margin call. Archegos tidak mampu menyediakan tambahan jaminan saat broker memintanya.
Ada kekhawatiran situasi di Archegos bakal berdampak sistemik. Nomura dan Credit Suisse disebut-sebut sebagai kreditur Archegos dalam perdagangan di pasar derivatif, sehingga dua bank kelas 'paus' itu tentu akan kena getahnya.
Alhasil, pelaku pasar melepas aset-aset berisiko dan memilih aset aman seperti dolar AS.
"Dolar AS menguat karena peningkatan permintaan terhadap aset aman. Investor takut dan mencoba menghindar dari efek domino Archegos," ujar Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payments yang berbasis di Toronto (Kanada), seperti diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Amerika "To The Moon", Dolar AS "Ngamuk" Gebuk Yen